Part:27

21.1K 2.3K 101
                                    

Vote and comment juseyo..
....

Rendi tersenyum tipis melihat Arsya dan Alfanza yang sudah tertidur dengan perpelukan. Dia mendekat dan membenarkan selimut mereka hingga sampai dada.

Kemudian Rendi duduk di tepi ranjang Arsya, memperhatikan wajah Alfanza yang tertidur lelap sambil mengelus rambutnya.

"Kamu harus coba mengenal lebih dekat adek kamu itu lagi Rendi"

Kata-kata Alex tadi membuat hatinya tertohok, dia sadar kalau dirinya tidak terlalu dekat dengan Rasya sedari dulu, tapi daddynya itu bisa-bisanya memperjelas situasi membuat perasaannya semakin merasa bersalah.

Padahal Rendi sangat yakin, kalau daddynya itu juga tidak terlalu mengenal Rasya, tapi bisa-bisanya dia menasehatinya, dan itu membuatnya kesal.

Asyik dengan lamunannya sambil memperhatikan Alfanza, Rendi tersadar ketika seseorang menabok tangannya sehingga menjauhi rambut Alfanza.

Rendi menatap sengit si pelaku yang sekarang semakin mempererat pelukannya pada Alfanza.

"Mau ngapain?" Tanya Arsya menatap sengit abang pertamanya.

"Terserah gue dong mau ngapain" ujar Rendi menatap malas adeknya itu dan kembali mengelus rambut Alfanza.

Arsya berdengsus kesal dan duduk dengan pelan, supaya rantai di kaki mereka tidak bergesekan dan menggangu tidur Alfanza.

"Senang kan lo dihukum gini sama Rasya berdua" ujar Rendi dan dibalas anggukan semangat oleh Arsya.

"Senang dong, karena kalau gini gue nggak bisa jauh dari Rasya"

"Kalau bisa, dihukum seminggupun gue rela" ucap Arsya tersenyum senang.

"Bisa tertekan Rasya kalau lama-lama sama lo" ketus Rendi

"Ahh masa sih, Rasya juga keliatan senang dihukum gini sama gue...

"Dan itu sudah pasti, karena dia tidak bisa jauh dari abangnya yang paling ganteng ini" ujar Arsya percaya diri.

"Kurangin deh narsis lo itu, Rasya selalu bersabar kalau berhadapan sama lo, seharusnya lo peka"

"Lo nggak nyadar apa yang udah lo lakuin tadi"  kesal Rendi dengan keegoisan adeknya itu.

"Yaelah bang, kalau lo jadi gue, lo bakal lakuin hal yang sama juga, ingat lo itu lebih gila ya dari gue"

"Lo aja yang gengsi buat dekatin Rasya" cibir Arsya membuat Rendi terdiam.

"Yahh gimana mau dekatin, kan aneh kalau gue tiba-tiba dekati dia, sedangkan yang dia tau, kalau kita taunya dia Alfanza"

"Yang selama sebulan dia tinggal di sini gue cuekin dia, kecuali kalau sama mommy, itupun gue tanggapinnya cuma sebentar"

"Kan aneh kalau tiba-tiba gue sok akrab sama Rasya" ujar Rendi membuat Arsya terkekeh pelan.

"Kasihan" ujar Arsya dengan nada mengejek, membuat Rendi menjitak dahi pemuda itu.

Rendi diam, tidak membalas perkataan Arsya lagi, dia kembali sibuk memperhatikan wajah Alfanza yang tidak terganggu sedikitpun dengan pembicaraan mereka.

"Gue nggak sabar nunggu Rasya jujur dan mengatakan yang sebenarnya" ujar Rendi dengan ekspresi sendu. Dia ingin menunjukkan kasih sayangnya dan penyesalannya secara langsung, bukan harus bersembunyi-bunyi seperti ini.

"Gue juga pengen mengatakan langsung dan memeluknya, tapi gara-gara ide lo itu, semuanya jadi gini" ketus Rendi.

"Iri aja lo, daddy aja setuju tuh"

I'm Fine (End)Where stories live. Discover now