2. Hello, Vicky.

228 30 4
                                    

"Vicky

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Vicky ...."

"Bangsat! Siapa lo?"

Desau angin malam yang dingin menerpa kulit Vicky. Belaian angin menerbangkan gorden kamar dengan pelan dan lembut. Malam kian menggelap dan suasana mencekam saat sosok itu tak kunjung bergerak dari jendela. Dia berdiri mematung membelakangi Vicky yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Bisa-bisanya rumah itu sangat minim pengamanan. Bagaimana bisa ada orang 'aneh' masuk ke kamarnya? Dari mana datangnya gadis berseragam ... kedua bola mata Vicky melotot sempurna. Seragam SMA Airlangga.

"Vicky, tubuhku sakit. Aku sekarat dan kamu membuatku seperti ini."

"Argh!" Jeritan Vicky mengudara ketika gadis berambut pendek sebahu itu berbalik. Wajahnya terlihat retak dengan darah segar yang mengalir sampai ke leher.

Tubuh kurus Vicky terkapar ke lantai seiring rasa takut yang menyergap dirinya secepat kilat melintang di cakrawala. Degup jantung Vicky bertalu saat gadis dengan muka rusak berdarah-darah, justru menyeret langkah ke arahnya.

"Jangan mendekat, Bangsat! Jauh-jauh dari gue!" jerit Vicky.

"Kakiku sakit, Vicky. Kamu membuat perutku rasanya ingin meledak. Sakit sekali saat melompat dan terjatuh dari atap. Kamu membuatku seperti ini."

"Cewek gila! Pergi lo!"

Vicky berharap itu adalah mimpi. Sayangnya, bukan. Semua terasa amat nyata. Bahkan lantai dingin tempatnya terjatuh terasa sangat jelas. Tubuh perempuan kurus dengan pipi tirus itu berjalan mundur. Namun, kaki si cewek berwajah 'aneh' malah terseret-seret pincang. Vicky bisa melihat tulang keringnya menyembul dari kulit yang sobek.

Sekeras apa pun Vicky menggeleng, tetapi tetap tidak ada perubahan. Kejadian itu sepertinya buka mimpi. Secepat tarian angin, gadis berwajah 'aneh' terbang dan melompat tepat ke atas tubuh Vicky.

"Turun, sialan! Lepasin gue."

"Aku jadi pengin bunuh kamu, Vicky." Tangannya yang berlumuran darah pun terjulur menangkap leher Vicky dengan cepat.

Cekikan itu kuat dan mematikan. Wajah Vicky sudah memerah seiring pasokan oksigen yang ikut menipis. Jemari lentik bercat merah muda mengais-ngais permukaan kulit gadis berwajah 'aneh'. Namun, cekikikannya makin kuat.

"Vicky, kenapa tega sekali melakukannya padaku? Bagaimana kalau kita bertukar posisi? Biar kamu merasakan penderitaanku?"

"Cewek sialan!" Vicky berteriak saat cekikan di lehernya agak melonggar. "Bukan gue yang bikin lo kayak gini. Lo sendiri yang bodoh melompat dari sana, Bangsat!"

"Aku jadi ingin merobek mulutmu, Vicky. Mencakar wajah dan mengaduk-aduk isi perutmu."

"Tolong!"' Dalam keheningan yang panjang, Vicky hanya bisa melolong kesakitan. Sayang sekali, tidak ada siapa pun yang menjawab.

Vicky-Me√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang