♪ Chapter 15

2 1 0
                                    

Dua minggu telah berlalu

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.


Dua minggu telah berlalu. Mereka baru saja menyelasaikan ujian akhir semester dua beberapa hari yang lalu. Yang berarti mereka habis ini akan naik ke kelas  12. Akhirnya Refalin dan Revan bisa bernafas bebas, karna beban mereka berkurang.

Beberapa minggu yang lalu mereka asik mempersiapkan ujian akhir semester, menebus banyak nilai kosong ke Guru serta banyak sekali ujian praktek.

"Revan lo mau nemenin gue gak nanti pulang sekolah? " tanya Refalin.  Padahal dirinya ingin memanfaatkan Revan agar cowok itu mau memberikan tumpangan kepada dirinya.

Revan mengiyakan ajakan Refalin. Kemudian setelah pulang sekah Revan membonceng Refalin pergi ke Mall yang pernah mereka datangi bersama Esha.

sesampainya mereka di mall,  mereka langsung menuju toko baju.  Di toko baju Refalin mengambil keranjang kemudian mulai memilih baju yang ingin dirinya beli.

Toko tersebut sangat besar kemudian barang-barang ditoko baju tersebut bisa terbilang sangat lengkap.

Revan menunggu Refalin sekitar dua jam lebih, menunggu Refalin berputar-putar memilih baju.

Pada akhirnya Refalin hanyar membeli empat baju dua celana. Revan heran tapi itulah wanita.

Saat dikasir,  Revan berdiri disamping  Refalin. Saat tahap pembayaran. Refalin mencari sesuatu barang didalam tas sekolahnya.  Seketika wajahnya menjadi panik.  Revan paham betul masalah Refalin saat ini apa.  Alhasil dirinya membuka dompetnya dan mengambil satu kartu ATM nya yang berwarna hitam.

Refalin tercengang melihat Revan menyodorkan kartu ATM nya kepada pegawai kasir.  Refalin langsing membalikkan kepalanya kepad Revan.

"Nanti gue ganti! " bisik Refalin.

Pegawai kasir itu memberikan sebuah alat untuk Revan menekan pin ATM nya.  Kemudian Revan menekan pin nya.

Refalin menatap kartu ATM milik Revan. Kartu itu bukannya adalah kartu VIP yabg hanya orang-orangnya saja yang mempunyai.  Tetapi mengapa Revan punya?

"Yok! " Revan menarik tangan Refalin pergi dari pusat toko itu. Kemudian Refalin tidak terlalu memikirkan kartu hitam milik Revan tadi.

Refalin saat ini hanya memikirkan hutangnya dan dompetnya saat ini berada dimana?  Atau dompetnya tertinggal.

"Ref, kita makan dulu yuk. Gue laper banget! " ajak Revan kepada Refalin.

"Tapi dompet gue gak ada! "

"Gue yang bayarin lah, kan gue yang ngajak! "

Kemudian Revan membawa Refalin ke restoran jepang. Mereka memesan makanan dan minuman terlebih dahulu kemudian mencari temat duduk kosong.

Setelah mendapatkan temat duduk.  Revan dan Refalin duduk berhadapan.

"Rev, gue sebenarnya mau ngomong sesuatu," ujar Refalin dengan wajah serius.

"Apa? Lo suka sama gue? " ucap Revan pede.

"Dodol, yakali. Gue serius Rev! "

"Apa? "

"Gue liburan semester ini mau pulang ke Jakarta." Revan paham kemudian masih belum mengubris ucapan Refalin.

"Terus,  gue gak bisa kerja.  Tapi gue takut temen-temen lo marah gara-gara gue pulang ke Jakarta. Dan mereka ngira gue gak serius. "

"Berarti lo selama ini serius dong join Steel Good?  Sok-sokan nolak lo gue ajakin gabung kemaren! "

Refalin mendesis kemudian mengepalkan tangannya,  "Gue gak enak aja anjir, gue itu orangnya paham tanggung jawab!"

Revan tertawa,  "Gak papa Rev,  yang penting lo gak kabur aja. Nanti gue yang bakal bilang anak-anak yang lain. "

"Tapi kan liburan semester ini lumayan lama Rev,  gak papa? " tanya Refalin lagi memastikan kepada Revan.

"Santai,  kan ada gue penggantinya. "

"Oke thanks Revan! "

"Oh ya Rev,  duid lo gue transfer aja ya nanti." tambah Refalin lagi.

"Gosah Rev, lo pikir gue kekurangan uang. "

"Dih songong banget sih lo! " kesal Refalin, "Berarti, makasih juga atas baju yang tadi udah lo bayarin buat gue! " ucap Refalin sambil cengengesan.

Makanan telah datang,  mereka makan sambil bercanda dan membicarakan hal-hal random hingga sampai pada topik mengenai Esha.

"Lo sedih gak diputusin Esha? " tanya Refalin sambil memasukkan makanan ke mulutnya.

Revan langsung mengarahkan matanya kearah gadis didepannya ini.  "Ya jelas lah gue sedih.  Mana diputusinnya dihadapan orang banyak lagi. " jawab Revan.

"Pantes lo empat hari gak turun sekolah."

"Jangan lo pikir gue, gak turun sekolah selama empat hari itu gegara galauin Esha."

"Lah terus lo ngapain? " tanya Refalin bingung, "Tidur lo? Malu gegara lo diputusin ditengah orang banyak? "

"Bukan lah!  Gue ada urusan keluarga empat hari gak pulang. "

"Oh gitu ya,  lo punya keluarga juga."

"Yaiyalah, gue punya. " jawab Revan kesal karna Refalin ini sangat nyolot jika diajak berbicara.

"Tapi kenapa lo lebih milih tidur dimarkas,  daripada tinggal dirunah lo? Bukannya rumah itu adalah istana dan rumah adalah tempat ternyaman untuk tidur."

"Ahh...  Banyak omong lo,  itu mah bagi lo.  Bagi gue beda lagi lah Rev. " ucap Revan sambil memasukkan sedotan kedalam mulutnya.

Refalin sekarang paham dengan keadaan Revan.  Alasan Revan memih tidur dimarkas karna mungkin suasana rumahnya tidak enak.

Pantas saja Revan terlihat seperti brandalan. Sekarang tidak heran lagi Refalin dengan sifat Revan. Ternyata dirinya adalah seseorang yang kesepian.

"Terus kenapa lo selalu ganggu gue sih disekolah? " tanya Refalin penasaran.

"Gak tau,  gue ngerasa senang dan ada efek bahagia gitu kalo gangguin lo." jawab Revan santai.

"Psikopat lo berati,  suka gangguin gue. Untung gue gak sakit mental abis lo bully. Abisnya lo ganggujn gue caranya kampungan banget!" ejek Refalin membuat Revan tertawa.

"Eh Rev,  lo bisa gak bikin gue jadian sama Reksa?" ucap Refalin sambil tersenyum dan memperlihatkan giginya.

Sontak membuat Revan tersedak dan batuk-batuk sehingga beberapa butir nasi didalam mulutnya keluar.

"Eh Rev-Rev! " Refalin langsung menyodorkan minuman Revan agar Revan meminumnya.

"Lo mau gue jodohin sama Reksa? " Refalin mengaggukan kepalanya.

"Ngaca dulu deh sana lu! " semprot Revan dan itu membuat Refalin shock karna ucapan Revan tersebut.

"Kurang ajar lo Revan! " umpat Refalin.

***

FALLIN FOR (U)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant