32. A Lot of Problem

666 105 14
                                    

Mr. Smith
'Supposed to be your daddy'

 Smith'Supposed to be your daddy'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hope you enjoy it
Happy reading

.

Kabur, iya Vicky memilih kabur. Katakanlah dirinya labil, benar. Vicky hanyalah remaja yang baru menghadapi krisisnya kisah romansa. Remaja labil yang seharusnya hanya menikmati waktu bersenang - senang sambil membangun value diri. Namun nasibnya tak begitu, dirinya terlibat dengan Smith. Pria yang dari segi apapun terlalu hebat, baik dari status sosial, ekonomi dan lainnya. Sementara Vicky hanyalah gadis malang yang masih bisa menikmati kehidupan walau dengan segala hal yang pas - pasan.

Pagi sekali saat dirinya terbangun dalam pelukan sang dokter, Vicky diam - diam pergi meninggalkan pria itu. Lebih dari 2 jam Vicky duduk di halte bus dengan tatapan kosong sambil menunggu bus pertama sesuai jam operasional. Ia teringat kembali apa yang dirinya ucapkan saat mabuk semalam serta kalimat terakhir yang ia dengar dari bibir si pria.

Jauh dari kata dewasa, kabur memang bukan jalan yang tepat. Dan Vicky pun tahu hal itu sama sekali tak menyelesaikan masalah. Namun begitulah yang bisa ia lakukan. Vicky merasa terlalu dini hanya untuk menghadapi hal ini, sehingga kabur dari Smith adalah satu - satunya hal yang bisa ia lakukan.

Sebenarnya perjalanannya masih panjang, umurnya masih 21. Waktu Vicky masih banyak untuk menyadari realitas kehidupan. Masih banyak kesempatannya untuk terlibat dengan banyak orang. Ia belumlah mencicipi berbagi hubungan dan relasi. Lantas mengapa dirinya begitu terpaku pada dokter tampan itu? Seakan tak ingin lagi mengenal cinta yang lain, Vicky jatuh. Sudah terlalu dalam tanpa menyadari bahwa memiliki bukanlah hak yang bisa ia dapatkan. Terlebih dirinya yang bukanlah siapa - siapa.

Maka saat bus itu berhenti tepat dihadapannya, Vicky langsung naik. Tak mempedulikan kemana tujuan dan kemana kendaraan umum ini nantinya akan berhenti. Yang jelas ia hanya ingin pergi dahulu tanpa memikirkan hal lain. Walau pada kenyataannya kepalanya penuh dengan segala pemikiran itu.

Bajunya masih sama. Masih dress motif bunga dibawah lutut tanpa lengan, serta cardigan merah muda semalam. Vicky duduk pada salah satu bangku yang leluasa untuk melihat keluar jendela bus. Inginnya melihat lalu lalang kota Manhattan sambil menghirup udara pagi kota metropolis ini guna menenangkan hati. Tapi yang ada dirinya malah termenung dengan tatapan kosong, seolah ada yang menjadi beban pikirnya saat ini yang tak bisa pergi begitu saja.

Drrrtt drrtt

'Sir Smith is calling'

Vicky terdiam melihat layar ponselnya. Jarinya berat hanya sekedar menggeser panel telepon untuk mengangkat panggilan tersebut. Ponsel itu hanya berdering hingga panggilan itu berakhir tanpa diangkat. Pada akhirnya Vicky hanya bisa menghembuskan napasnya berat. Tangannya memilin tali gigbag dengan resah, bagaimana caranya menghindari dokter tampan itu disaat inginnya melihat wajah itu setiap hari. Inginnya mendengar suara bariton yang menenangkan itu, inginnya menghirup aroma musk si pria yang terlanjur membuat Vicky candu. Vicky menyukai semuanya, tak ada kekurangan Smith yang bisa membuatnya mundur. Karena dirinya terlalu cinta, benar.

MR. SMITHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang