♪ Chapter 16

2 1 0
                                    

Selama liburan sekolah Refalin pulang kembali ke Jakarta. Selama di Jakarta dirinya sangat merasa bosan karna sudah 6 hari dirinya disini. Refalin hanya makan, tidur, mandi, buang air besar dan buang air kecil.

Dirinya tidak ada keluar rumah. Karna rumahnya cukup besar dan dirinya merasa itu sudah cukup.

Tetapi hari ini teman-teman lama nya saat dirinya masih bersekolah disekolah lama dan sebelum pindah ke sekolah baru ini.  Mereka mengajak Refalin untuk ketemuan.

Karna mereka juga sangat kangen dengan Refalin. Refalin hari ini pergi dengan penampilan yang sangat berbeda dari biasanya.

Kemeja putih tulang dengan dalaman croptop berwarna putih serta rok diatas lutut, berwarna putih tulang. Tak lupa dirinya mengenakan sepatu convers berwarna putih.

Setelah ia rasa dirinya siap,  dirinya langsung pergi kebawah dan menemui Ayahnya diruang studio. Sepertinya Ayahnya ingin mengeluarkan album terbaru lagi karna Ayahnya dari kemaren terlihat sangat sibuk dan teman-teman Ayahnya beberapa kali datang kerumahnya.

"Pah aku jalan dulu ya!" izin Refalin dari depan pintu ruang studio music.

"Sama siapa? " jawab Ayahnya dingin.

"Sama temen-temen lama aku."

"Oh, jangan kemalaman pulangnya! " Refalin setelah mendapatkan izin langsung pergi mengambil kunci mobil milik Ayahnya.

Sesampainya ditempat yang telah dijanjikan dengan teman-teman lamanya. Berhubung ini adalah malam minggu tempat ini sangat ramai.

Refalin menemukan banyak sekali teman-teman lamanya dulu. Mereka telah menyediakan satu kursi kosong untuk Refalin duduki.

Mereka sangat excited dengan kedatangan Refalin hari ini.

"Refalin, ya ampun tambah cantik aja kamu! "

"Haiii!" sapa Refalin kepada teman-temannya.

Refalin duduk dikursi kosong yabg yelah temannya sediakan tadi.  Kemudian mereka mulai berbincang-bincang bagaimana Refalin disekolah barunya dan Refalin pun menceritakan bahwa dirinya selalu diganggu oleh Revan dan teman-temannya yang berasal dari kelas lain.

Teman-temannya juga ikut menanggapi Revan dengan rasa kesal.

"Revan mana si?" tanya Dinda pada Refalin.

"Revan Sidjabat Pandegas." jawab Refalin sambil mengarahkan pandangannya pada Dinda.

"Aelah, si Revan itu dulu satu sekolah sama gue! " Dinda dulu saat sekolah menengah atas memang bersekolah di Bandung kemudian saat SMA baru dirinya bersekolah di Jakarta.

"Ih dia emang nyeselin. Tapi ganteng!"

"Ih ganteng apanya, yang ada kaya boneka caki!" seluruh teman-temannya tertawa yang berada disitu.

"Eh tapi Revan sekarang masih main basket gak sih? " tanya Dinda.

"Gak tau gue,  tapi perasaan gue dia gak bisa tuh main basket orang lempar bola aja selalu gak masung kedalam ring." bantah Refalin.

"Tapi Ref dia dulu pas SMP emang suka gangguin orang. Gak ngebully sih cuma ngeganggu. Gue kira sekarang udah gak lagi ternyata sama aja."

"Ah emang cowok kek gitu lebih baik kasih paham,  padahal kan lo dulu ngelawan banyak cowok-cowok yang sering caper ke lo. Masa sama Revan lo cuman diem doang sih? " ucap Tasya.

"Jangan-jangan Revan yang taruhan menang balapan lagi? " ucap Hagia tiba-tiba teringat pada hari itu.

"Iya bener,  emang Revan itu! " Hagia cepat-cepat membuka ponselnya kemudian menunjukkan foto-foto Revan hasil paparazi dirinya.

"Ih bener kata dinda dia emang ganteng! " kata Helga sampil tersenyum.

"Ganteng banget anjay! " ucap Naysila juga.

Cuma satu respon orang yang waras,  yaitu respon Tasya,  "Ya percuma ganteng kalo nakal!"

"Bener banget lo Sya! " jawab Refalin langsung kemudian, mereka berdua menyatukan telapak tangan mereka. Mereka melakukan tos.

"Eh Ref,  kata Miss Diana kita bulan depan bakalan ke Bandung buat jadi suporter tim basket yang turnamen. " ucap Fera membuat topik pembicaraan berganti.

"Oh ya? Emang kalian berapa hari di Bandung nanti?" tanya Refalin kepada Fera.

"Kayaknya tiga hari deh,  kan pertandingannya dari pagi sampai malam.  Dan yang main bakalan sekolah-sekolah terpilih aja." sambung Dinda.

"Lo nonton ya Ref, biar nanti kita bisa foto bareng sama anak-anak yang lain!" pinta Naysila kemudian dibalas anggukan serta senyuman dari Refalin.

"Lagian Ref, kenapa sih lo jadi pindah sekolah.  Padahal keberadaan lo yang selalu bikin lingkungan pertemanan kita lengkap." kata Helga dengan tatapan wajah sedih.

"Ya abisnya mau gimana lagi,  kalian semua kan tau bokap gue gak mau orang-orang tau kalo gue itu anak bokap gue.  Tapi setelah orang-orang tau, sekolah malah manfaatin gue demi ke tenaran sekolah.  At least bokap gue gak terima dan nyuruh gue buat pindah sekolah."

"Iya sihh,  bener kata bokap lo. Pantesan lo disekolah baru lo, milih gak mau jadi siswi yang dikenal banyak orang.  Takutnya nanti kalo lo ada masalah orang tua lo di panggil dan para Guru sekolah lu jadi tau dan nanti lo dimanfaatin sama kayak disekolah lama." jelas Tasya panjang lebar.

"Hidup itu pilihan Rev. " ucap Audey dengan tatapan kosong.

"Apaan sih gak jelas!" ucap Fera dan Hagia secara bersamaan kemudian mereka menertawakan Audey.

Setelah memakan-makanan,  jam menunjukkan pukul setengah sepuluh malam dan itu mengharuskan Refalin untuk pulang kerumah sebelum kepercayaan Ayahnya menghilang kepada dirinya.

Membawa mobil menelusuri jalan Ibu kota. Apalagi malam minggu seperti ini penuh jalanan menjadi macet.  Refalin sebenarnya ingin memesan ojek online saja tetapi udara Jakarta penuh dengan polusi yang membuat Refalin memilih mengalah saja dan memakai mobil meskipun tau bahwa dirinya akan terjebak macet.

FALLIN FOR (U)Where stories live. Discover now