SAC • 11

6.5K 550 1
                                    

Happy reading!

"cabe"

"Lo denger gue ga si?"

"gue tau Lo ngga budeg ya"

"cabe, ambilin cemilan dong, apa gitu kek, yang penting bisa dimakan" ujar Haikal yang tengah santai rebahan dan menonton serial kartun di tv,

"cabe"

"bangsat, berhenti panggil gue cabe, nama gue Kael bukan cabe, jadi panggil gue Kael," geram Kael yang mendengar panggilan dari Haikal

"dan lagi, gue bukan babu lo, mau apa apa lakuin sendiri," lanjut Kael membuat Haikal menunduk sedih,

"okey, Lo menang kali ini, tapi ngga lain kali," ujar Kael sebelum pergi keluar untuk mengambil cemilan yang Haikal minta,

"dih lemah, gini aja udah langsung kalah, ternyata ngga buruk juga masuk tubuh Lo kal, apalagi Lo imut, jadinya gue bisa manfaatin keimutan Lo buat bertahan hidup didunia yang sekeras batu ini," ujar Haikal dengan membayangkan segala rencana untuk kelangsungan hidup nya nanti, dengan wajah Haikal yang imut ini dia pasti bisa luluhin Daddy Kin trus porotin duit nya, minta apartemen, mobil, beberapa kartu, trus setelah gue jadi kaya gue tinggal minggat deh, pikir nya dengan jahat

"eum tapi kalau gue di jadiin buronan trus ketangkep dan dimutilasi gimana dong?" gumam Haikal dengan cemas, huh mending itu dipikir belakangan, yang terpenting sekarang dia harus luluhin Daddy Kin trus porotin duit nya deh,

• • •

mereka baru saja selesai makan malam, dan kini mereka duduk di ruang keluarga hanya sekedar mengobrol santai, namun menurut Haikal ini bukan lah ngobrol santai, namun cosplay menjadi patung, sudah sepuluh menit lebih namun mereka tak ada yang membuka percakapan dan sibuk dengan laptop dan ponsel masing masing,

huh

Haikal menghela nafas panjang, dia sudah merasa cukup bosan, jika seperti ini trus bukalah lebih baik mereka tidak usah berkumpul sekalian,

"ekhem, Haikal" pada akhirnya Daddy Kin membuka suara setelah keterdiaman yang cukup panjang,

"hm?"

"bagaimana keadaan mu?" tanya Daddy Kin sedikit berbasa basi sebelum berbicara ke inti,

"baik"

"jika begitu bukankah kau harus kembali bersekolah" tanya Daddy Kin yang terdengar seperti pernyataan bukan pertanyaan, sekolah ya? dia sungguh merasa malas mengulang pelajaran di sekolah menengah pertama sedangkan dia bahkan sudah berada di tahun terakhir sekolah menengah kejuruan, huh, rasanya sangat berat namun ini bisa menjadi langkah awal untuk memulai memporoti uang Daddy barunya itu

"oke, dimana Haikal akan sekolah dad?" tanya Haikal memulai sedikit langkah untuk segera dekat dengan Daddy nya dan segera menjadi kaya dengan mencoba mengakrabkan diri dengan memanggil nya Daddy,

"Daddy akan mendaftarkan kamu disekolah yang sama dengan Kai," ujar Daddy Kin menjeda kalimatnya sedikit sebelum kembali berujar

"dan ini kartu untuk kebutuhan kamu, kamu bebas gunain buat apa aja," lanjut Daddy Kin sembari menyodorkan kredit card dari dompet kulit nya, dan diterima dengan senyum cerah milik Haikal, Kael yang melihat keantusiasan Haikal merotasikan matanya malas, dimata Kael ia seolah melihat mata Haikal menjadi hijau dan terdapat dolar yang tercipta didepan matanya

"oke dad, haikal siap ngabisin uang Daddy," Haikal membalas dengan semangat tanpa tau malu

"apakah kakek tak memberimu card? sampai sampai kau terlihat begitu kampungan mendapat credit card biasa?" celetuk Kaiser dengan santai, seolah kata katanya tak akan melukai perasaan orang, walau memang tak ada yang perasaannya akan terluka, karena orang yang disindir nya bahkan terlihat tak peduli dengan ucapan yang jelas jelas tertuju padanya,

"huh, tentu saja kakek memberiku kartu, bahkan yang warna item, tapi yang namanya duit tetep harus diterima dengan senang hati," ujar Haikal sinis dengan delikan tajam pada Kai, padahal dia hanya asal bicara, dia bahkan tak tau apakah kakek angkat Haikal yang telah meninggal benar benar memberinya black card atau tidak, tapi mana mungkin tidak, kan Haikal cucu angkat kesayangannya, jadi kemungkinan besar Haikal sangat dimanjakan oleh kakek angkatnya itu,

"lalu?"

"lalu apa sih?" tanya Haikal kesal, bagaimana dia tau apa yang dimaksud adik barunya itu jika hanya berbicara satu kata, kalau ngga niat ngomong mending diem deh, dari pada bikin orang lain repot mikiran apa yang lo omongin, batin Haikal yang sudah misuh misuh

"trus dimana black card Lo?" celetuk Kael seolah menjadi penerjemah dari ucapan Kai yang sangat singkat,

"ya gue simpen lah, biar duit nya ngga berkurang, kan sekarang gue tinggal disini, jadi Daddy Lo pada yang tanggung jawab buat kebutuhan gue," balas Haikal santai seolah tak ada rasa malu sedikit pun mengatakan hal itu, padahal dalam hati ada secuil rasa was was, gimana kalau ternyata Kakek angkat nya ngga ngasih black card?, trus pas black card nya diminta sama mereka tapi ngga ada kan repot dianya

"kan sayang kerja trus tapi ngga ada yang abisin duit nya, jadi karna gue baik hati, gue bantuin abisin duitnya deh," lanjut Haikal sembari trus memakan snack pedas yang sedari tadi ada dipangkuannya, sedangkan mereka yang mendengar itu mendengus pelan

"dad Elie ke kamar, masih ada satu berkas yang belum Elie selesaikan, dan Elie juga belum buat jadwal Daddy buat Minggu depan," ujar Celine yang memang menjadi sekretaris di perusahaan turun temurun yang sudah dua tahun ini diambil alih oleh Daddy nya,

"hm, setelah itu istirahat lah," balas Daddy Kin yang merasa sedikit khawatir dengan anak perempuan satu satunya itu, apalagi putrinya itu menjadi anak perempuan satu satunya, bahkan cucu perempuan satu satunya dari mertua dan orang tuanya, walaupun tak ada perlakuan berbeda yang didapat oleh putrinya namun putrinya tetaplah anak sulung yang pasti merasa wajib untuk menjadi pelindung bagi adik adiknya dan memastikan keadaan adik adiknya dengan baik,

"jangan terlalu menarik jika tak ingin kerepotan dimasa mendatang, adik" gumam Celine berhenti sejenak saat berada didepan Haikal yang masih sibuk dengan Snack nya,

"hm?" kan itu tujuannya, menjadi menarik trus morotin duit bokap Lo, pikir Haikal sedikit kesal, lagian kenapa juga gue repot? yang ada gue jadi kaya, kalaupun repot ya repotnya repot ngabisin duit kan? iya kan?

by guys
see you in the next part

So Adopted Child?Where stories live. Discover now