Kaos Kaki

61 4 10
                                    

Thank U buat kalian yang udah mampir.
Hope you enjoy reading^^


"Nuna kau lihat kaos kaki ku tidak?"

Terimakasih kepada Seongho yang sudah berjasa menarikku paksa keluar dari dunia mimpi. Aku masih belum beranjak dari kasur nyamanku. Aku bahkan belum mau membuka mata. Seongho menggedor pintu kamarku dengan heboh. Tidak, aku ralat. Dengan sangat heboh seolah ada pencuri masuk dalam rumah.

Aku tidak tahu ini jam berapa karena aku tidak menemukan ponselku di tempat biasa aku menaruhnya. Kurasa baru saja aku memejamkan mata ketika Seongho membuatku kembali terjaga. Aku bahkan tidak yakin ini mimpi atau bukan.

"Nuna!!!"

Persetan dengan lelaki di depan kamarku bernama Go Seongho itu. Ku tendang kesal selimut nyamanku. Berjalan tertatih layaknya zombie.

"Apa..." Jawabku malas setelah membuka pintu.

"Astaga aku kaget!"

Memang tidak dramatis. Seongho tidak sampai berjingkat atau memegangi dadanya karena aku yang tiba-tiba muncul di depannya. Kepalan tangannya masih terangkat hendak menggedor pintu lagi. Beruntungnya kepalaku tidak sampai menjadi pengganti pintu karena Seongho cepat menghentikan ayunan tangannya.

"Nuna ada apa denganmu? Kau tidak tidur semalam? Lihatlah matamu menghitam. Oh? aku baru lihat Nuna memiliki kantung mata. Rambut! Oh Tuhan ada apa dengan rambut-"

"Bisakah kau berhenti bicara? Kau ingin lihat kehebatan mulutku? Kau mau beradu rap denganku?"

Seongho diam. Suaraku terdengar lebih seperti ancaman daripada peringatan.

"Jadi kau mau apa." Lanjutku.

"Nuna lihat kaos kaki ku?"

"Tidak lihat dan tidak akan pernah lihat. Sudah pergilah aku mau tidur."

"Nuna bukankah sikap Nuna sangat keterlaluan? Adik Nuna yang lucu ini sedang mencari kaos kaki tapi bukannya membantu malah mengusirku."

Mulai lagi. Seongho mulai bersikap kekanak-kanakan. Aku berani bertaruh setelah ini dia akan kembali melakukan aegyonya yang menyebalkan karena sekarang dia sudah mengeluarkan jurus puppy eyes.

"Bukannya kau yang mencucinya sendiri? Kau tidak akan melaundrynya kan?"

"Kurasa aku sudah menjemurnya kemarin tapi kenapa aku tidak melihatnya?"

"Kemarin?" Seongho menganggukkan kepala. "Coba kau tanya Hyungmu sepertinya kemarin dia habis menjemur pakaian."

"Hyung? Nuna! Kenapa Nuna selalu mengatakan 'Hyungmu' padaku?"

"Kenyataannya dia Hyungmu kan."

"Cih. Aku tidak butuh Hyung sepertinya."

"Yasudah, aku juga tidak butuh manusia macam kau. Hush pergi sana aku mau tidur."

Kali ini aku benar-benar menutup pintu. Sementara sayup-sayup ku dengar suara Seongho mengomel. Mengomel pada semua penghuni rumah. Bahkan dia juga mengomeli dirinya sendiri. Dasar bocah.

"Nuna! Manusia itu bilang tidak melihatnya! Tapi dia malah memakainya!"

"DIAMLAH ATAU KALIAN KU USIR DARI RUMAHKU!!"

"Sudah ku bilang jangan laporan ke Nunamu dia jadi marah kan!?" Kali ini suara Seungbo.

"Kau juga! Kenapa harus kaos kakiku? Kau tidak punya kaos kaki kah? Perlu ku belikan?"

"Ya belikan untukku. Jarang sekali menerima hadiah dari adik kecil ku ini."

"Cih aku tidak sudi menjadi adikmu."

"Tapi aku sangat sudi menjadi Hyungmu."

"KALIAN!! BERHENTI SEKARANG ATAU KU PANGGIL SATPAM!"

"Iya iya aku berhenti tapi dia-" Suara Seongho.

"DIAM!!"

Aku geram. Bantal yang harusnya menjadi penyangga kepalaku sukses mendarat di kepala Seungbo setelah aku melemparkannya asal. Sedikit terkejut karena sasaranku sebenarnya adalah Seongho. Tapi terlalu canggung kalau aku minta maaf sekarang. Jadi aku hanya menutup pintu dan kembali merebahkan badan untuk tidur meskipun aku tidak yakin kali ini apakah masih bisa tidur.


Kuharap kalian suka ceritanya.
Kalau suka boleh dong minta bantu dukungan votenya.
Yang mau komen juga silahkan sebisa mungkin bakal aku jawab^^
Love ya.
See ya😘

I love You, I'm SorryWhere stories live. Discover now