1. Princess & Prince

383 34 1
                                    

Kuku-kuku jemari lentik itu tidak pernah bosan dirawat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kuku-kuku jemari lentik itu tidak pernah bosan dirawat. Bahkan saat suasana demikian serius, dia tetap memainkan kuku sambil sesekali meniupnya. Anggun tubuh ramping itu duduk di tepi ranjang dengan balutan sprei merah muda yang kalem. Ya, kalem seperti wajah tanpa dosa si pemilik.

"Ini ulah lo." Suara itu terdengar bersamaan dengan bungkusan rokok yang terlempar kasar ke lantai.

"Gue?" Vicky menjawab santai. Mana peduli dengan ekspresi pemuda di hadapannya. "Itu salah lo sendiri nyari mati."

"Lo jangan main-main, Vicky."

Barulah Vicky mendongak. Pemuda berwajah tirus dengan alis tebal yang sedikit tersayat membuatnya tersenyum mengolok. Baru datang saja sudah bikin Vicky ingin menyumpal mulut itu, apalagi sampai harus hidup bertahun-tahun bersama.

Ricky—saudara tirinya—memangkas jarak dan meraih kedua bahu Vicky. Walaupun pegangan Ricky menyakitinya karena terlalu keras, gadis itu tak bergerak untuk melepaskan diri. Dia justru mendongak dan tak ketakutan. Tatapannya seakan-akan ingin menantang pemuda itu.

"Kali ini gue maklum karena kita baru sebulan tinggal bersama, tapi lain kali kalau lo mengusik gue lagi, gue nggak akan tinggal diam sekalipun lo saudara gue," cetus Ricky penuh ancaman.

"Gue nggak pernah mau jadi saudara lo. Kalau bukan karena Mama lo yang kegatelan, kita nggak akan jadi saudara, Ricky."

"Tutup mulut lo! Jangan sampai gue beneran marah karena lo menghina Mama."

Seringai Vicky terpasang jelas. Tidak terima dihina, tetapi tidak sadar juga sudah membuat keluarga Vicky berantakan.

Semua bermula ketika Winata—ayah Vicky—membawa istri barunya yang tidak lain adalah ibu dari Ricky. Vicky bukan bocah polos lagi. Dia sudah tahu sejak awal, bahkan sebelum Ricky dan Erlita, mamanya, pindah ke rumah mereka. Winata bermain gila dengan Erlita di belakang Vicky dan Tsania—mama Vicky. Tentu saja gadis itu tahu hal busuk tersebut.

Cerita itu terlalu panjang. Vicky malas mengenang hal yang membuatnya muak. Sekarang tinggal dengan Erlita dan Ricky saja sudah menambah kebencian untuk sang ayah. Namun, mau bagaimana lagi? Mau ikut mamanya pun percuma. Mamanya sudah tidak mau direpotkan oleh Vicky.

"Jangan bikin gue marah lagi, Vicky atau besoknya lo nggak bisa bernapas lagi."

Perkataan Ricky yang penuh ancaman membuat Vicky tersadar dari lamunan tentang masa lalu. Entah hanya menggertak atau memang Ricky nekat bakal melakukan itu, Vicky tak peduli. Dia menepis tangan Ricky dan bangkit dari tepi tempat tidur.

Tubuhnya yang terawat dan langsing berlenggang ke arah meja rias. Mematut wajah kecil dengan bibir tipis kemerahan di depan cermin. Sementara Ricky menatap punggungnya di belakang sana.

"Kalau lo nggak mau diusik, jangan sembarangan mengusik orang lain," cetus Vicky, "lain kali Papa akan tau kalau anak tirinya nggak cuma ngerokok dan mabuk-mabukan. Apa lo berencana bawa narkoba ke rumah ini?"

Vicky-Me√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang