6. Video Bullying

143 19 0
                                    

“Debby, bangsat!”

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Debby, bangsat!”

Sepanjang kakinya melangkah melewati koridor, Vicky mengumpat untuk jongosnya di SMA Airlangga. Beberapa siswa Trisakti melihat dirinya sambil berbisik-bisik. Sudah pasti video itu menyebar ke seluruh sudut sekolah. Mungkin juga sudah di Airlangga.

Saat Vicky ingin menikmati kehidupannya yang damai, masalah baru malah datang. Jati dirinya sebagai perundung mulai tampak ke permukaan akibat video berdurasi 30 detik. Kalau bukan Debby yang merekam, lantas siapa lagi?

Orang-orang tidak akan tahu kalau sekarang Kana sedang koma. Mereka akan menghubung-hubungkan kejadian itu kalau sampai kabar Kana yang melompat dari atap adalah karena ulah Vicky. Semoga saja videonya tidak menyebar di SMA Airlangga. Gosip demi gosip akan beranak-pinak sampai ke penjuru Trisakti.

“Tolol! Angkat telepon gue,” ketus Vicky sesaat setelah melipir dari kegaduhan akibat video 30 detik.

Dia sengaja tidak datang ke kelas karena teman-temannya pasti sudah tahu tentang video itu. Vicky memilih lorong sepi yang menghubungkan area belakang Trisakti dengan kamar mandi khusus siswa.

Nomor Debby tetap tidak bisa dipanggil membuat Vicky makin dikuasai kemurkaan. Terakhir kali mencoba, nomornya langsung tidak aktif. Kecurigaan Vicky makin menjadi-jadi. Hanya jongos itu yang bersama dirinya pada saat kejadian.

Nomor yang Anda tuju sedang tidak ....

“Argh, bangsat!” teriak Vicky saking frustrasi.

Dia nyaris melempar ponsel dalam genggamannya. Gadis bertubuh ramping itu menarik rambutnya sendiri, lalu memegang kening saking pusingnya. Dia hendak berbalik, tetapi lemparan benda berat mengenai punggung terlebih dahulu.

Sebuah bola kasti menggelinding terjatuh. Si pelaku tersenyum remeh ke arahnya. Itu kakak kelas yang kemarin bertanya tentang hubungannya dan Ricky. Dia bersama sekitar empat jongos di belakangnya. Gadis itu berambut sedikit pirang, rok dan pakaiannya demikian ketat. Vicky bisa menjamin kalau dia sering menjadi bulanan razia sekolah.

“Enggak tahu malu banget pindah ke sini setelah bikin anak orang babak belur,” kata kakak kelasnya yang berambut pirang. Vicky mengamati badge name-nya dan tertera nama Jessica di sana.

Gadis yang berdiri di samping Jessica langsung ikut menyeletuk, “Tukang bully pantas buat dibully balik, Jessi.”

“Begitu masuk Trisakti, dia pikir bakal jadi Tuan Putri hanya karena bisa dekat sama Ricky dan teman-temannya?” Yang lain ikut menambahkan.

Vicky yang masih berdiri syok hanya bisa memandang murka. Padahal dia sudah berjanji tidak akan melawan atau berbuat kekerasan. Sayangnya, kemarahan yang ada sejak Debby tidak bisa hubungi, kini malah makin menguasai dirinya. Tak apalah, lima lawan satu.

“Kenapa lo lihat gue kayak gitu? Nggak suka? Mau lapor ke kakak tiri lo?” tanya Jessica.

“Cewek sialan!” Vicky mendekat dan melayangkan tangannya ke arah Jessica.

Vicky-Me√Where stories live. Discover now