29. Menyerah dan Kalah

170 23 1
                                    

Kedua kali ia harus mendatangi kamar rawat Kana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Kedua kali ia harus mendatangi kamar rawat Kana. Kabarnya Kana belum juga bangun dari koma. Artinya, keadaan gadis itu pasti amat parah. Vicky hanya bisa menghela napas dan mengumpulkan keberanian, sebab kedatangannya kali ini agak berbeda. Tentu saja berbeda karena Vicky datang untuk mengakui kesalahannya. Oleh karena itulah ia sekarang ada di sana, di rumah sakit. Datang sendiri diantar taksi, mengenakan jaket hitam dan topi serupa.

Kakinya melangkah pelan ke arah ruang inap Kana. Sepi, tidak ada wanita yang dahulu menunggu di sana. Sehingga Vicky memilih mendekat, lalu mengintip tubuh kaku Kana di ranjang itu. Selang-selang rumah sakit dan mesin EKG masih setia di sana memindai detak jantungnya. Vicky meletakkan telapak tangan di permukaan kaca ruangan, menatap sendu tubuh yang terbaring kaku.

Memang bukan perbuatannya, tetapi ia tetap ikut andil membuta Kana menderita di sekolah. Seketika Vicky terdiam. Apa pun itu, kekerasan tidak boleh dilakukan. Namun, bagaimana mungkin ia tak marah saat Kana membeberkan tentang Tsania hanya karena ditolak oleh Ricky? Gadis itu pasti dendam karena hal tersebut.

“Lo pikir gue menyesal?” gumam Vicky, “nggak. Gue mengakui ini karena nggak mau Debby melewati semuanya sendirian. Lagi pula, gue nggak punya siapa-siapa lagi untuk diajak tinggal bersama. Papa akan dijebloskan ke penjara.” Ia terlalu yakin akan hal itu.

“Vicky?”

Suara itu membuat Vicky menoleh. Bella datang memapah seorang wanita yang terlihat kurus. Kedua matanya memerah dan ada jejak kehitaman. Degup jantung Vicky serasa bekerja lebih cepat. Adrenalinnya terpacu hanya karena melihat Bella. Kontras dari Bella yang beberapa waktu lalu memukulinya, kali ini gadis itu terlihat amat terluka.

Kesedihan menghiasi wajahnya. Entah itu sungguh-sungguh atau sebaliknya, Vicky tak mengerti. Semua seakan-akan sudah diatur. Vicky tetap fokus pada tujuan, tidak mau mengindahkan hal-hal lain.

“Kamu kenal dia, Bel?” tanya wanita dengan dress merah marun. Ia menyeka wajah dengan selembar sapu tangan.

“Saya datang untuk meminta maaf.”

Penuturan Vicky membuat Bella dan wanita tadi saling bertukar pandang. Sementara jauh di dalam hatinya Vicky membatin untuk terus melanjutkan apa yang sudah tersusun di dalam kepala. Ia mengepalkan tangan kuat-kuat di sisi tubuh.

“Saya meminta maaf atas apa yang terjadi pada Kana,” imbuh gadis berpinggang ramping itu.

Tanpa diminta, Vicky menurunkan tubuh dan bersimpuh dengan lututnya. Kepala yang tertutup topi hitam pun tertunduk dalam. Kedua tangannya mencengkeram lutut dengan erat.

“Semua yang terjadi pada Kana adalah salah saya. Kana ... keluarga Kana mengalami kesulitan karena saya. Maafkan saya, Tante.”

“Apa-apaan ini? Siapa sebenarnya yang membuat Kana seperti ini, Bella?!”

Pertanyaan itu justru membuat Vicky terkesiap kaget. Ia mendongak dan menatap wajah mamanya Kana yang tadi sendu, berubah keruh oleh amarah. Matanya mencalang pada Vicky dan Bella.

Vicky-Me√Where stories live. Discover now