SAC • 7

7.8K 503 1
                                    

happy reading!

"hmm, sekarang Angga boleh cerita nih? beneran?" tanya Angga dengan mata yang masih terlihat berkaca kaca dan pipi yang masih basah karena air mata,

"tentu sayang" balas bunda Sari sembari mengelap pipi Angga yang basah dengan tisu,

"sebelumnya Angga tanya dulu boleh?" tanya Angga ragu, tak ingin menyinggung perasaan bunda nya itu,

"boleh, tanya apa?"

"kenapa bunda ngga kasih Angga Ade kaya temen temen Angga? padahal Angga pengen punya ad6e kaya temen temen Angga, mereka selalu cerita lagi main sama Ade nya, lagi liburan sama ade nya, Angga iri bunda, setiap mereka ceritain Ade, Angga ngga bisa ikut nimbrung," ujar Angga panjang lebar membuat suasana hening sesaat sebelum terdengar tawa keras dari ayahnya,

"pengen tau banget apa pengen tau nih?" balas Ayah Harun bertanya dengan main main membuat suasana yang tadinya hening kembali terisi dengan rengekan Angga,

"aayyahh" kesal Angga

"bunda udah ngga bisa hamil, makanya kamu ngga punya Ade," ujar Ayah Harun menjelaskan secara singkat membuat Angga terdiam sebentar dan mengedipkan matanya lucu

"kalau ngga bisa Hamil, Angga anak pungut dong" simpul Angga dengan polosnya, dan dihadiahi dengan gigitan gemas di hidung pesek dan kecilnya

"is bunda sakit, idung udah kecil-

"pesek lagi, jelek banget idung kamu, padahal idung ayah mancung, idung bunda juga mancung, trus keturunan dari mana idung pesek kamu, ya ampun" potong Harun dengan dramatis, sedangkan Angga yang mendengar itu bibirnya sudah mencebik, berusaha menahan isakan yang kapan saja bisa lolos,

"mas, jangan digodain trus anaknya,"

"shut diem, jangan nangis, nanti ayah dimarahin bunda kamu"

hiks

udah tau orang lagi nangis malah disuruh diem nggak boleh nangis, yang ada pecah lah nangisnya

"udah lah mas, mending kamu pergi aja sana, ngerusuh aja bisanya" jengkel bunda Sari dengan kejahilan suaminya itu,

"ya kan kalo banyak bisanya ular Bun, ayah bukan ular, jadi ayah ngga banyak bisanya" balas Ayah Harun berhasil membuat bunda Sari berdecak,

"ya udah mulai sekarang mas yang kerjain semuanya, soalnya yang banyak bisanya ular, bunda bukan ular makanya bunda ngga banyak bisanya," skakmat, ayah Harun bahkan sudah tak bisa berkutik mendengar balasan istrinya yang nyelekit itu, darimana istrinya itu belajar menjadi kejam, kemana istrinya yang lemah lembut,

"hehe maaf sayang" ujar Harun terkekeh kecil sebelum berlalu pergi

"bunda udah boleh cerita?"

"boleh"

"dengerin, jangan dipotong okey? waktu itu bunda lagi hamil kamu sembilan bulan, perkiraan kamu lahir sekitar dua Minggu lagi, karena bunda ngerasa masih kuat kepasar, akhirnya bunda pergi kepasar naik sepeda ontel bunda, sepeda dari waktu bunda masih gadis dulu, sekarang sepedanya udah dijual ayah kamu karena waktu pulang dari pasar di perempatan komplek bunda jatoh karena ngga sengaja kesenggol mobil, dan sepedanya rusak, makanya dijual, waktu itu bunda belum ngeh kalau bunda pendarahan dan ketuban bunda yang udah pecah karena perut bunda kepentok stang, ngga keliatan juga, soalnya bunda pake daster jadinya ketutupan, dan emang ngga kerasa sakit juga waktu itu, tapi waktu sampai rumah perut bunda rasanya mules trus bunda ke toilet deh-"

"Bun? jangan jangan Angga lahir ditoilet ya?" sahut Angga penasaran sekaligus takut, bagaimana jika ternyata ia memang lahir ditoilet? ngga elit banget

cup

cup

cup

"ngga dong, makanya dengerin bunda cerita dulu," ujar Bunda Sari terkekeh mendengar penuturan dari putra nya itu,

"okey, lanjut bunda" ujar Angga dengan ekspresi sok serius

"ditoilet bunda langsung lemes, udah hampir pingsan waktu ngeliat darah yang ngalir deres, bunda takut bayi bunda ngga selamat, eh ayah kamu malah baru ngeh bunda udah lemes ditoilet sepuluh menit kemudian, jadinya muka bunda udah pucat karena kehabisan darah, rasa rasanya waktu itu bunda pengen potong tangan ayah kamu karena waktu itu ayah kamu emang lagi fokus nge-game, sampe dirumah sakit Bunda udah dalam keadaan pingsan, bangun bangun kamu udah lahir, bunda nangis waktu itu, bunda ngira nya kamu ngga selamat karena kata dokter kamu udah nelen air ketuban banyak, kalaupun selamat kemungkinan besar kamu lahirnya cacat, tapi untungnya kamu lahir dengan sempurna, ngga ada cacat, bunda nangis sejadi jadi nya, bersyukur karena kamu masih bertahan, kecil nya kamu kuat banget, tapi sekarang-"

"cengeng, tukang ngadu, nyebelin lagi" sahut ayah Harun yang keluar dari pintu dapur dengan se toples  kecil kue kering buatan bunda,

"ngga, ngga usah didengerin, anak bunda ngga cengeng, ayah kamu aja yang nyebelin suka bikin kamu nangis," jelas bunda Sari dengan lirikan sebal kearah suaminya yang duduk di single sofa ruang tamu,

cup

cup

"bunda bersyukur banget kamu selamat sayang," gumam bunda Sari tepat ditelinga Angga, setelah mengecup kedua pipi nya

grep

"peluk pelukan kayak Teletubbies tapi ayah ngga diajak," gerutu Harun sebelum mengecup kening istrinya dan putra satu satunya itu,

"ish ayah, bau jigong" kata Angga dengan tak tau malunya, tak merasa bersalah setelah merusak suasana haru yang ayahnya rasakan

cup

"hehe, Angga bercanda ayah" kekeh Angga melihat wajah ayahnya yang tertekuk, dan mengecup singkat pipi kiri ayahnya itu

"kok kalian ngga nangis sih? biasanya kalau lagi kayak gini nangis Bombay" tanya Angga dengan tak tau malunya,

"ngga ada yang perlu ditangisi, semua sudah berlalu, sekarang jalani aja yang ada" jelas bunda Sari mengacak rambut angga yang sudah lepek karena beraktifitas seharian ini.

Flashback end

by guys
see you in the next part

So Adopted Child?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang