Benang Kusut

10 2 0
                                    

Thank U buat kalian yang udah mampir.
Hope you enjoy reading^^



Setelah berhasil mengingat apa yang terjadi semalam perasaanku semakin memburuk. Aku kesulitan berkonsentrasi dengan apa yang sedang terjadi. Pekerjaanku berantakan, itu sudah pasti. Ketua tim yang berubah menjadi anjing gila, memarahiku dengan segala macam umpatan yang bisa dia katakan. Seandainya tidak ada hukum yang melindungi pekerja bisa kupastikan ada bagian tubuhku yang lebam karena amukannya. Beruntunglah aku, pria tua gila itu masih takut hukum.

Ini masih jam makan siang dan sudah tak terhitung berapa kali helaan nafas yang keluar dari mulutku. Tidak ada yang menarik. Semuanya terasa hambar tak berenergi. Rasanya aku ingin berhenti. Diam sejenak tanpa melakukan apapun. Kalau waktu bisa berhenti, itu lebih baik. Sayangnya aku cukup rasional menganggap itu mustahil.

"Ada apa denganmu."

Aku menjawabnya hanya dengan senyum simpul. Jemariku kembali mengaduk air lemon di depanku. Salah satu kebiasaan yang akan kulakukan untuk mencari kesibukan. Ada makanan di depanku. Tapi terlalu tidak berselera untuk mengantarkannya kedepan mulutku. Setelah mengaduknya singkat ku letakkan kembali sendok yang telah kotor itu di sana. Membuatnya tampak telah di makan, yang pada kenyataannya aku tidak menyentuhnya sedikitpun.

"Kenapa kau membuang uangmu untuk makanan yang tidak kau makan?"

Dia bertanya padaku sambil menyuapkan makanan kedalam mulutnya. Terlihat sekali dia sangat kelaparan tapi juga tidak bisa membiarkanku terus berperilaku bagai orang gila. Dia cepat menyeruput air putih untuk mempercepat menelan makanan di mulutnya.

"Sesuatu terjadi padamu? Kamu mendadak berperilaku aneh."

"Menurutmu kita mencari apa selama ini? Kenapa kita terus berlomba membohongi diri kita sendiri?"

"Ada apa denganmu? Kau menjadi sangat aneh kau tahu? Kau benar orang yang kukenal selama ini? Kau bukan kembarannya kan?"

"Kembaran apanya. Hanya ada satu aku di dunia ini."

Aku tahu dia bertanya seperti itu untuk mengalihkan perhatianku. Dia berusaha menarikku dari energi negatif yang sedari tadi mendoktrin otakku. Membuatku berperilaku aneh. Bertindak bagai orang yang terkena gangguan jiwa.

"Jadi, ceritakan padaku kenapa dengan dirimu. Kemarin kau pergi terburu-buru. Berkata akan menelfonku malamnya padahal kau tidak melihat ponselmu setelah kau pulang. Dan sekarang kau bersikap seperti ini. Kau pasti menyembunyikan sesuatu."

"Orang sepertimu mana mungkin mengerti jalan fikirku."

Dia selalu berfikiran sederhana tidak akan bisa memahami isi otakku yang penuh masalah. Jalan fikirku yang terlalu rumit sangat susah mencari jalan keluar. Aku kadang bertanya pada diriku sendiri apa yang membuatnya tampak selalu bahagia? Seolah dia tidak memiliki masalah dalam hidupnya. Sedangkan aku yang selalu merepotkan hal-hal kecil sekalipun. Dia dan aku sangat berbeda namun anehnya aku justru merasa nyaman dengannya.

"Makanya coba kau katakan padaku. Setidaknya kau bisa melepaskan bebanmu sedikit."

"Sudah kubilang kau tidak akan mengerti. Aku bahkan orang yang berfikir bagaimana aku harus bernafas."

"Sudah kubilang katakan saja padaku. Entah aku mengerti atau tidak yang penting kau sudah meringankan beban fikirmu."

"Ah sudahlah aku mau kembali."

"Tunggu!"

Dia menahan tanganku tetap diatas meja. Aku sudah bersiap untuk berdiri ketika dia menahanku dengan tatapan bagai anak anjing menggemaskan. Baiklah aku mengalah. Biar ku dengarkan dia akan berkata apa.

I love You, I'm SorryWhere stories live. Discover now