Part:25

22.9K 2.6K 188
                                    

Vote and comment juseyo...
....

Arsya memegang tangan Alfanza yang terbebas inpus, menatap wajah pemuda itu yang terlelap karena pengaruh obat bius.

"Dia mengalami sedikit sesak nafas karena terlalu banyak menangis, dan juga kondisinya yang demam tinggi membuatnya tubuhnya lemah, sehingga nafasnya tidak beraturan"

"Nanti saat dia sadar dan nafasnya sudah teratur, masker oksigennya sudah bisa dilepas" jelas dokter itu dan diangguki yang lainnya.

"Terima kasih dok" ujar Rendi dan mengantarkan dokter itu keluar.

"Anak aku mas hiks, ini gara-gara aku hiks" isak Arsyi dipelukan Alex.

"Rasya gapapa okay, dia hanya perlu istirahat, putra kita itu hebat, kamu jangan terlalu khawatir ya"

"Sekarang kamu sarapan dulu ya, biarkan Arsya dan Cakra yang menemani Rasya" ujar Alex lembut mengelus bahu Arsyi yang bergetar, melihat Alfanza yang terbaring lemah itu.

"Iya mom, mommy juga harus sarapan, bang Rasya biar Cakra yang jaga" ujar Cakra yang sedang tiduran dia samping Alfanza.

Setelah mommy dan daddynya keluar dari kamar Alfanza, Arsya menghela nafasnya berat dan juga ikut melangkah keluar.

"Mau kemana bang?" Tanya Cakra dengan satu alis terangkat.

"Mau keluar sebentar, lo di sini aja" ujar Arsya dan diangguki oleh Cakra.

Arsya melangkahkan kakinya ke ruang Gim yang berada dalam mension itu. Sesampainya di sana dia langsung memukul samsak yang ada, untuk melampiaskan emosinya.

Bugh

Bugh

Bugh

Bugh

"Yaahh mommy tau itu, raga ini memang namanya Alfanza, tapi kamu tetap Rasya, walaupun di raga yang sudah berbeda"

Bugh

Bugh

Bugh

Bugh

"Buktinya kamu mengalami hal yang tidak masuk akal ini, jiwa kamu berpindah ke raga pemuda ini, mommy tau itu"

Bugh

Bugh

"Akhh sialan" teriak Arsya mengusap wajahnya kasar. Dia terduduk dilantai dan menghapus air matanya kasar.

Perasaannya dari semalam hancur setelah tidak sengaja mendengar cerita mommynya dan Alfanza. Dia tidak pernah membayangkan kalau jiwa Rasya, adeknya itu ternyata selama ini berada di dalam raga milik Alfanza.

Dia tidak mau mempercayainya, tapi perasaannya tidak bisa berbohong.

Karena pertanyaan yang selama ini membuatnya bingung dengan perasaannya sendiri sudah terjawab.

Mengapa sejak Rasya meninggal, Alfanza selalu mengingatkannya pada adeknya itu?

Sikapnya yang selalu berubah saat bersama Alfanza, perasaan hangat saat Alfanza memanggilnya Abang, dan perasaan bersalah yang selalu menghantui dirinya, selama dirinya dekat dengan Alfanza.

Dan ternyata jawaban dari kebingungannya selama ini sangat tidak masuk akal.

Perasaannya tidak karuan, dirinya antara sedih dan marah. Sedih karena adeknya itu tidak pernah mengatakan langsung padanya.

Padahal dia sering menceritakan tentang Rasya padanya, tapi Alfanza hanya diam dan membiarkannya bersikap bodoh karena ketidaktahuan.

Dan marah pada dirinya sendiri, karena sikapnya sendiri, dia sadar karena kesalahannya sendiri yang membuat adeknya itu tidak mau terbuka padanya.

I'm Fine (End)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon