Part:7

25.4K 2.9K 170
                                    

Masa nggak ada Vote and comment nya...
....

Alfanza menghela nafasnya lelah dan duduk berselonjoran di tepi lapangan basket itu. Senyuman puas tercetak di wajahnya, menandakan kalau dirinya sekarang sedang senang.

Walaupun akhirnya dirinya kalah dari Arsya, tapi dia tetap senang karena akhirnya mimpinya terwujud untuk bisaa bermain basket bersama abangnya itu.

"Hebat juga lo" ujar Rafli memuji Alfanza, karena point yang di peroleh Alfanza memang hanya berbeda 2 point dari Arsya, dan itu tetap mencengangkan seluruh murid yang menonton tadi.

Bagaimana tidak, untuk bertanding dengan seorang Arsya yang merupakan kapten basket di sekolah, itu sudah dibilang sangat hebat. Dan mereka terkagum-kagum melihat cara Alfanza bermain basket tadi, walaupun awalnya mereka meremehkan kemampuan Alfanza.

"Makasih" ucap Alfanza tersenyum tipis dan langsung berdiri ketika Alex dan yang lainnya menghampirinya.

"Kamu sudah berusaha Alfanza, kamu boleh istirahat, kami akan mempertimbangkan pengajuan beasiswa kamu" ujar Alex dan diangguki oleh Alfanza.

"Terima kasih pak" ucap Alfanza tersenyum lebar, dia sudah cukup bahagia sekarang, karena hari ini dia bisa bertemu dengan seluruh keluarganya (kecuali mommynya).

Alex mengangguk dan merangkul bahu Cakra.

"Pulang sekarang boy?" Tanya Alex, Cakra yang tadi memperhatikan Alfanza pun mengangguk, dan akhirnya keluarga Smith pergi dari lapangan basket itu meninggalkan Arsya dan teman-temannya menatap Alfanza.

"Udah liatin keluarga gue" ujar Arsya membuat Alfanza tersadar dan menatap Arsya.

"Atau benar kata Roni kalau lo mau dekatin keluarga gue haa" tuduh Arsya, sedangkan Roni hanya diam karena masih kaget melihat perubahan Alfanza.

Padahal dia ingin betul kalau Alfanza tidak suka berolahraga, mengingat dulu dia pernah ingin bermain basket bersama Alfanza, tapi Alfanza sendiri tidak bisa memasukkan bola dalam ring.

Tapi sekarang, dia melihat Alfanza seperti memang sudah bermain basket dari lama, gerakan dan caranya bermain membuat Roni sangat kaget.

"Apa dia memang selama ini pura-pura lemah ya dan nggak bisa apa-apa, supaya dapat perhatian" batin Roni menatap Alfanza penuh arti.

"Gue nggak pernah berniatan buat dekatin keluarga lo, jangan asal tuduh" kesal Alfanza dan hendak melangkah pergi dari sana tapi langsung ditahan oleh Arsya.

"Lo dengar ya, kalau lo beraninya dekatin keluarga gue, gue nggak akan segan-segan memberikan pelajaran pada lo"

"Keluarga gue nggak menerima benalu di sana" ucap Arsya menatap tajam Alfanza.

"Beban"

"Nggak berguna"

"Bikin malu"

Alfanza terkekeh miris setelah terdiam mendengar perkataan Arsya, dia seketika ingat dengan ucapan keluarganya dulu.

"Lo diam berarti ucapan gue benar kan" ujar Arsya tersenyum smirk.

"Terserah kalian mandang gue gimana, gue nggak peduli"

"Dan asal kalian tau, gue nggak narik perhatian siapapun"

"Gue ngelakuin ini karena gue emang butuh beasiswa, dan gue ngelakuin atas usaha gue sendiri"

"Seharusnya lo tau usaha gue, karena lo main langsung sama gue" ujar Alfanza menatap tajam Arsya.

Mereka saling menatap tajam dan akhirnya Alfanza memutuskan tatapannya dan menghela nafasnya panjang, sambil menyentakkan tangan Arsya yang memegangnya.

I'm Fine (End)Where stories live. Discover now