Chap 39 ~ Tn. Min Sadar?

79 12 12
                                    

Typo ✌️

Happy Reading

*
*

Betapa dongkolnya hati Mina karena secara terang-terangan Jennie menolak disebut pelakor dan secara tak langsung telah menyatakan bahwa dirinya saat ini memanglah menjalin hubungan dengan Yoongi. Dan yang lebih mengesalkannya lagi adalah karena Jennie telah mengetahui mengenai perbuatan masa lalunya terhadap Yoongi.

"Ck! Bagaimana bisa dia mengetahui semua rahasia itu, huh? Ini pasti gara-gara Yoongi yang menceritakan semuanya. Aku tidak akan tinggal diam, Yoongi tidak bisa seenaknya saja melanggar surat perjanjian yang sudah ia tanda tangani tujuh tahun yang lalu itu," Mina sedang menumpahkan kekesalannya sendiri didalam kamarnya.

Setelah itu ia pun mengadukan hal tersebut pada Ny. Jung melalui sambungan telepon.

Sementara itu disisi lain, Yoongi dan Jennie sedang bermesraan dikamar Yoongi.

"Tuan Muda...," Jennie saat ini sedang rebahan sembari menyenderkan kepalanya di dada Yoongi.

"Hmm? Apa?" sahut Yoongi yang juga rebahan sambil membelai surai kepala Jennie yang bersandar didadanya.

"Aku kepikiran Hyunjin."

"Kepikiran apa?"

"Ng...bisa tidak mulai sekarang kau merubah sikapmu terhadapnya? Jadi lebih lembut dan penuh perhatian terhadapnya gitu. Bisa tidak?"

Yoongi terdiam sejenak. "Kenapa aku harus bersikap begitu terhadapnya? Toh dia juga bukan putriku," timpalnya kemudian.

"Meskipun dia bukan putri biologismu, tapi tidak ada salahnya kan kalau kau memberikan kasih sayangmu padanya?"

"Ah, untuk apa? Kalau aku bersikap baik padanya, nanti anak itu bisa jadi besar kepala dan semakin membuatnya yakin bahwa aku adalah Appa kandungnya."

"Yak! Dia itu kan cuma anak kecil, wajar jika dia belum bisa mengerti mengenai kebenaran itu saat ini. Lagipula Hyunjin itu tidak bersalah, dia hanyalah korban dari ambisi Eommanya yang sangat ingin menjadikannya sebagai putrimu. Tolong pahamilah posisi Hyunjin saat ini, Tuan Muda. Masa kau tidak kasihan pada anak sekecil itu yang tidak tahu apa-apa?"

Yoongi kembali terdiam berpikir. Setelah menarik napas dalam, ia pun menjawab ucapan Jennie.

"Aku bukannya tidak kasihan pada Hyunjin. Justru karena aku kasihan pada anak itu meskipun dia bukanlah darah dagingku, maka aku pun membuatkan rumah yang ditempati olehnya dan juga Mina sekarang. Karena dulu setelah Hyunjin lahir, Mina tidak bisa menyediakan tempat tinggal yang layak untuk Hyunjin. Dan aku pun tidak mungkin membiarkan anak itu terlunta-lunta dijalanan atau ditempat-tempat hiburan malam dimana Mina bekerja. Atas dasar rasa kemanusiaanlah, aku akhirnya menolong memberikan tempat tinggal yang layak bagi Hyunjin," jelas Yoongi.

"Aku tahu, Dokter Taehyung juga sudah menceritakan tentang kebaikan hatimu itu. Dan meskipun hasil DNA menyatakan bahwa Hyunjin bukanlah putrimu, tapi kau masih tetap mengijinkan mereka untuk tinggal dirumah itu. Jujur aku salut dengan kebesaran hatimu itu. Tapi...bagaimana pun Hyunjin hanyalah seorang anak kecil yang juga membutuhkan kasih sayang. Aku mohon, Tuan Muda, biarkanlah Hyunjin merasakan kasih sayang darimu juga sebagai seorang Appa meskipun kau bukanlah Appanya."

"Ck! Aku tidak suka anak kecil!" Yoongi beralasan.

"Alasan!" timpal Jennie tak percaya. "Hatimu baik, kau pasti suka anak kecil!"

"Apakah semua orang baik didunia ini pasti menyukai anak kecil? Tidak, kan?"

"Seharusnya sih iya. Karena kalau orang yang benar-benar baik, pasti tidak akan pilih-pilih. Orang yang benar-benar baik, pasti akan selalu baik pada siapapun tak perduli kepada anak kecil, dewasa atau pun tua!" balas Jennie mematahkan pendapat Yoongi.

Yoongi meneguk salivanya kasar mendengar ucapan Jennie.

"Tapi...aku tidak pandai basa-basi pada anak kecil. Aku tidak tahu bagaimana cara mendekatinya," ucap Yoongi.

"Pelan-pelan saja, Tuan Muda. Tidak usah terburu-buru untuk cepat akrab dengan Hyunjin. Asalkan sudah ada niat, sedikit demi sedikit kalian pasti bisa jadi dekat."

Yoongi kembali berpikir. Sebenarnya tak pernah terpikirkan olehnya bahwa suatu hari ia harus dekat dengan Hyunjin. Namun karena dorongan dari Jennie, ia pun kini jadi mulai memikirkannya.

"Ayolah, Tuan Muda. Aku akan mendukungmu! Tuan Muda Fighting!" Jennie menyemangati.

"Baiklah, akan ku coba. Tapi jika aku gagal, maka jangan paksa aku untuk meneruskannya!"

Jennie tersenyum bahagia mendengar jawaban Yoongi.

"Tenanglah, kau pasti akan berhasil, Tuan Muda," ucap Jennie, lalu kemudian ia kembali mengecup singkat bibir Yoongi.

"Eh, kenapa kau sekarang jadi nakal terus ya? Kau menggoda ku ya?"

"Tidak!" Jennie mencoba menyembunyikan wajahnya dibawah bantal karena malu atas perbuatannya sendiri.

Namun Yoongi malah menarik bantal itu dan menyingkirkannya. "Karena kau sudah mengecup bibirku dua kali, jadi sekarang kau harus tanggung jawab."

"Tanggung jawab apa?" tanya Jennie polos.

Yoongi tak menjawab dan malah langsung membungkam bibir Jennie dengan ciuman mesra, membuat Jennie hanya pasrah menerima serangan nikmat itu.

***

Keesokan paginya, Yoongi mendapatkan telepon dari Dr. Taehyung yang sedang berada di rumah sakit.

"Yoongi-yaa, akhirnya Ayahmu memberikan tanda-tanda kemajuan pagi ini. Tadi saat aku memeriksanya, jari jemarinya sudah mulai bergerak, kelopak matanya pun sudah mulai terbuka sedikit. Aku rasa Ayahmu akan segera sadar dari komanya," ucap Dr. Taehyung ditelepon.

"Benarkah?" balas Yoongi antara senang dan haru, meskipun ia tak tahu bagaimana harus mengekspresikannya.

"Iya, benar. Cepatlah kau datang kemari sekarang juga. Kau harus melihat Ayahmu. Setelah ini aku juga akan mengabari Woozi, adikmu."

"Baiklah, aku akan ke sana sekarang juga," ucap Yoongi, lalu mengakhiri teleponnya.

"Jungkook, sekarang juga kita harus segera pergi ke rumah sakit!" ucap Yoongi pada Jungkook.

"Baik, Sajang-nim," sahut Jungkook patuh.

"Ada apa? Kenapa kau harus ke rumah sakit, Tuan Muda?" Jennie yang tidak tahu apa yang terjadi, merasa khawatir.

"Nanti saja ku ceritakan padamu, sekarang aku harus segera pergi. Maaf, aku tidak bisa menemanimu sampai kau selesai sarapan," ucap Yoongi.

Seperti biasa, sebelum pergi Yoongi pun mengecup kening Jennie, namun kali ini dengan terburu-buru karena tak sabar ingin melihat kondisi Ayahnya.

Sementara itu dikediaman Ayahnya, Woozi yang mendapatkan kabar bahagia tersebut pun kegirangan. Namun berbeda dengan Ny. Jung, dirinya malah menunjukkan wajah khawatir, seperti ada sesuatu yang mengganggunya saat ini.

"Ayo, Bu. Kita harus segera melihat Ayah!" Ajak Woozi semangat.

"Ah, iya," jawab Ny. Jung, terpaksa menuruti.

"Sial! Kenapa dia harus sadar sih? seandainya saja aku menghabisinya dari dulu," batin Ny. Jung.

***

Sesampainya dirumah sakit dan telah berada diruangan dimana Ayahnya dirawat selama setahun belakangan ini, Yoongi yang selama ini tak pernah menangis, tiba-tiba menangis sambil berlutut disamping tempat tidur Ayahnya.

Tn. Min yang sebenarnya belum sepenuhnya sadar, mengetahui kedatangan putra sulungnya itu, dan bahkan ia pun mendengar isakan tangis dari Yoongi, namun sayangnya ia belum bisa mengucapkan sepatah kata pun saat ini, dikarenakan otot-otot disekitar rahangnya masih kaku.

"Ayah...hiks...maafkan aku, Ayah hiks...," ucap Yoongi masih dalam posisi berlutut.

"Yoongi-yaa, putraku. Kau yang tak pernah menangis meski aku memarahimu, tapi sekarang akhirnya kau bisa menangis juga, Nak," batin Tn. Min terharu.

Bersambung...

Terimakasih sudah membaca, jangan lupa tinggalkan komen dan vote. 🙏😘

🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸

Stay With MeWhere stories live. Discover now