Part:28

19.2K 2.2K 56
                                    

Vote and comment juseyo..
.   

"Jangan saling bunuh aja pokoknya" ujar Arsyi dengan tenang membuat Arsya bersemangat karena mendapatkan persetujuan dari mommynya.

Dia langsung berdiri dan melangkah mendekati Rendi yang kembali sibuk dengan tabletnya.

"Abang sibuk" ujar Rendi ketika Arsya sudah berada di sampingnya.

"Arsya nggak peduli, abang udah bikin Arsya malu dan kesal, jadi Arsya mau balas abang" ujarnya ketus, Rendi hanya menghela nafasnya panjang dan menatap Arsya tajam.

Arsya sedikit menciut melihat itu, tapi dia menutupi kegugupan dengan menatap Rendi tak kalah tajam juga.

"Udahlah, sekarang duduk"

"Jangan sampai daddy hukum kalian berdua" tegas Alex menghela nafas pelan.

"Terserah daddy mau hukum nanti gimana, pokoknya tangan Arsya udah gatal" ujar Arsya dan menarik tangan Rendi, membuat tablet yang dipegangnya tadi terjatuh dan hancur seketika.

Brak

Suasana semakin memanas, melihat tablet satu-satunya itu tergeletak dan tak ada tanda-tanda kehidupan lagi.

Rendi geram, bukan karena dia tidak mampu membeli, tapi hasil kerjanya semalaman hingga begadang berada di tablet itu, namun semuanya hancur begitu saja.

Dia menatap tajam Arsya dan memegang dagu Arsya kuat.

"Akhh..."

"Kamu tau apa yang kamu lakukan haaa" bentak Rendi membuat Cakra dan Alfanza kaget, apalagi melihat Arsya yang sepertinya kesulitan bernapas.

"Bang, udah dong bang"

"Kasihan bang Arsya" ujar Alfanza memegang tangan Rendi, membuat Rendi langsung tersadar dan melepaskan tangannya dari adeknya itu.

Arsya langsung terjatuh dan terbatuk-batuk, hingga dia kembali berdiri setelah dibantu oleh Cakra.

"Abang juga, nggak usah cari masalah sama bang Rendi, udah tau bang Rendi gimana"

"Mau sok-sokan baku hantam sama dia lagi" omel Cakra menatap miris leher putih Arsya yang memerah.

"Lo pikir ini masalah sepele haa, kalian nggak akan ngerti" ujar Arsya menepis kasar tangan Cakra.

"Gue udah terlalu sabar sama kelakuan dia sama gue selama ini"

"Mentang-mentang dia yang paling tua, dia jadi semena-mena sama gue" ujar Arsya menatap sengit Rendi yang tampak emosi.

"Maksud kamu apa?" Ujar Rendi tidak terima.

"Apa, memang benar kan, abang itu nggak adil, abang selalu bersikap lebih keras sama gue"

"Apa perlu gue sebutin perbedaan perlakuan abang diantara kita haaa"

"Apa pernah abang hukum Cakra dan Rasya lebih keras dari gue, nggak kan" ujar Arsya ngegas, dia sudah terlanjur emosi sekarang.

"Abang menyayangi Cakra, bersikap sebagai abang yang lembut dan penyayang"

"Bahkan sama Rasya dulu, walaupun abang bersikap acuh dengannya, gue tau abang selalu perhatiin dia dari jauh"

"Sedangkan sama gue, abang selalu seenaknya saja, abang nggak adil berengsek"

"ARSYA" teriak Rendi tepat di wajah Arsya.

"Abang, tenanglah" ujar Alfanza berdiri tepat dihadapan Arsya, walaupun dia tidak paham dengan kondisi saat ini.

Dia pikir, selama ini dia sudah mengenal saudaranya. Tapi apa yang dia lihat sekarang, kenapa Arsya sampai semarah ini pada Rendi.

I'm Fine (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang