Lagi??

44 3 0
                                    

Thank U buat kalian yang udah mampir.
Hope you enjoy reading^^

Hari-hari berlalu dengan sangat cepat. Perban di tangan kananku sudah hilang. Untung saja tidak ada efek samping. Hanya meninggalkan bekas luka. Dokter yang merawatku mengatakan aku bisa menghilangkan bekas itu kalau lebih sering merawatnya. Waktu itu aku hanya menjawabnya dengan senyuman. Sudah pasti biaya yang di keluarkan tidaklah sedikit. Aku tidak ingin lebih membebani Seungbo.

Tidak ada gunanya meskipun seumpama aku diam-diam membayar sendiri tagihan karena Seungbo selalu berhasil mengetahuinya. Mungkin dia sudah bekerja sama dengan rumah sakit seluruh kota supaya aku tidak bisa membayar menggunakan uangku sendiri.

Hubunganku dengan Seungbo bisa di katakan sedang tidak baik-baik saja. Setelah dia menyeretku ke kamar mandi malam itu aku tidak bisa menemuinya. Aku menghindarinya. Otakku yang telah menyadari kalau aku menyukainya selalu membuat masalah bahkan ketika aku mendengar suaranya saja.

Parahnya, setiap hari Seungbo akan selalu muncul di depan kamarku. Mengetuk pintu kamar bertanya apakah aku tidak turun. Aku memutuskan untuk tidak sarapan bersama mereka. Karena kalau aku melakukannya sudah pasti tidak akan ada makanan yang masuk kedalam mulut. Aku akan sibuk mengurut perutku yang seolah sedang di terpa badai. Sangat membuat tidak nyaman.

Begitupun dengan hari ini. Ketika aku keluar kamar mandi kutemukan Seungbo yang sepertinya sengaja menungguku. Otakku yang mengenalinya sebagai seseorang yang kurindukan memaksa bibirku untuk tersenyum. Tetapi perutku kembali berulah. Organ yang ada dalam tubuhku seolah sedang bercampur aduk.

Seungbo yang mendengar pintu kamar mandi terbuka memutar badannya menatapku. Sedang aku hanya diam. Aku tidak bisa berpura-pura tidak melihatnya dan melanjutkan jalanku kembali ke kamar. Ataupun kembali masuk kedalam kamar mandi yang barusaja ku tinggalkan.

Seperti biasa senyuman Seungbo selalu bisa menghipnotis ku untuk mengikutinya tersenyum. Setiap gerakannya berubah melambat dalam pandanganku. Otakku semakin tidak waras semenjak Seungbo terang-terangan mengajakku menikah malam itu.

"Sudah lama aku tidak melihatmu."

Seungbo membuka pembicaraan. Kedua tangannya dia selipkan pada kantong Hoodie berwarna abu-abu yang sedang ia pakai. Rambutnya masih berantakan. Sepertinya baru bangun tidur. Bahkan aku bisa melihat matanya yang masih mengantuk.

"Ya, sudah lama memang."

Sangat canggung. Udara dalam ruangan terasa semakin dingin.

"Kau sengaja menghindari ku."

"Ya."

Itu jawaban spontan yang sama sekali tidak memasuki saringan dalam otakku. Seungbo mengangkat kepalanya menatapku.

"A. Tidak. Bukan seperti itu."

Ini sangat tidak nyaman. Biasanya Seungbo yang selalu mencairkan suasana. Sekarang dia hanya diam. Entah dia sedang memikirkan apa tapi kelihatannya dia juga tidak nyaman dengan kecanggungan ini.

"Aku sudah bilang kan? Aku tidak akan memaksamu jadi tolong jangan menjauhiku."

"Ya, aku juga belum melupakan itu."

"Kuharap kau tidak terlalu memikirkannya. Aku tidak ingin melihatmu sakit."

"........" Aku hanya diam. Tidak tahu harus menjawab apa.

"Aku sering melihatmu yang masih sering menahan nyeri di perut seperti waktu itu."

Dalam hati aku mengiyakan. Nyeri yang mendera perut bawahku semakin tidak terkendali. Nyeri yang biasa ku alami ketika datang bulan itu sekarang tidak hanya ketika aku datang bulan. Hari-hari normal pun aku sering mengalaminya. Kukira aku sudah menyembunyikannya dengan sangat rapat. Tak kusangka Seungbo melihatnya.

"Itu tidak ada hubungannya dengan lamaranmu kok. Tenang saja."

Aku tertawa. Yang cepat ku tarik kembali karena gagal mencairkan suasana. Seungbo masih memasang wajah serius. Dari matanya aku tahu dia menghawatirkanku.

"Bukankah kau harus ke rumah sakit?"

Ini masuk akal. Jangankan Seungbo yang hanya melihat, aku yang mengalami sebenarnya juga sama penasarannya sama dengan dia. Kenapa tubuhku menjadi sangat lemah seperti ini. Tapi aku terlalu takut kalau aku tahu ternyata ada suatu penyakit di dalam tubuhku. Aku sudah menyadarinya dari dahulu kalau ini bukanlah sesederhana kram ketika datang bulan. Tapi aku menolaknya. Otakku menolak kalau ini aneh. Ini hal yang biasa. Selalu itu yang kukatakan pada diriku sendiri.

"Untuk apa ke rumah sakit kalau aku tidak sakit? Membuang uang."

Aku melirihkan suaraku ketika mengucapkan kalimat terakhir. Aku tidak ingin Seungbo mendengar dan menyimpulkan kalau aku wanita yang terlalu mata duitan.

"Kau tidak perlu memikirkan urusan biaya. Aku bisa mengatasinya."

Perkataan Seungbo membuatku terkejut. Bukan permasalah dia yang mau menanggung biaya. Akan menjadi apa aku di matanya kalau selalu membuatnya mengeluarkan uang demiku?

"Aku tidak akan memaksamu untuk mau menjadi istriku meskipun aku sangat mengharapkan itu. Aku hanya tidak ingin melihatmu sakit."

Mataku membulat. Seungbo barusaja mengatakannya. Dia kembali melamarku meskipun tidak dengan sengaja. Pria di depanku ini benar-benar menyukaiku? Sampai pada tahap dia berharap menjadi teman hidupku?

"Baiklah. Katakanlah kita sudah menjadi pasangan. Ketika nanti kita saling bosan dan akhirnya berpisah apakah hubungan kita akan tetap sama?"

Ini adalah alasan. Salah satu alasan yang menahanku untuk mengiyakan ajakan Seungbo melangkah menjadi lebih dekat. Lebih baik terjebak dalam zona pertemanan daripada harus saling kehilangan setelah pernah menjadi satu.

"Sekarang saja hubungan kita menjadi seperti ini setelah kau melamarku. Apa yang akan terjadi kalau ada yg lebih buruk?" Sambungku.

"Bukan aku yang menjauhimu. Aku selalu serius padamu."

Ini sangat melelahkan. Selalu seperti ini. Adu argumen tidak berguna yang membuang waktu. Pembicaraan tentang masa depan yang tidak ingin kugapai karena takut kehilangan apa yang sudah menjadi milikku sekarang.

"Aku sangat serius padamu. Tidak bisakah kau melihatku sekali saja?"

Seungbo menarik bahuku mendekat. Dia membenamkan tubuhku dalam dekapannya yang hangat. Tangannya berulang kali mengelus rambutku. Aku tidak berani menduga tapi hembusan nafasnya yang menerpa ujung kepalaku seolah berkata kalau dia mendaratkan bibirnya disana. Dia menciumku.

"Seungbo-"

"Jangan katakan apapun. Biarkan aku memelukmu lebih lama."

Seungbo semakin erat memelukku. Tanganku yang awalnya menarik hoodienya perlahan kuulurkan ke belakang. Melingkari pinggangnya. Aku membalas pelukannya.


Kuharap kalian suka ceritanya.
Kalau suka boleh dong minta bantu dukungan votenya.
Yang mau komen juga silahkan sebisa mungkin bakal aku jawab^^
Love ya.
See ya😘

I love You, I'm SorryWhere stories live. Discover now