28

2 0 0
                                    

Refalin berjalan sendirian di koridor sekolah menuju kelas setelah dari ruang seni pagi ini. Tatapan Refalin tampak kosong karna banyak sekali pikiran buruk terputar didalam otaknya.

Dari belakang seorang pria mencengkram tangan Refalin kuat. Sontak membuat Refalin tersentak kaget dan terkejut. Dirinya pun langsung membalikkan tubuhnya. Dan menatap pria itu.

Gadis itu tampak keheranan dan kebingungan karna sedang tidak ingin berbicara dirinya hanya mengangkat kedua alisnya.

"Lo kenapa sih Lin?"

"Dari kemaren lo bawaannya ngehindarin gue? gue emangnya punya salah apa sama lo?" tanya Revan dengan wajah serius karna dirinya heran dengan Refalin beberapa hari ini yang selalu saja menghindari dirinya. Bahkan Refalin sama sekali jarang menatap wajah Revan.

"Gak papa kok." jawab Refalin melepaskan cengkraman Revan yang mulai melonggar.

Gadis itu membalikkan tubuhnya kembali, ke posisi awal kemudian ketika dirinya melangkahkan kakinya , "Kalo ada masalah cerita, jangan kayak gini." langkah kakinya pun terhenti dan wajahnya menjadi datar.

Refalin menghembuskan nafasnya kemudian kembali melangkahkan kakinya kembali sedangkan Revan hanya diam saja melihat gadis itu yang semakin melangkah kan kakinya semakin mengencil punggungnya di mata lelaki itu.

Setibanya dirinya didepan kelas, gadis itu langsung pergi ketempat duduknya kemudian dirinya membuang nafasnya. Jantungnya berdegup kencang.

Gadis itu memegang bagian yang berdegup tersebut, beberapa kali ia menelan ludahnya.

Entah mengapa sebenarnya dirinya tidak ingin berprilaku seperti ini kepada Revan. Namun hati menyuruh dirinya untuk mencampakkan Revan untuk beberapa saat.

Jujur saja Refalin membutuhkan Revan belakangan ini. Dirinya kembali menjadi kesepian seperti dulu saat dirinya baru-baru saja pindah ke sekolah ini.

Dirinya sangat bersedih atas semua yang terjadi antara ia dan Revan yang tanpa alasan tiba-tiba menjauh seperti ini.

Mungkin apa ini karna dirinya memiliki perasaan kepada lelaki itu. Makannya ia seperti canggung dan rasanya ingin menghindar dari Revan.

Refalin benar-benar bingung dengan perasaannya. Dan kadang heran sendiri.

Disisi lain Revan berlari dikoridor rumah sakit menggunakan seragam sekolahnya yang sudah mulai acak-acakkan.

Barusan anak buah ayahnya menelpon dirinya maka dari itu Revan izin pulang duluan dari sekolah.

Penyakt jantung ayahnya tiba-tiba saja kumat, Ibunya juga ikut jatuh pingsan melihat kondisi sang Ayah.

Revan bertanya kepada seorang suster yang berlalu lalang dikoridor tersebut, "Sus, mau nanya. Ruangan VVIP dimana ya?" tanya lelaki itu dengan wajah kelelahan.

Perawat itu memberitahu anak muda berseragam sekolah yang sudah acak-acakkan itu dengan cara menjelaskan.

Revan berterimakasih kepada perawat itu kemudian dirinya langsung berlari keruangan Ayahnya.

Untuk keruang VVIP sendiri dirinya harus menaiki lift. Saat pintu lift terbuka ada seorang anak buah Ayahnya yang langsung mengantarkaj Revan untuk pergi keruangan Ayahnya.

Pintu masuk ruangan Ayahnya pun juga dibukakan oleh seorang bodyguard. Ia melangkahkan kakinya masukkedalam ruangan tersebut.

Tatapannya tertuju kepada seorang pri yang terbaring lemas diatas kasur sambil menyebutkan namanya.

Revan mendekat kearah ranjang Ayahnya tersebut kemudian menggenggam tangan Ayahnya. Dirinya duduk dikursi yang sudah disiapkan untuk orang-orang yang mengunjungi.

FALLIN FOR (U)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang