Hilang Akal

19 2 0
                                    

Thank U buat kalian yang udah mampir.
Hope you enjoy reading^^

"Tiga bulan? Anda bilang saya masih memiliki waktu lebih dari itu."

"Saya minta maaf harus mengatakan ini tapi sel mematikan itu bertumbuh lebih cepat dari tes terakhir kali."

Dokter wanita di depanku ini sangat jelas mengatakan semuanya. Dia tidak mungkin berbohong. Lagipula untuk apa dia berbohong. Hanya saja aku yang belum siap merasa seolah ini hanyalah kebohongan bagai tanggal satu April. Otakku yang menolak menerima kenyataan masih berharap kalau sebentar lagi dia akan tertawa sambil berkata aku telah masuk jebakannya.

Kenyataannya tidak. Sudah ada tiga menit berlalu hanya ada diam diantara kami. Dia tidak mengatakannya. Dan aku juga tidak tahu harus bagaimana menanggapinya. Terlalu tidak nyata. Batas waktu untukku hidup sudah bisa di prediksi oleh orang lain. Waktu yang sangat singkat bagiku. Tiga bulan.

Hidupku sebentar lagi berakhir. Warna warni cantiknya bunga bermekaran saat musim semi sudah tidak mungkin bisa ku lihat lagi. Kelopak bunga sakura yang beterbangan ketika tertiup angin menyapaku berangkat dan pulang bekerja. Hembusan anginnya yang dingin namun menyegarkan. Semua hanya tinggal kenangan. Aku tidak mungkin melihatnya.

Romantisnya bulan valentine yang selalu kubayangkan akan seperti apa ketika aku memiliki kekasih. Seumur hidup aku tidak pernah bisa merasakannya. Bahkan sekalipun. Sekarang aku memiliki Seungbo, orang yang ku cintai. Tidak bisakah sekali saja aku merasakan indahnya aroma masa muda? Hidupku terlalu sia-sia.

Tahun baru. Ribuan kerlap kerlip kembang api memenuhi langit malam hanyalah mimpi. Aku belum sempat merayakan tahun baru dengan cara yang benar. Turun ke jalanan menikmati ramainya malam pergantian tahun. Berbaur menjadi satu bersama dengan orang asing yang tidak ku kenal. Sama-sama meneriakkan hitung mundur tengah malam. Hal yang mustahil bisa ku rasakan lagi.

Salju. Apakah bulan November salju sudah turun? Meskipun aku menyukai musim gugur tapi melihat salju yang jatuh menutupi tanah dengan warna putih bersihnya terlihat sangat indah. Bagai di negeri dongeng. Bertingkah kekanakan dengan menumpuk salju membentuknya menjadi manusia salju. Aku belum pernah mencoba membuatnya. Keinginan itu masih terus menjadi keinginan yang sepertinya tidak akan menjadi kenyataan.

Ada begitu banyak hal yang sangat ingin kulakukan. Hal-hal kecil yang sekarang menjadi hal besar karena sudah tidak mungkin lagi. Diriku yang malang. Barusaja aku mencoba menjalani babak baru yang lebih berwarna padahal. Selama hidupku akhirnya aku menemui sosok pria yang ku cintai. Pria yang berencana akan kuberikan semua umurku padanya. Benar. Dia akan menjadi satu-satunya pria yang kuberikan seluruh usiaku karena sebentar lagi aku mati.

Seungbo. Dia pria yang sangat baik. Sayang sekali harus bertemu dengan wanita sepertiku. Dia telah menyia-nyiakan hidupnya yang berharga hanya karenaku. Harusnya dia tidak melakukan ini. Dia tidak perlu menikahiku hanya karena aku menyukainya. Dia berhak bahagia. Kenapa waktu itu aku setuju menikah dengannya? Walaupun tidak ada orang yang tahu tetap saja dia adalah suamiku. Dia terlanjur mengucapkan sumpah setia padaku. Kalau aku pergi seperti ini bukankah terlalu tidak adil untuknya?

Meskipun tidak ada larangan untuknya mencari pendamping sebagai pengganti ku, aku tidak yakin apakah dia akan melakukannya. Dia terlalu mencintai pekerjaannya. Apakah akan ada wanita yang rela di duakan dengan pekerjaan? Harusnya dia tidak terlalu gila bekerja karna itu dia tidak akan bertemu denganku. Salah. Salahkan aku yang tidak bisa membuatnya mencintai wanita lain. Harusnya aku tidak membiarkannya menginap di rumahku karena itu adalah awal tumbuhnya rasa sukaku padanya.

Seongho. Laki-laki malang itu apakah sudah sembuh dari rasa sakitnya? Bagaimana kalau dia tersakiti lagi saat aku pergi? Takdir menyedihkan apa ini yang telah terjadi? Mengapa semuanya menjadi seperti ini? Siapa yang harus ku salahkan?

I love You, I'm SorryOnde histórias criam vida. Descubra agora