SAC • 6

8.2K 513 2
                                    

Happy reading!

Flashback on

"Bun, bunda" panggil Angga yang baru saja pulang dari acara amal yang diadakan oleh sekolah menengah pertama nya,

"tadikan Angga ada acara amal, bunda taukan? Angga kebagian kelompok yang ke panti asuhan, dan bunda tau ngga Angga satu kelompok sama siapa" jelas Angga dengan antusias pada bunda nya,

"bentar, ceritanya nanti dulu, bunda angkat kue sebentar, takut keasikan cerita nanti kue buda gosong," potong bunda Sari tanpa menunggu balasan putranya segera kembali ke dapur dan memasang sarung tangan tebal yang biasa digunakan untuk mengangkut kue dari oven yang panas,

"ish Bunda mah gitu, anak nya selalu jadi prioritas kedua," kata Angga dengan dramatis membuat sang ayah yang beru pulang dari kerjanya menjitak kepala anak nya pelan,

"ngga usah kebanyakan drama, nanti juga yang abisin kuenya kamu" sindir ayah Harun sebal, bagaimana bisa putranya itu berbicara seolah dia selalu diduakan oleh istrinya yang lebih mementingkan kue sedangkan sebagian besar kue buatan istrinya yang menghabiskan putranya sendiri? bakat ngedrama dari siapa sih anaknya itu, sampai sampai dia gemes pengen jepit mulut anaknya pake jepit jemuran, tapi itu bukan ide yang bagus, soalnya istrinya itu lebih memprioritaskan anaknya dari pada suaminya, bisa bisa dia dicoret dari kartu keluarga, jadi yang seharusnya merasa tersakiti tuh dia, bukan anaknya, kalau anaknya aja diprioritaskan setelah kue, lah dia? kapan diprioritaskan nya

•••

"udah selesai Bun?"

"belum ini masih harus nyapu, ngepel, cuci piring, cuci baju, sama masak buat makan Minggu depan," balas bunda Sari dengan gemas, bagaimana bisa anaknya itu masih ber basa basi hal yang sudah basi? padahal anaknya itu pasti melihat nya sudah bersih dan berganti daster santai rumahan,

"bunda mah gitu" Angga melipat kedua tangannya dan mengalihkan pandangannya,

"jadi ngga nih cerita? kalau ngga jadi, bunda mau lanjut packing pesanan kue bunda" kata bunda Sari lalu berdiri dengan main main,

"bunda mah gitu, ga peka, anaknya lagi kesel tuh dibujuk, bukan ditinggalin," kata Angga tanpa menoleh, sedangkan bunda Sari hanya terkekeh, sangat tau bahwa putra kecilnya itu tengah menahan tangis, terlampau biasa dengan putranya yang sensitif tapi nyebelin nya minta dikarungin trus dibuang kehutan,

"sini sini, anaknya bunda lagi ngambek nih ceritanya?" bunda Sari terkekeh dan bertanya dengan main main sembari mendudukkan tubuhnya disamping putranya yang masih memalingkan wajahnya dan tak ingin melihatnya,

"ish, bundaa" rengek Angga yang suranya teredam dipelukan bundanya setelah berbalik dan masuk kepelukan Sari

beberapa saat kemudian

"udah nangisnya?" tanya Bunda Sari membuat Angga kembali merengek kesal, "Angga engga nangis ya" kesal Angga sembari menyembulkan kepalanya dari rengkuhan bunda nya, hal itu membuat Sari terkekeh gemas dan mengecup hidung antara ada dan tiada milik putranya itu,

"udah gede, udah mimpi basah juga, masih aja nangis sama bundanya" ejek ayah Harun yang baru saja selesai mandi di kamar mandi dekat dapur, kamar mandi dirumah hanya ada dua yang satu didekat dapur dan yang satu kamar mandi dalam, di kamar Angga

"bundaa liat Harun hiks, nyebelin banget dia" adu Angga kembali merengsek masuk kepelukan bundanya,

"Harun Harun, ayah, emang nya kamu mau ayah panggil anak?" ralat ayah Harun tak terima,

"anak"

"anak"

"anak anak" kata Ayah Harun mengejek putranya yang sudah siap nangis kejer itu

hiks

"mas, jangan digodain trus anaknya," sebal Sari melihat suaminya itu semakin menggoda anaknya yang sudah menangis, bisa bisa tambah kejar nangisnya

"cerai in aja bunda, nanti Angga cariin sugar Daddy buat bunda" kata Angga yang membuat sepasang suami itu melotot horor,

"anak polos bundaa, sayang kamu dapet kata kata itu dari mana nak?" kata Bunda Sari terlihat seperti tak percaya dengan barusan, anaknya sudah tau sugar Daddy? apa saja yang sudah putranya polos nya itu tau?

"eum, dari temen cewe Angga yang pernah Angga ceritain ayahnya meninggal karena sakit itu loh, tadi dia cerita ibunya yang udah lama jadi janda bolong itu nikah sama sugar Daddy yang udah tua, kata dia udah jelek, dia ngga suka tapi katanya sayang kalau ngga direstui nanti meninggal siapa yang tampung uang bejibunnya, gitu katanya" jelas Angga semakin membuat keduanya tersenyum kecut,

"anak nyebelin nya ayah, hal hal yang kayak gitu ga usah didengerin, ngga baik" nasihat ayah Harun,

"hal apa yang ngga usah didengerin, sugar Daddy? janda? jelek?"

"iya, yang kayak gitu ngga usah didengerin" kata Harun

"kalau bangs*t? soalnya tadi ada temen Angga yang bilang bangs*t trus dimarahin sama pak guru, mana pak gurunya galak lagi, padahalkan cuma ngomong bangs*t, padahal kakel Angga ada yang namanya Satrio, biar singkat biasanya dipanggil bang sat" cerita Angga membuat pasutri itu kembali melotot horor

heh

"pokoknya kata kata yang kayak gitu ngga usah didengerin, ngga baik, sekarang cerita, katanya tadi kamu pergi ke panti, disana Adek ngapain aja?" kata bunda Sari yang tak tahan mendengar kata kata kotor dari mulut polos anaknya itu, ngga tau aja kalau sebenernya yang dimarahin karena ngomong bangs*t itu dia sendiri, tapi kan tadi dia belum tau kalau ga boleh ngomong bangs*t kalau belum dikasih tau pak guru galaknya itu, waktu ngomong bangs*t itu dia lagi manggil Satrio, kakel nya yang lewat didepan kelas dengan mengendap endap, niatnya sih dia ingin dipuji pak guru galaknya itu, soalnya dia tau betul kakel nya itu ingin bolos ke warnet depan sekolahan, dia tau karna waktu istirahat terakhir dia sering liat Satrio keluar dari warnet yang lumayan gede itu.

by guys
see you in the next part

So Adopted Child?Where stories live. Discover now