♪ Chapter 20

1 1 0
                                    

Selama beberapa hari ini. Refalin dan Revan menjaga jarak semenjak kejadian beberapa hari yang lalu.

Mereka mungkin tidak banyak bicara seperti biasanya. Refalin dikelas mulai terbiasa menerima ejekan teman-temannya yang selalu saja membawa-bawa nama Reksa setelah mereka tahu bahwa Refalin suka kepada Reksa.

Jam pelajaran pertama hari ini adalah  pendidikan olahraga. Hari ini adalah pertemuan pertama mereka semua dengan Guru olahraga baru yang mengajar di kelas 12.

Materi hari ini adalah bola basket. Masing-masing dari murid dikelas harus mencoba cara mendribbling bola dengan benar.

Saat giliran Refalin. Refalin di cie-cie in dengan Reksa. Hal tersebut membuat malu. Tapi semua ini sudah terjadi, jadi apalagi. Yasudah biarkan saja.

Reaksi Reksa hanya tertawa saja. Bahkan Reksa tidak pernah memberikan respon tidak suka saat dijodoh-jodohkan dengan Refalin meskipun hal tersebut adalah sarkas bagi teman-teman sekelasnya.

"Reksa, giliran pacar lu tuh! semangatin dong biar dia tambah semangat!" ucap salah satu teman sekelas Refalin. Refalin sempat melirik Reksa. Dirinya tersenyum menatap Refalin saat mendribbling kan bola.

"Cieee... Refalin!" ucap teman-temannya secara bersamaan.

Refalin juga ikut tersenyum salah tingkah akibat teman-temannya itu.

Refalin mengakui bahwa dirinya terlihat seperti orang bodoh untuk saat ini. Makannya teman-temannya selalu menjahili nya karna penampilannya.

Setelah pelajaran  olahraga selesai. Reksa dan teman-teman satu circle nya main bola basket untuk menghabiskan waktu pelajaran olahraga yang tersisa.

Refakin berdiri dipinggir lapangan sambil menatap Reksa yang main basket. Dirinya kembali dicie-cien sama teman-teman sekelasnya yang melihat dirinya menatap Reksa yang tengah bermain basket.

Reksa menatap kearah sumber suara tersebut. Kemudian dirinya melirik kearah Refalin dari tengah lapangan. Reksa memberikan senyuman kepada Refalin.

"Yahahaha, Refalin salting disenyumin Reksa!" ucap Eko sambil tertawa terbahak-bahak melihat Refalin yang dimatanya seperti orang bodoh.

Bola basketyang dilemparkan Hamka  tak sengaja terlempar kearah Refalin. Hingga nola itu menggelinding hingga menyentuh ujung kaki Refalin.

Refalin ingin menunduk ingin mengambil bola itu. Tetapi Revan terlebih dahulu mengambil bola itu.

Revan menggiring bola basket itu sampai ke tengah lapangan mendekat  ke arah Reksa.

Refalin sempat terdiam. Tubuhnya mematung. Heran mengapa tiba-tiba Revan bisa menghiring bola basket hingga sampai ke tengah lapangan basket dengan mudahnya? tadi saja saat materi dirinya belum sempat 10 detik bola yang berada ditangannya sudah luput pergi kemana tak ber arah.

"Lah, Revan kok bisa main basket?" tanya Refalin pada teman sekelasnya yang kebetulan berdiri dibelakang Refalin yang juga melihat kejadian tersebut.

"Iya, dulu Revan main basket waktu kelas 10. Sering banget ikut series-series tanding basket sama sekolah lain. Tapi karna kecelakaan dia udah gak main lagi." Refalin paham sekarang. Ternyata Revan selama ini hanya berpura-pura tidak bisa.

Saat ini Revan dan Reksa berdiri berhadapan. Mereka memasang senyum miring yang seolah mengejek satu sama lain.

"Udah lama ya kita gak spar? gimana kalo kita spar?pemanasan aja sebelum gue jadi pemain lagi pas series tanding minggu ini." ucap Revan sambil mengangkat bahunyam Reksa tertawa sarkas.

Kemudian Reksa mengiyakan ajakan Revan. Mereka bermain satu lawan satu. Tetapi hal tersebut menarik perhatian seluruh murid yang tengah berlalu lalang melewati pinggiran lapangan. Sehingga mereka juga ikut menonton pertandingan antara Revan dan Reksa.

Rata-rata dari mereka mendukung Reksa. Begitu juga dengan Refalin. Refalin sudah tidak malu jika harus jujur bahwa dirinya suka dengan Reksa. Refalin menyemangati Reksa dengan berteriak.

"REKSA SEMANGAT!" teriak Refalin.

Kini score Revan dan Reksa 8 sama. Yang berarti mereka sudah memasukkan bola sebanyak empat kali

"Waktu habis kalo lonceng istirahat bunyi!" teriak Bayu. Dia juga anak basket, Dan ucapan Bayu tersebut disetujui oleh murid-murid lain.

Beberapa menit lagi lonceng berbunyi. Mereka saling berebut bola.  Reksa ingin memasukkan bola kedalam ring basket milik Revan tetapi Revan selalu berhasil menghalangi Reksa. Sehingga Revan mendapatkan bola itu dan menggiring bola itu hingga sampai ke ring milik Reksa. Revan melemparkan nya kedalam ring Reksa tetapi tidak berhasil karna Reksa juga menghalangi Revan.

Lonceng berbunyi dan waktupun habis. Mereka memiliki score yang sama. Revan melemparkan bola ke arah Reksa.

"Tunggu aja lo!" tantang Revan yang sepertinya memiliki dendam lama kepada Reksa.

***

Refalin habis dari ruang ganti. Dirinya keluar dari ruang ganti dengan keadaan rapi sudah memakai baju putih abu-abu.

Ternyata dirinya berpapasan dengan Revan. Revan sepertinya ingin pergi ke ruang ganti pria yang posisinya bersebrangan dengan ruang ganti perempuan.

Revan berhenti saat melihat sosok Refalin. Refalin juga berhenti dan menatap Revan.

"Apa?" tanya Refalin.

Revan mendekatkan tubuhnya pada Refalin sedangkan wanita itu hanya bisa mundur sampai tubuhnya terbentur dinding. Revan menatapnya, manik mata meraka bertemu beberapa detik.

"Lo kenapa tadi gak dukung gue?" tanya Revan. Narsis, ingin sekali didukung oleh Refalin. Refalin berdecih sambil melemparkan pandangan penuh kekesalan kepada Revan.

"Malas mau dukung lo!" semprot Refalin. Jantung Refalin kembali berdebar saat berada diposisi ini. Tak ada orang yang lewat sini. Keadaan sangat sepi. Tapi jika ketahuan mereka sedang berada didalam posisi seperti ini bisa-bisa masuk bk.

Refalin mendorong Revan kemudian langsung pergi meninggalkan Revan karna dirinya merasa jantung nya berdebar erlalu kencang dan wajahnya memerah akibat salah tingkah.

***

FALLIN FOR (U)Where stories live. Discover now