45. Sorry, It's All My Fault

684 105 42
                                    

Mr. Smith
'Supposed to be your daddy'

 Smith 'Supposed to be your daddy'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hope you enjoy it
Happy reading

.

"Mommy?"

Suara gadis kecil itu teramat pelan. Irish berdiri di ambang pintu kamarnya dengan memeluk boneka bebek kesayangannya. Manik ambernya tertuju pada sang ibu yang terduduk di depan pintu masuk apartemen mereka.

"Irish?"

Vicky agaknya kaget melihat gadis kecilnya berdiri disana, dengan ekspresi yang tak bisa ia artikan. Buru - buru ia menyeka air matanya saat sang anak berlari dan langsung memeluk lehernya.

"Yish mau Daddy..."

Hati Vicky tercubit kala mendengar kalimat pertama yang putrinya bisikkan. Apa saja yang sudah gadis kecil itu lihat? Kalau benar sang anak melihat perdebatannya dengan Smith tadi, sejauh mana otak kecil itu memproses keadaan yang terjadi?

Vicky mengangkat tubuh mungil itu dan menggendongnya kembali ke kamar. Irish mulai menangis dan melihat ke arah pintu apartemen mereka. Ia menyaksikan bagaimana orang tuanya bertengkar tadi. Irish tidak mengerti, yang ia tahu hanyalah dirinya yang tak punya harapan untuk memiliki orang tua harmonis seperti tetangga mereka.

"Sstt... Kenapa nak? Kenapa nangis?" Ujar Vicky sambil mengusap lembut wajah sang anak. Ia meraih tangan mungil yang meremas kerah bajunya kesal.

"Jangan sayang nanti baju mommy melar."

Vicky bersusah payah menahan pergerakan Irish yang meronta dalam gendongannya. Tak lupa tangan mungil itu memukul - mukulnya dengan kesal. Raungannya semakin menjadi setelah Vicky menurunkan sang anak pada ranjang.

"Sakit sayang. Kenapa hm?"

"P-pokona ma-mau daddy..." Ujar si kecil sesenggukan.

Vicky hanya bisa menangkap pukulan - pukulan kecil itu. Ia cukup heran karena putrinya tidak pernah se-agresif ini sebelumnya. Kenapa sang anak begitu kesal? Apa yang Irish pikirkan dalam benaknya?

"Besok ya? Daddy udah pulang."

"Bohong! D-daddy tinggayin Iyish!" Raung si kecil yang berhasil membuat hati Vicky pedih.

"Nggak, besok masih bisa main sama daddy lagi,"

"Yish mau dad tinggal dicini!" Pekik Irish kesal dan melempar boneka bebeknya ke arah sang ibu.

"Nggak bisa sayang. Mommy sama Iyish nanti tinggal sama uncle Andy, bukan sama daddy." Vicky menjelaskan sambil menahan pergerakan Irish yang masih meronta. Ia tak pernah melihat sang anak begitu tantrum sebelumnya.

Irish bisa dibilang penurut. Walaupun masih seperti kebanyakan toddler pada umumnya yang suka merusuh dan menimbulkan kekacauan, ia tak begitu nakal. Balita itu juga tak menuntut banyak hal seperti meminta ini dan itu, bahkan Vicky lah yang sering kali secara mandiri membelikan mainan tanpa diminta sang anak. Namun baru kali ini ia melihat putrinya tantrum parah. Dulu Irish pernah tantrum sekali kala dirinya harus pergi dalam kurun waktu 5 hari keluar kota. Selebihnya masih bisa Vicky toleransi karena begitulah anak - anak. Namun kali ini...

MR. SMITHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang