♪ Chapter 5

39 33 9
                                    

Revan dan Esha dua sejoli itu kini berdiri dipinggir lorong kelas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Revan dan Esha dua sejoli itu kini berdiri dipinggir lorong kelas. Tak peduli seberapa banyak orang yang berlalu lalang. Mereka sibuk berpacaran dipinggir lorong tersebut.

Tanpa mereka sadari ada beberapa orang yang menatap sinis dua sejoli tersebut. Karna keberadaan mereka mehalangi jalan. Apalagi ini adalah waktu istirahat jalan lorong tersebut adalah jalan menuju kantin.

"Malam ini aku ajak Refalin biar aku dibolehin Mamah sama Papah jalan buat ketemu sama kamu." ungkap Esha kepada Revan. Revan paham apa yang tengah terjadi dalam hubungan mereka berdua.

"Hmm... kamu kebanyakan boong Sha sama orang tua kamu." jawab Revan sambil tertawa renyah kemudian memegang pundak Esha.

"Ya abisnya kamu kan tau mereka gak suka sama kamu."

"Iya-iya aku paham kok," kata Revan kemudian menaruh tangannya diatas kepala Esha dan mengelus lembut kepala Esha.

"Jadi malam ini jam berapa?"

"Jam tujuh aja Van,"

"Kamu bisa gak sih kalo kamu ngomong sama aku itu minimal nunduk aku capek tau angkat kepala mulu kalo ngomong sama kamu!" ucap Esha sebal karna kepalanya lama kelamaan jadi nyeri.

Revan merasa gemas dengan kekasih yang berdiri dihadapannya ini. Revan akhirnya mencubit pipi Esha.

Revan menundukkan badannya agar tinggi nya setara dengan Esha. "Kayak gini Sha?" ucap Revan membuat wajah Esha memerah akibat salah tingkah.

"Ihh Revan kamu kurang ajar banget!" kesal gadis itu kemudian mendorong pundak Revan.

Revan tertawa melihat tingkah laku Esha, "Van kamu berati gak kerja dong?"

"Gapapa sayang yang penting aku bisa ngabisi waktu bareng kamu!"

Untuk mengisi waktu luang Revan memainkan gitar diruang basecamp Steel Good. Berbagai macam alat music tertata rapi di basecamp mereka.

Revan cukup mahir memainkan gitar sambil memainkan alat tersebut dirinya bernyanyi.

Ponselnya bergetar dan mengeluarkan sebuah nyanyian yaitu nada dering.

Revan tersenyum mendapati panggilan telpon dari seseorang yang menelponnya.

"Halo kenapa?"

"Hmm Van aku boleh minta tolong gak sama kamu, buat jemput Refalin lebih awal dirumahnya. Masalahnya aku kayaknya bakal telat ke Cafe karna jadwal les aku diganti Van jadi kek nya aku bakal telat." ucap Esha dari dalam telpon.

"Emang Refalin mau aku jemput?"

"Ya mau-mau aja lah kan aku udah bilang ke dia kalo misalnya mau jalan sama kamu,

"Pleas ya Van, jemput Refalin nanti aku kasih tau alamatnay dichat."

"Iya-iya bawel nanti aku jemput Refalin." balas Revan.

"Oke sayang aku matiin dulu ya, nanti malam kita ketemu."

"Oke beb!" Esha langsung mematikan ponselnya.

Revan menyandarkan tubuhnya disofa. Kemudian memijat pelipis kepalanya. Pandangannya menatap ke arah atas.

Ini adalah cobaan bagi Revan. Dia sebenarnya butuh banyak uang tetapi kejadian kemaren membuat dirinya malu untuk pulang kerumah. Seandainya Revan memilih menurut dengan kedua orang tuanya. Mungkin saja nasibnya tidak seperti ini.

Revan memilih hidup susah diusia muda karna dirinya yakin susah dahulu bersenang-senang kemudian.

Jam menunjukkan pukul tujuh malam lewat. Refalin duduk dikursi panjang depan pintu rumahnya menunggu kedatangan Esha.

Dirinya memasang headset yang kabelnya telah dirinya sambungkan ke ponselnya.

Refalin memutar sebuah lagu dengan volume yang sangat kencang.

Hingga tak pedulis ada seseorang yang sedari tadi memanggil dirinya Berulang kali.

Orang tersebut adalah Revan menggoyang-goyangkan pundak milik refalin. Posisi Revan berdiri dibelakang Refalin.

Refalin kaget dan segera melepas headsetnya. "Gue disuruh Esha buat jemput lo, katanya dia masih ada urusan jadi dia minta lo ikut sama gue dulu. Nanti pulangnya lo dianter sama Esha."

Refalin diam termengu heran, bisa-bisanya Revan mau disuruh Esha untuk menjeput dirinya. Bukannya selama ini Revan berlagak seperti orang jijik dan tak suka kepada Refalin. Dan kali ini Revan rela menjemput dan menggonceng Refalin.

"Oh, yaudah, bentar." jawab Refalin sok cuek, kemudian dirinya berdiri dari kursi dan mengunci pintu rumahnya terlebih dahulu sebelum pergi.

Revan berjalan duluan kemudian Refalin mengikuti Revan dari belakang. Malam ini Revan terkihat sangat rapih dirinya memakai baju kemeja biru dengan dalaman putih serta celana jeans.

Revan menaiki motornya tetapi Refalin hanya terdiam kemudian tersenyum, Revan merasa aneh kemudian mengode tanpa berbicara apa? itu maksut Revan.

"Aku gak punya Helm..." kata Refalin pelan karna takut terjadi pertengkaran diantara mereka berdua.

Revan turun dari motornya kemudian membuka jok motornya, dan mengambil helem cadangan.

"Nih Pake." Revan memberikan helem tersebut kepada Refalin.

Revan sudah siap ingin menjalankan motornya kemudian Refalin dengan penuh hati-hati menaiki motor Revan.

Ditengah perjalanan malam kota bandung dua orang yang terlihat sangat canggung itu terlihat sama-sama saling diam.

Mungkin belakang ini Revan tak mengganggu Refalin karna kejadian beberapa hari yang lalu saat pelajaran olahraga.

Refalin beberapa kali menatap kaca spion, dirinya ingin melihat ekspresi Revan tetapi beberapa kali dirinya melihat kearah spion ekspresi Revan terlihat sangat fokus mengendari motornya.

Revan tiba-tiba saja menaikkan kecepatan motornya yang membuat gadis dibelakangnya hampir terjatuh kebelakang akibat Revan menaikan kecepatan motornya. Sontak Refalin langsung melingkarkan tangannya dipinggang Revan.

Revan menyeringai, lagi-lagi Revan masih sempat menjahili Refalin meskipun tidak ada teman-temannya.

"Revan jangan ngebut gue takut!" ucap Refalin sambil berteriak.

"Ini gue lagi ngasih tau skill pembalap gue!" balas Revan sambil tertawa.

"Kurang ajar lo Van, jangan bawa gue mati juga kali!" sampai dicafe pun Revan tetap membawa motornya dengan kecepatan tinggi sehingga Refalin masih tetap dengan posisi memeluk dari belakang.

FALLIN FOR (U)Where stories live. Discover now