SAC • 3

10.7K 705 0
                                    

Happy reading!

huh huh huh

"ayah bunda" seru seorang pemuda yang baru saja terbangun dari tidurnya dengan raut wajah yang terlihat gelisah dan keringat yang mengalir i wajahnya,

"bunda, ini Angga lagi dimana? ayah sama bunda lagi nge prank Angga ya?"

"yah Ayah" seru pemuda itu, ya pemuda itu adalah Angga, dia begitu panik sekarang, bagaimana tidak dia yang awalnya tidur di kamarnya kini malah terbangun dikamar yang begitu asing, masa dia dijual sama ayahnya sih, walau perekonomian keluarganya emang super pas Pasan kan nggak mungkin dia dijual, ya walaupun ayahnya rese plus ngeselin tapi masa ayahnya tega sih jual anaknya yang ganteng ini cuma demi duit, kalau beneran dijual ayahnya parah banget sih, ya setidaknya hasilnya bagi dua gitu loh, jangan diembat sendiri, Jangan maruk lah

"yah, sumpah, ini nggak lucu, ayaahh"

"hiks bunda, ayah beneran jual Angga ya?" gumam Angga dengan merana, dia sadar kok kalo dia durhaka sama ayahnya, dibilangin ngeyel, selalu nyusahin ayahnya, tapi dia kan bisa tobat, ngga perlu sampe diprank kayak gini,

"eum diliat liat ni yang punya rumah pasti kaya, jadi sebelum dijadiin babu mending leyeh leyeh dulu ga si?" celetuk Angga setelah sedikit merenung dan melihat sekeliling ruangan tempat ia bangun sangat luas dan mewah, bisa kali dia nyonkel sedikit emas di pegangan pintu berwarna putih dengan aksen emas dan terdapat ukiran Phoenix besar yang memenuhi pintu setinggi dua setengah meter itu, kalau dijual pasti bisa buat beli choki choki lima truk, pikirnya berencana akan sedikit mencongkel gagang pintu kamar itu,

"sekarang hawa adem gini enaknya minum teh anget sambil makan seblak kali ya" ucapnya sembari turun dari ranjang super empuk itu, bahkan kasur dirumah nya aja nggak seempuk ini,

"rendam air anget dulu ga sih, biar enak aja gitu" lanjutnya sembari berjalan kearah pintu putih polos yang berada dipojok kamar,

ceklek

"bukan kamar mandi, trus dimane? masak kamar orang kaya ngga ada kamar mandi dalem nya?" celetuk Angga sebal setelah membuka ruangan yang diyakini kamar mandi ternyata bukan, melainkan ruangan yang penuh dengan berbagai baju sepatu dan lain sebaginya, bahkan rumahnya saja yang luasnya cuma lima belas kali delapan meter aja ada kamar mandi dalemnya, ni konsepnya orang kaya gimana sih, heran deh

• • •

          enaknya jadi orang kaya, kalau cape tinggal berendem udah, langsung ilang capeknya, dulu rumahnya ngga ada bath up adanya bak air, masa nyemplung disana yang ada dijewer sama Kanjeng ratu nya yang bawel itu, siapa lagi kalau bunda Sari nya

disana Angga terlihat tengah berendam air hangat masker wajah terpasang apik diwajah nya, setelah beberapa kali mengitari kamar besar itu akhirnya dia dapat menemukan kamar mandi yang ternyata berada didalam ruang ganti tadi,

disisi lain

"dimana anak itu?" celetuk perempuan dewasa yang sudah jengah menunggu, sudah lima menit lebih menunggu anak baru yang dibawa Daddy nya kemarin lusa sekarang justru sudah membuat masalah, perempuan itu bernama Celine Ivy Xaneric

"hais, apakah kakek tak mengajarkan nya tata Krama keluarga?" tanya seorang pemuda menimpali ucapan kakak sulung nya itu, pemuda itu Rachael sion Xaneric

"ck, bahkan dia baru dua hari dia disini tapi sudah melanggar peraturan," sahut seorang remaja si putra bungsu dengan pedas sembari berdecak setelah melihat sekilas jam berwarna hitam dipergelangan tangannya, mereka telah melewati lima menit waktu untuk sarapan, remaja itu Kaiser Liem Xaneric

"bagaimana bisa kakek memungut anak sepertinya dan menjadikannya cucu, cih bahkan dilihat dari sudut manapun anak itu tak ada apa apanya dengan kita," lanjut Kaiser dengan tajam, si bungsu Xaneric bermulut pedas dan tajam, tak sesuai dengan gelar nya sebagai bungsu yang seharusnya bertutur kata lembut karena dimanjakan sebagai bungsu, namun tidak dengan keluarga Xaneric, tak ada kata manja dalam kamus mereka, tak ada yang dimanja dan tak ada yang dituntut dengan keras, bungsu maupun sulung perlakuan tetap sama,

"diamlah, kalian berisik, panggil anak itu" sang kepala keluarga yang sedari tadi diam akhirnya membuka suara mendengar keluhan ketiga anaknya dan menyuruh bodyguard yang berdiri disebelah kiri dibelakang sang kepala keluarga itu, Dalion kin Xaneric

"baik tuan" tanpa membuang waktu si bodyguard segera pergi setelah sedikit membungkuk pada bos nya itu,

tok tok tok

"tuan muda, sudah waktunya sarapan"

"tuan muda" lanjutnya yang tak mendapat balasan dari dalam, dia bodyguard yang ditugaskan untuk membangunkan anak yang baru beberapa hari berada dimansion ini, anak yang akan menjadi tuan muda kedua dikeluarga ini, dia sedikit merasa kasian pada anak itu sebenarnya, dia adalah salah satu anak yang menjadi korban pandemi, kakek nya meninggal karna terinfeksi virus hingga nyawanya terenggut, kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan saat ia masih balita, saat kakeknya meninggal anak itu masih berusia lima belas tahun, beberapa hari setelah meninggalnya sang kakek tuan besar nya mengambil alih hak asuh cucu dari teman sekamarnya disalah satu rumah sakit di eropa, setelah tuan besarnya merawat nya lebih dari dua tahun penyakit paru paru tuan besarnya kambuh hingga nyawanya terenggut sebelum mendapat tindakan medis, baru beberapa Minggu lalu tuan besar meninggal, jadi tuan nya yang memang anak tunggal mau tak mau mengambil alih hak asuh anak yang sudah dianggap cucu oleh tuan besar nya,

"dimana anak itu? kenapa kau hanya diam seperti patung? hais" decak kael si anak tengah yang sudah jengah menunggu, hingga mengalah dengan menyusul ke kamar anak baru itu

"maaf tuan muda, sedari tadi tak ada sahutan dari dalam tuan muda," balas bodyguard itu dengan menundukkan kepalanya sekilas, dalam aturan tertulis keluarga Xaneric para pekerja memang diharuskan menundukkan kepalanya jika telah berbuat salah, sekecil apapun kesalahan itu, seberapa lama menunduk atau bahkan membungkukkan badan tanda berbuat kesalahan tergantung seberapa besar kesalahan pekerja itu sendiri, namun hukuman para pekerja di keluarga besar itu tak mungkin seringan itu bukan, ya menunduk dan membungkuk hanya untuk pengakuan secara formal sebelum menerima hukuman yang sesungguhnya, sekecil apapun kesalahan akan tetap ada hukuman walau hukuman itu tak akan sekejam hukuman untuk pekerja yang melakukan kesalahan besar, agak berlebihan memang, terasa terlalu formal diera modern ini, namun setiap keluarga berpengaruh dan bermarga besar pasti memiliki aturan yang berbeda.

by guys
see you in the next part

So Adopted Child?Where stories live. Discover now