Side Effect

57 4 0
                                    

Thank U buat kalian yang udah mampir.
Hope you enjoy reading^^


Aku terbangun keesokan harinya. Bukan karena suara alarm seperti biasa. Setelah mengecek ponselku sebentar lalu keluar kamar. Kutemukan Seungbo yang masih tidur di sofa. Dia tidur disana sejak semalam? Dia bahkan tidak memakai selimut. Membuatku yakin kalau dia tidak berniat untuk tidur disana. Dia sedang melakukan apa sampai ketiduran seperti itu?

Melihat wajah damainya yang tenang menuntun kakiku melangkah mendekatinya. Aku terdiam memandanginya tanpa sadar. Kurasa aku semakin mengagumi wajahnya setiap hari. Seolah memiliki magnet yang selalu menarikku untuk memandanginya. Bintik hitam di bawah sudut mata sebelah kanannya mencuri perhatianku. Sebelumnya aku tidak benar-benar menyadarinya. Kalau bukan karena tadi malam ketika dia mendekatkan wajahnya padaku mungkin aku tidak pernah benar-benar memperhatikannya.

"Dia terlihat sangat damai ketika tidur." Gumamku.

Ponsel Seungbo yang berada di meja dengan tiba-tiba berbunyi. Sederet nomer yang tidak ku kenal menghiasi layar. Seseorang berusaha menelfon. Aku tidak tahu kenapa aku melarikan diri satu detik setelah ponsel itu berbunyi. Dan kemudian berakhir di kamar mandi. Apakah aku takut kalau Seungbo menemukanku yang mengamatinya diam-diam ketika dia tidur? Aku tidak bisa memastikan alasan mana yang paling tepat sehingga membuat detak jantungku berdebar tak menentu.

"Ah aku pasti sudah gila. Kenapa aku melakukannya?"

Kutenggelamkan wajahku pada wastafel yang penuh dengan air. Terasa menyegarkan tapi tidak cukup membuatku melupakan apa yang baru saja kulakukan. Kenapa aku melakukannya? Pertanyaan itu terus berputar di kepalaku.

Seungbo. Sebenarnya pria itu siapa? Kenapa aku merasa sangat nyaman saat bersamanya? Seolah aku menemukan tempat perlindungan setiap kali menatap matanya. Juga senyumannya. Kenapa aku selalu tidak sadar mengikutinya? Benarkah Seungbo memberikan semua itu padaku?

"Aku tidak sedang salah paham pada kebaikannya kan?"

Air yang terus mengucur membuat basah lantai. Aku tidak mematikannya justru membiarkannya. Aku tidak tahu dengan apa yang sedang ku fikirkan. Apakah aku menyukainya? Atau hanya terlalu berharap karena dia selalu berbuat baik padaku?

"Kenapa aku seperti ini?"

_______

Aku tidak melihat Seungbo bergabung ketika sarapan. Sedangkan Seongho berulang kali mencuri pandang padaku. Aku tahu kenapa dia bertingkah seperti itu. Pasti karena kejadian semalam. Setelah Seongho datang membawa secangkir teh dia tidak lagi terlihat. Dia keluar dari kamarku dengan raut wajah yang sulit ku jelaskan. Dia juga mendadak menjadi pendiam.

Meskipun ada banyak pertanyaan dalam kepalaku tapi aku menahannya. Lebih baik kalau Seongho tidak tahu apa yang terjadi antara aku dan Seungbo tadi malam. Aku yakin dia tidak melihat Seungbo yang tidur di sofa tadi. Entah kemana perginya dia. Aku menebak karena telfon yang tadi sempat ku lihat.

"Nuna."

Seongho memanggilku. Kuangkat kepala yang sebelumnya hanya menatap meja. Dia tidak menghindari tatapanku seperti sebelumnya. Dari tatapan matanya aku tahu dia tidak yakin dengan apa yang sedang dilakukannya. Dia hanya ingin membuatku mengatakan sesuatu agar tidak canggung.

"Hmm."

Aku tahu ini adalah jawaban yang tidak di inginkannya. Jawaban menyebalkan yang tidak banyak menyumbang cair suasana. Seongho melihat sekeliling sebelum kemudian kembali menatapku.

"Nuna.. tidak apa-apa kan?"

"Kenapa? Kau kangen berantem denganku?"

"Bukan." Seongho kembali diam. Sangat canggung.

I love You, I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang