Kembali Peduli

18 2 0
                                    

Thank U buat kalian yang udah mampir.
Hope you enjoy reading^^


Ponselku bergetar. Hanya ada deretan nomor tidak kukenal. Aku tidak menghiraukannya. Tugas didepanku lebih mendesak dibanding menerima telfon entah dari siapa. Aku terbiasa menyimpan nomor di kontak telfonku jadi sudah bisa kupastikan itu bukanlah dari seseorang yang ku kenal karena tidak mungkin aku tidak memiliki nomor orang yang ku kenal.

Setelah bergetar cukup lama akhirnya ponselku diam. Kulirik sebentar layar ponselku yang menampilkan catatan panggilan tidak terjawab sebanyak tiga kali. Kenapa orang ini sangat berusaha menelfonku? Mau tidak mau otakku teralihkan juga. Tidak mungkin kalau hanya telefon iseng akan menelfonku sampai segitu banyaknya. Apakah seseorang yang ku kenal? Atau.. tidak sengaja ku kenal?

Tepat ketika mataku hendak menekuni layar datar di depanku satu pesan masuk. Masih sama, dari nomor tak ku kenal itu. Mataku yang sempat membaca baris pertama dari isi pesan itu membulat seketika. Pesan dari Dokter wanita di Rumah Sakit. Teman Seungbo yang tidak sengaja ku salah pahami sebagai wanita simpanan Seungbo. Kalau mengingat itu membuatku sangat malu. Mengingat kembali betapa bodohnya diriku yang menarik kesimpulan sepihak tanpa menelisik lebih jauh.

Dokter wanita itu menghubungiku melalui nomor pribadinya. Dia beralasan sedang terburu-buru pergi ke suatu tempat. Dia minta maaf padaku karena lupa tidak menghubungiku melalui nomor kerjanya. Aku yang cukup paham bagaimana rumitnya keadaan ketika sedang ada masalah hanya bisa memakluminya. Dia bertanya apakah aku punya waktu malam ini. Dia berkata ada hal penting yang harus dia katakan padaku secepatnya. Aku menjawab dia bisa saja mengatakannya melalui pesan atau telfon tapi dia menolak. Dia bersikeras harus mengatakannya langsung padaku.

Baiklah. Sampai jumpa nanti malam.

Berkat pesan singkat dari dokter wanita itu aku tidak lagi bisa fokus dengan pekerjaanku. Otakku terus menebak apa yang akan dia katakan sehingga meminta bertemu. Kenapa dia tidak bisa menulisnya melalui pesan atau mengatakannya dengan telfon. Dia bukan orang yang bisa ku hubungi sesuka hati. Satu-satunya hal yang menghubungkan ku dengannya hanyalah penyakit menyedihkan yang ada didalam tubuhku. Aku tidak yakin dia akan menemuiku hanya karena dia adalah teman Seungbo. Ada apa? Apakah ada yg salah padaku? Hidupku memiliki batas. Tentu saja aku tidak akan lupa itu. Apakah ada hal penting lain selain itu?

Sepanjang sisa hari kuhabiskan dengan setengah hati. Aku ingin cepat pergi menemui Dokter wanita itu. Mendengarkan perkataan yang dia simpan sampai membuatku penasaran. Aku bukannya tidak mengetahui ketua tim yang sering menatapku. Tidak perlu bertanya aku sudah tahu apa yang ada dalam pikiran pria paruh baya itu. Untung saja pekerjaan hari ini berhasil kuselesaikan meskipun dengan setengah hati.

Tadi ketika aku keluar dari bilik kerjaku aku berpura pura mendapat telfon penting yang menyuruhku untuk segera pulang. Bahkan aku membuatnya lebih dramatis dengan berlari kecil meninggalkan perempuan bermata indah rekan kerja terdekatku yang jelas-jelas menahan tanganku untuk menunggunya.

"Nanti aku akan menelfonmu."

Itu adalah kata yang kulemparkan sambil melepas tangannya dari lenganku. Dia menatapku memelas. Kembali menyelesaikan tugasnya yang tinggal sedikit dengan terpaksa.

_______

"Akkh."

Aku terbangun karena sakit kepala. Aku tidak pernah merasakan sakit kepala sampai seperti ini. Sangat menyakitkan. Kepalaku terus berdenyut seolah ada sesuatu tak terlihat memukuli kepalaku.

"Haus sekali."

Sayangnya aku tidak bisa beranjak dari kasur karena tubuhku yang terasa sangat lelah. Seolah semua kekuatanku menghilang. Masih dengan mata yang terpejam kusibakkan selimut kemudian berjalan tertatih keluar kamar. Sakit kepalaku tidak juga reda. Sakitnya sampai menjalar pada mataku yang merasa sangat silau bahkan pada layar ponselku yang redup.

I love You, I'm SorryWhere stories live. Discover now