♪ Chapter 17

1 1 0
                                    

Revan merasa bosan liburan kali ini dirinya tidak berpergian keluar kota.  Tidak seperti liburan tahun lalu dirinya selalu berpergian keluar kota hingga ke luar negri.

Revan merasa jenuh selalu berada dimarkas. Akhirnya dirinya pergi kesebuah cafe untuk menghilangkan rasa jenuhnya.

Dirinya duduk sendirian disebuah meja yang menghadap jendela.  Nuansa cafe ini sangatlah unik.

"Gue boleh duduk disini gak? " tanya seorang gadis yang wajahnya tentu saja sangat Revan kenali.

"Boleh. " jawab Revan dingin.

Gadis itu adalah Esha. Mantan kekasihnya yang beberapa bulan yang lalu sudah memutuskan hubungan dengan dirinya.

"Apa kabar kamu? " tanya Esha pada Revan yang tentu saja sudah pasti dijawab oleh Revan.

"Baik," jawab Revan, "Kabar lo juga gimana sekarang? " Revan balik bertanya.

"Sama kayak lo, gue juga baik. " jawab Esha sambil tersenyum.  Revan hanya menanggapi dengan dingin. Mengingat dirinya pernah dipermalukan oleh Esha.

Esha memegang tangan Revan yang Revan letakan diatas meja. Dirinya meminta maaf atas apa yang dirinya lakukan kepada Revan beberapa bulan yang lalu.

"Rev, aku beneran nyesel sama apa yang udah aku perbuat pada hari itu. Aku emosi karna hari itu aku bener-bener capek banget mikirin acara itu dari siang.  Jadi aku kebawa emosi dan ada akhirnya aku ngomong kayak gitu.  Aku minta maaf Van. " Revan menarik tangannya. 

"Gue gak bisa Sha, Sorry.  Gue selama ini selalu sabar kalo lo ngajak putus. Dan keputusan lo pada hari itu emang keputusan yang tepat buat akhiri hubungan kita dihadapan seluruh orang.  Yang berarti kita bener-bener putus dan gak ada kata untuk balikan lagi Sha." jelas Revan dengan nada bicara kecewa. Revan bahkan berani menatap wajah Esha.

"Untuk bisa kita ngulang kayak dulu lagi, Sorry Sha gue gak bisa nerima lo lagi. "

Disisi lain Refalin tengah duduk dipinggir kuburan Ibunya. Setelah dirinya membacakan doa untuk Ibunya. Refalin menaburkan bunga-bunga dikubur Ibunya.

Setelah menaburkan bunga-bunga dirinya mengusap batu nisan milik Ibunya.

"Mamah kenapa sih harus pergi secepat ini? Mamah tau gak? Papah sekarang kesepian banget sampai Papah ngelarang mimpi-mimpi aku buat jadi penyanyi kayak dia." Refalij mengadu kepada Ibunya.

"Aku juga bingung sekarang.  Masa-masa sma aku ngebosenin banget Mah. Kata Papah kalo mau jadi penyanyi kayak Papah pas udah lulus SMA. Aku tau sih itu yang terbaik buat aku karna Papah mau aku fokus belajar dulu.  Tapi aku iri sama murid-murid berprestasi yang selalu menang lomba dan namanya selalu disebut saat habis upacara bendera." lirih Refalin.  Air matanya mengalir dipipinya.

"Mungkin ini dulu yang mau aku sampein ke Mamah.  Oh iya besok aku mau pulang ke Jakarta Mah.  Doain aku yak di surga tempat mamah tinggal supaya aku jadi penyanyi kayak Papah dan Papah gak larang-larang aku buat berkarya diusia muda."

"Masih ada kesempatan kok satu tahun lagi untuk aku. Aku pengen banget satu tahun terakhir aku di SMA bisa menuhin whislist aku yang tadi. Hehehehe, nama aku dipanggil pas udah selesai upacara." ucap Refalin sembil terkekeh.

"Udah dulu yah,  Mah.  Aku mau pulang dulu." Refalin mencium batu nisan milik Ibunya. Kemudian dirinya pulang kerumah menggunakan mobil.

Hari ini adalah hari terakhir Refalin di Jakarta. dirinya harus sudah pulang ke Bandung.

Refalin bersama Ayahnya mendapatkan undangan makan malam dari seorang penyanyi terkenal bernama Ahmad Dhani. Siapa sih yang tak kenal Ahmad Dhani dirinya adalah musisi terkenal sekaligus sahabat Ayahnya Refalin.

FALLIN FOR (U)Where stories live. Discover now