SAC • 22

5.3K 438 2
                                    

Happy reading!

"udah dibilangin jangan berantem masih aja ngeyel, kalau gini siapa yang repot?" omel Kael pada Haikal yang baru saja siuman dari pingsannya, beberapa saat setelah mengumpat pada si Cibela Haikal lalu pingsan saat mendapat satu pukulan lagi, Aksa yang baru kembali pun bingung karena meja mereka dikerubungi oleh para murid, agar makanannya tak rusak Aksa memutuskan untuk menaruhnya dimeja terdekat dan segera menerobos kerumunan itu, dan betapa mengejutkannya saat dia sampai dibarisan paling depan, disana dia melihat temannya yang tengah dipukuli oleh orang yang sama, dengan panik dia menyuruh beberapa murid disekitarnya untuk memanggil guru agar segera memisahkan perkelahian itu, sedang kan dia yang tak bisa memisahkan kedua nya segera keluar dari kerumunan dan berlari ke kelas Kaiser, adik Haikal yang berada dilantai tiga, untung saja disana ada lift jadi dia tak perlu menaiki tangga dari lantai satu kelantai tiga, keuntungan lainnya adalah dia yang dulu menjabat sebagai wakil ketua osis yang setiap hari keliling kelas buat melihat daftar absen semua kelas, jadi lama kelamaan dia familiar dengan nama nama para murid disekolahan nya, dan itu sangat memudahkannya dalam menemukan kelas Kaiser.

"kai huh huh" panggil Aksa setengah berteriak dengan terengah engah, untung saja masih jam istirahat sedangkan teman sekelas Kai kebanyakan tidak dikelas saat jam istirahat jadinya kelas Kai sepi

"Haikal hah" kata Aksa berusaha mengatur nafasnya yang terengah engah agar stabil

"apa sih kak? tarik nafas buang, tenang kak, pelan pelan ngomong nya, kakaknya si Kai kenapa emang?" ujar Alan yang melihat kakak kelasnya itu bicara tak jelas

"huh, kai, Haikal kak, muka manisnya dibuat babak belur sama Ridwan, Haikal pingsan kai" ujar Aksa menunduk dengan satu tarikan nafas setelah berhasil menyetabilkan nafasnya dan tak terdengar terbata bata lagi, namun saat kembali mendongak dia tak lagi melihat kai dan ketiga temannya, dikelas itu hanya ada dirinya seorang sekarang, melihat itu Aksa hanya menghela nafas.

kembali ke Haikal

"bang El diem, muka gue sakit, bibir gue perih, gue pengen minum" kata Haikal dengan ringisan pelan, bibirnya bertambah perih saat berbicara,

"lagian kapan Lo ngomong ke gue buat jangan berantem?" lanjut Haikal bertanya setelah meminum air mineral yang Kael berikan

"udahlah, Lo mau apa lagi? ada yang sakit? biar gue panggil dokter,"

"dokter? jangan bilang ini di rumah sakit?" tanya Haikal setelah menyadari bahwa ruangan yang didominasi warna putih itu adalah ringan rumah sakit,

"ya emang dirumah sakit, lagian muka Lo juga udah bonyok gitu, muka Lo sekarang jadi tambah jelek tau ngga?" ejek Kael sembari melempar cermin kecil ke ranjang rumah sakit yang Haikal tempati,

"masa sih? mau sejelek apapun muka gue, gue bakal tetep imut" balas Haikal dengan percaya diri sebelum meraih cermin itu dan melihat pantulan wajahnya dicermin,

"anjir, jelek banget ni muka" kaget Haikal sembari menaruh kembali cermin itu, setelah beberapa saat Haikal kembali bercermin, dan reaksinya tetap sama, sampai akhirnya haikal hanya pasrah saat melihat mukanya yang menjadi sangat jelek dengan lebam di wajahnya, sedangkan Kael yang melihat itu tertawa puas namun juga gemas, walau adik nya itu berdandan gembel sekalipun dia akan tetep melihat bahwa Haikal itu imut

"Kael, ini kapan hilangnya? gue ngga mau jelek" rengek Haikal memaksa dengan raut wajah yang telah siap untuk menangis,

"shut udah, ngga usah nangis, palingan ilang seminggu lagi, tenang aja kali" bukannya tenang kalimat yang diucapkan Kael justru membuat isakan Haikal pecah

"hiks, kelamaan, apa gue oplas aja ya, biar muka gue jadi ganteng" Isak Haikal membuat Kael secara reflek mencubit gemas pipi Haikal yang lebam, hingga membuat tangis Haikal semakin keras karena sakit

"oplas sekalipun muka juga bengkak, malah butuh waktu lebih dari seminggu biar muka ngga bengkak lagi, jadi dari pada mikir aneh aneh sekarang Lo mau apa biar gue beliin, tapi Lo juga harus diem," ujar Kael berusaha bernegosiasi pada adiknya yang tak ingin berhenti menangis itu,

"gue mau seblak,"

"ngga, Lo lagi sakit dan orang sakit ngga boleh makan makanan pedes, yang lain" balas Kael langsung menolak permintaan adiknya yang meminta makanan pedes padahal dia sedang sakit

"es krim, ngga pedes kan?"

"ngga, ngga boleh pedes sama es" balas Kael kembali menggeleng menolak,

"dih ngga asik banget, hawa hawa panas gini nih enak nya makan es" ujar Haikal kesal sembari melipat tangannya sebal

"kalau gitu beliin gue Boba aja deh, sama Oreo" lanjut Haikal mengalah, lagi pula es krim dan boba sama sama enak,

"ok"

"hm? kok Lo ngga pergi? katanya mau beliin?" tanya Haikal heran melihat Kael bermain ponsel dan tak kunjung pergi

"siapa bilang gue mau beli keluar? ngapain gue punya orang kalo gue masih harus lakuin apa apa sendiri? jelas gue nyuruh mereka lah" kata Kael dengan nada sombong nya sembari menunjukkan chat nya dengan orang orang suruhannya,

"nye nye nye" cibir Haikal dengan tangan tengah memperagakan bibir yang bicara,

"ngomong ngomong Oma kemana? kok gue ngga liat sehabis makan pas hari itu?" lanjut Haikal bertanya, setelah mengingat sugar mommy nya itu tak terlihat sejak dia bertemu di taman samping kiri mansion,

"Oma dateng biasanya sehari dua hari doang, balik lagi keburu suaminya yang bucin itu nyariin," balas Kael, selajutnya ruangan VIP itu hening, hanya terisi suara kartun yang Haikal tonton di tv, sedangkan Kael fokus menatap layar laptopnya, apa lagi jika tidak mengerjakan tugas,

tak lama kemudian dua orang suruhan Kael datang dengan membawakan pesanan Haikal, ternyata peka juga dia, kebangetan banget sih kalau cuma dibeliin cemilan Oreo doang, pikir Haikal saat melihat satu plastik besar yang berisi cemilan, sedangkan orang satunya lagi membawa boba pesanannya, seharusnya nanti malam dia pergi ke pasar malam sama kai, namun gara gara mukanya lagi jelek jadinya dia ngga bisa pergi, malu.

by guys
see you in the next part

So Adopted Child?Onde histórias criam vida. Descubra agora