Part:6

25.4K 2.7K 94
                                    

Vote and comment juseyo..
...

Alfanza sekarang berada di depan ruangan seleksi peserta beasiswa, cuma ada dirinya di sana, duduk sambil menundukkan kepalanya karena perasaan gugup, takut gagal melakukan seleksi nantinya.

Apalagi tadi dia melihat Alex dan Rendi datang ke sekolah, yang katanya juga ikut andil dalam penyeleksian ini.

Alfanza tentu saja senang melihat ayah dan abangnya di sini, tapi perasaan gugupnya juga menguasai dirinya, takut mengecewakan dirinya sendiri, dan malu kalau dia gagal di hadapan keluarganya nanti.

"Lio, kamu siap?" Suara Reno terdengar berat membuat Alfanza langsung mengangkat wajahnya.

Deg

Alex dan Rendi sedikit kaget melihat Alfanza, entah apa yang mereka rasakan ketika melihat pemuda yang terlihat tegang dihadapan mereka sekarang, apalagi ketika mendengar Reno memanggil pemuda itu dengan nama Lio, membuat perasaan mereka semakin tidak karuan.

"Hmm, sudah pak" ucap Alfanza berusaha tersenyum, walaupun wajahnya terlihat gugup menatap Alex dan Rendi yang menatapnya tanpa ekspresi.

"Ahh ya, dia tuan Alex Smith, pemilik sekolah ini dan juga putranya, mereka selalu ikut andil dalam penyeleksian anak beasiswa" jelas Reno dan diangguki kaku oleh Alfanza, yang berusaha untuk tidak menatap mata daddy dan abangnya itu.

"Mulai sekarang, saya sibuk" ujar Alex dan masuk ke ruangan itu, begitu juga Rendi.

"Silahkan masuk Lio" ujar Reno dan dibalas senyuman tipis oleh Alfanza, dia ikut masuk setelah Reno masuk terlebih dahulu. Kemudian dia duduk di kursi yang sudah disediakan, sambil menghela nafasnya beberapa kali untuk menenangkan dirinya.

"Anjirlah deg-degan banget, gue masih aja takut lihat tatapan daddy sama abang seperti itu" batin Alfanza menggaruk telinganya yang tidak gatal, kebisaannya dulu ketika dia merasa gugup, dan itu tidak luput dari penglihatan Rendi dan Alex.

"Nama?" Tanya Rendi to the point.

"Perkenalkan nama saya Alfanza Adelio, bisa dipanggil Alfanza" ujar Alfanza dengan tegas.

"Alfanza, bukan Lio?" Tanya Reno dan dibalas gelengen oleh Alfanza, seraya tersenyum tipis.

"Dalam nama itu terdapat kenangan baik dan buruk dalam hidup saya, jadi saya ingin melupakannya"

"Dan memulai menjadi Alfanza yang lebih baik lagi" ujar Alfanza cukup yakin, walaupun perasaan sedikit sakit setelah mengatakan itu.

Alex dan yang lainnya hanya mengangguk, dan bertanya hal lain pada Alfanza, Alfanza menjawabnya dengan jujur dan penuh percaya diri, seperti saat Reno meintrogasinya kemarin.

"Baiklah Alfanza, karena nilai kamu selama ini sebenarnya tidak terlalu jelek, tapi dengan nilai seperti ini belum bisa memenuhi syarat penerimaan beasiswa" ujar Alex dengan nada datar.

"Dan kamu juga selama ini tidak pernah ikut serta dalam kegiatan non akademic, jadi tidak mungkin kamu bisa menerima beasiswa dari kedua bidang itu, karena keduanya tidak ada yang memuaskan" lanjut Alex.

Alfanza mengangguk, karena memang adanya. Tapi sekarang ini bukan Lio yang dulu, sekarang yang berada di Raga ini seorang Rasya, pemuda multitalent tapi tidak pernah diapresiasi.

"Kamu tidak sedih?" Tanya Rendi sedikit heran melihat Alfanza tampak biasa saja.

"Sebenarnya sedikit sedih, tapi kemarin pak Reno katanya akan memberikan saya kesempatan dengan menguji saya, jadi saya siap menerima tantangan apapun supaya bisa menerima beasiswa di sini" ujar Alfanza penuh yakin membuat Reno, Alex dan Rendi tanpa sadar tersenyum tipis dengan kepercayaan diri pemuda dihadapannya.

I'm Fine (End)Where stories live. Discover now