25

1 0 0
                                    

Refalin baru saja pulang dari bekerja. Dirinya habis membersihkan tubuhnya. Rambutnya juga masih terbubgkuskan oleh handuk.

Refalin duduk dimeja belajar tak lupa dirinya menghidupkan sebuah lampu. Dirinya mengambil buku coretan yang biasanya dirinya gunakan untuk menulis lagu.

Dirinya memainkan pulpen yang berada ditangannya dan pikirannya mulai membayangkan hal-hal yang terjadi disekitarnya untuk dirinya buat sebuah lirik lagu.

Tetapi pikiranya selalu saja singgah kepada seorang pria yang tanpa sengaja singgah dan selalu menemani Refalin hingga saat ini.

Enemies to lovers, kata itu terlintas dipikiran Refalin. Beberapa kali dirinya mencoba untuk membuang pikiran tentang pria itu tetapi selalu gagal.

Tangannya mulai bergerak dan menuliskan beberapa kata di buku tersebut.

Refalin membayangkan beberapa moment bersama Revan. Moment tersebutlah yang seringkali membiat Refalin salah tingkah sendiri.

Kau adalah hari ku
kau adalah senyumanku
Namun ku tak bisa menggapai mu
Apalagi bersama mu
Bersama mu adalah harapan ku

Sampai pada dimana titik Refalin hampir selesai menulis lagu itu, dirinya melemparkan pulpen kesembarang tempat dan menutup buku itu.

Perasaan ini aneh. Refalin tidak mau menyukai temannya sendiri. Menurut Refalin itu adalah hal yang tidak ada dikamus seorang Refalin.

***

Beberapa menit yang lalu mata pelajaran olahraga berakhir. Tetapi masih ada waktu untuk bermain bola sebelum waktu istirahat datang semuanya harus mengganti pakaiannya.

Reksa dan Revan bermain bola basket dengan satu cewek bernama Sea. Mereka bertiga sangat keren menurut Refalin apalagi jika sudah dilapangan. Refalin sangat pangling dengan mereka bertiga. Sea sendiri dulu adalah atlet jurpov untuk mengapai mimpinya menjadi pemakn basket jurnas dirinya harus menerima tawaran untuk bersekolah dibandung dan dirinya pastinya akan mendapatkan beasiswa untuk berkuliah di Jakarta.

Refalin menatap kearah lapangan basket menatap tiga orang tersebut tengah memperebutkan bola. Revan tak sengaja melemparkan bola itu kesembarang arah hingga terkena Refalin.

Refalin langsung sadar dari lamunannya, bola itu mengenai wajahnya terutama hidung. sudah dua kali Revan seperti ini terhadap dirinya. Tetapi yang kali ini tanpa pura-pura Refalin benar-benar pusing dan hidungnya mengeluarkan cairan berwarna merah.

Didalam pikirannya saat masih setengah sadar meskipun tubuhnya sudah oleng, dirinya berkata didalam hati, "Reksa ayo tolong aku lagi!"

tubuhnya ambruk dan dirinya terjatuh ke lantai. Revan mengacak-acak rambitnya, kemudian dengan cepat dirinya langsung berlali kearah Refalin.

Revan dengan posisi menjongkokkan badanya. Dirinya mengangkat bagian kepala Refalin dan melap cairan darah yang terus saja mengalir melalui hidung cewek itu.

Revan menepuk-nepuk pipi Refalin sambil mengucapkan nama cewek itu beberapa kali agar cewek itu kembali sadar. Namun nihil Refalin tak sadar-sadar. Revan langsung mengangkat tubuh Refalin ke UKS.

Mereka berdua kembali menjadi sorotan para murid. Pastinya teman-teman sekelasnya langsung bergosip.

"Revan tuh sengaja atau apasih? dua kali loh Refalin kena bola gegara Revan."

"Tapi keknya yang kali ini serius. Liat aja, Revan dengan wajah Khawatir bawa Refalin ke UKS!"

"Gue rasa mereka ada hubungan."

"Tapi jujur aja, gue sih jadi Refalin gak mau sama Revan!"

"Kenapa?"

"Gak jelas kelakuannya.

***

R

efalin sadar dari pingsanya setelah beberapa jam dirinya didalam UKS. Orang pertama yang Refalin dapati adalah Revan. Jantungnya langsung berdegup kencang. Apalagi saat Revan langsung menanyakan bagaimana kondisi Refalin saat ini.

Ada sesuatu yang menjanggal dihidung Refalin. Refalin langsung mengarahkan tangannya dan meraba bagian hidung.

"Itu buat janggal hidung lo supaya darah lo gak keluar lagi." ucap Revan pelan kepada Refalin.

"Pasti yang bawa gue kesini Reksa!" ucap Refalin cengengesan dengan wajah tersenyum seperti orang bodoh.

"Sialan lo! kalo tau lo gitu gue gak nolongin lo tadi." sarkas Revan kesal pada Refalin.

"Lagian lo juga tadi lempar bola kena gue, emang sengaja lo!" sahut Refalin sambil mendorong pundak Revan yang berdiri disebelah ranjang.

"Boong lo! Reksa kan yang bawa gue kesini, lo palingan cuma disuruh Reksa buat jagain gue." ejek Refalin pada Revan.

Revan mendorong kening Refalin menggunakan jari telunjuknya.

"Lo kalo udah baikan langsung ke kelas aja, buang-buang waktu gue aja nungguin lo disini. Udah dua jam pelajaran gue abisin buat nungguin lo doang!"

"Ini jam berapa sih?"

"Bentar lagi mau istirahat kedua!"

Revan memberikan tas baju ganti Refalin agar Refalin segera mengganti pakaiannya.

"Ganti baju lo, bau keringet!"

"Kurang ajar lo!" teriak Refalin. Revan langsung pergi menjauh dari ruangan tersebut. Refalin pun memasang wajah masam.

Refalin merasa lapar untung saja jam menunjukkan waktu istirahat, dirinya langsung pergi ke kantin karna dari pagi tadi dirinya belum makan belum lagi waktu makannya tertunda karna Revan melemparkan bola ke wajahnya.

Setelah memesan makanannya, Refalin duduk dimeja kosong. Dan dirinya menunggu makanan yang dirinya pesan.

Seorang gadis tiba-tiba saja langsung duduk dihadapan Refalin. Refalin sedikit kaget dan tercengang.

"Tumben lo deketin gue?" tanya Refalin ketus.

"Makin cantik aja lo!" puji gadis itu sambil tersenyum. Refalin tak menanggapi ucapan gadis itu dengan ucapan melainkan dengan senyuman.

"Lo pacaran ya sama Revan?" tanya Esha sepupunya yang pastinya itu adalah mantan terakhir Revan.

"Enggak." jawab Refalin singkat.

"Boong lo, gue tadi liat dia bawa lo ke UKS. Terus gue juga denger lo sering jalan sama dia."

"Pernyataan lo gak logis, gue sama dia cuma temen kok. Kalo lo mau balikan ambil aja." jawab Refalin.

"Serius lo, sama Revan gak ada hubungan?"

"Iya."  Esha langsung pergi dari hadapan Refalin. Entah mengapa seketika Refalin sangat takut kehilngan Revan.

Apalagi melihat Revan bersama Esha lagi. Dirinya saja sudah tidak sanggup membayangkan. Yang pastinya Revan dan Refalin tak akan sedekat seperti sekarang kalo Revan balikan sama Esha. Pasti Revan akan sering menghabiskan waktunya untuk bersama Esha.

Dikelas Refalin digerumbungi oleh cowok-cowok dari kelas lain yang menggoda dirinya. Refalin lagi tidak mood untuk melawan jadi dirinya hanya diam saja.

"Refalin, pilih aa Rafa atau Aa febi?!" tanya cowoj itu menjijikan tetapi tidak di gubris oleh Refalin.

"Pergi kalian, gak liat dia suasana hatinya gabaik?" ucap pria itu dengan nada tegasnya. Membuat para cowok-cowok itu langsung bubar dan pergi.

Refalin menatap wajah pria itu dengan tatapan lesu. "Lo udah makan?" tanya pria itu khawatir.

"Udah kok." jawab Refalin tanpa ekspresi apapun.

"Lo kenapa sih?" tanya Revan curiga.

"Gapapa pusing aja."

"Boong, gimana kalo weekend ini kita ke puncak?" ajak Revan.

FALLIN FOR (U)Where stories live. Discover now