Part:32

17.6K 2K 240
                                    

Vote and comment juseyo...
....

"ABANG, KAMI DATANG" teriak Aron menggema di mansion kediaman Smith, hingga dia mendapatkan toyoran dari Eric yang berada di sampingnya.

"Nggak sopan" ujar Eric menatap Aron kesal.

"Kamu ini dek, jangan bawa kebiasaan kamu di mansion ke sini" ujar Radit menghela nafasnya pelan karena tidak enak dengan abang iparnya.

"Maaf ya bang, kebiasaannya memang seperti itu, nanti kalau salah tegur aja mereka" ujar Radit menatap Alex dan Rendi.

"Gapapa, Cakra sama Arsya juga sering berteriak-teriak seperti itu, jadi abang sudah terbiasa" ujar Alex mengelus rambut Aron yang tampak kikuk menatapnya, apalagi ketika melihat tatapan datar dari putra sulung Alex itu.

Rasanya Aron ingin kabur saja saat ini juga.

"Ayo masuk" ujar Alex tersenyum dan diangguki oleh yang lainnya.

"Aron, Eric" ucap Alfanza tersenyum menyambut kedatangan kedua temannya itu.

"Abang, kita kangen" ujar Aron memeluk Alfanza, begitu juga dengan Eric.

"Benar bang, sekolah rasanya sepi kalau nggak ada abang" timpal Eric, membuat Cakra memutar matanya malas.

"Lebay" gumam Cakra malas tapi hanya bisa didengar oleh Arsya yang juga tampak setuju dengan ucapan Cakra.

"Gue juga kangen sama kalian" ucap Alfanza dan tersenyum menatap Radit.

"Silahkan masuk Radit, kita duduk dulu"

"Bik, tolong buatkan minuman ya" ujar Arsyi dan melangkah menuju ruang tamu, begitu juga yang lainnya.

"Udah pelukannya" ujar Arsya menarik Alfanza dan membawanya ke ruang tamu, mengabaikan si kembar yang tampak kesal menatapnya.

"Awas aja ya kalian macam-macam sama abang gue, dan juga sikap sok polos dan menggemaskan kalian itu, menjijikkan tau nggak" kesal Cakra dengan tatapan mengancam.

"Abang yang udah lo abaikan dulu ya maksud lo, kok tiba-tiba keliatan cemburu kalau dia dekat sama kita" ujar Aron dengan senyuman mengejek.

"Lo..."

"Kita udah dengar ceritanya dari om Alex, walaupun sebenarnya diluar nalar sih...

"Kalau sebenarnya jiwa yang dalam raga Alfanza sekarang merupakan jiwa bang Rasya yang sudah meninggal"

"Tapi waktu ngedengar perlakuan kalian sama bang Rasya dulu, membuat kita marah sama kalian semua dan ingin membawa bang Rasya jauh dari kalian"

"Tapi bang Rasya terlalu baik banget mau memaafkan kalian" ujar Eric menghela nafasnya pelan dan menatap Cakra tajam.

"Dan juga seharusnya kita yang bilang sama lo, kalau sampai kalian menyakiti bang Rasya lagi, jangan harap bisa dekat sama bang Rasya lagi" ujar Eric tersenyum smirk.

"Ohh ya, emangya kalian mampu apa?" Ujar Cakra tersenyum mengejek

"Dan bukannya waktu kecil kalian juga pernah ikutan mengejek bang Rasya ya" ucap Cakra membuat si kembar mengernyit bingung.

"Maksud lo?" Ujar Aron, karena sejujurnya mereka sedikit lupa dengan masa kecil mereka. Apalagi mereka sudah lama tidak berhubungan dengan sepupu dari pihak papanya ini.

Cakra menyeringai kecil, dan meninggalkan si kembar yang masih tampak kebingungan.

"Tapi boong hahaha" ujar Cakra setelah sedikit menjauh dari si kembar.

"Sialan, jadi kita dibohongi nih" kesal Aron dan melangkah menyusul Cakra, sedangkan Eric masih memikirkan ucapan Cakra tersebut.

"Hmm apa dulu gue memang pernah ngejek bang Rasya ya?" Gumamnya dan menatap Alfanza yang duduk di tengah-tengah Arsya dan Rendi.

I'm Fine (End)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz