22. Drama Queen

106 17 0
                                    

Sesuatu yang mengejutkan memang kerap datang dalam kehidupan siapa pun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sesuatu yang mengejutkan memang kerap datang dalam kehidupan siapa pun. Mungkin memang bukan hari ini, tetapi di hari-hari berikutnya akan ada banyak hal tidak terduga yang menghampiri. Sama halnya dengan Vicky. Baru-baru ini, tidak tetapi siang tadi, ia lagi-lagi mendapatkan sebuah kejutan. Bukan kejutan yang menyenangkan, tetapi sebaliknya.

Fakta-fakta yang ditolak oleh sisi kewarasannya malah bergulir makin cepat. Memburu Vicky tanpa henti sampai tidak fokus pada pelajaran terakhir, kesenian. Ia menolak memperhatikan anak-anak lain yang maju ditunjuk oleh guru untuk memainkan angklung secara bergiliran. Diamnya tak wajar membuat Lizzy menjadi satu-satunya orang yang sibuk mengamati sesekali. Tentu Vicky tidak menyadari.

Kini sekolah telah usai di hari yang cukup terik. Cakrawala demikian bersih dan membiru indah serupa kanvas besar dengan tumpahan cat air. Barangkali gumpalan awan sedang malas mengotori langit. Hanya sedikit yang memamerkan diri, betapa mereka cocok bersanding dengan kanopi bumi. Sayangnya, hari yang ceria begitu kontras dengan perasaan Vicky.

Ia tak pernah demikian resah, terkecuali ketika anak-anak berbisik dan menggosip tentang Tsania—dahulu. Sekarang yang membuatnya resah adalah nasib Debby. Kesalahannya yang telah merundung Kana, sehingga banyak orang terseret. Lalu, kedua cowok yang sejak tadi siang menari dalam ingatannya tanpa henti.

“Hei, hape lo bunyi,” tegur Lizzy.

Lamunan gadis itu buyar, sekaligus kaget karena entah sejak kapan Lizzy ada di dekatnya. Ramai anak-anak Trisakti yang merayakan kepulangan di lorong sekolah. Namun, pikiran Vicky ternyata lebih berisik. Sampai tak sadar dengan sekitar dan tak tahu Lizzy sudah sejak tadi di sisinya.

“Siapa?” Lizzy menatap penuh tanya. Sadar akan wajah Vicky yang berubah makin keruh.

“Travis.”

“Nggak biasanya langsung murung. Kalian berantem?”

Vicky menggeleng lesu. Walaupun ada pertengkaran, Vicky-lah yang akan meminta maaf terlebih dahulu meski bukan salahnya. Sejak Travis menjaga jarak karena Winata mulai mengamati tindak tanduk sang putri, ia yakin jika sekarang pemuda itu pasti sudah tahan. Sejujurnya, Vicky juga. Ia merindukan Travis, lebih tepatnya momen kebersamaan mereka. Pulang dan pergi sekolah bersama. Kencan sebentar sebelum pulang atau bertemu saat akhir pekan.

Akan tetapi, apa yang didengar oleh telinganya siang tadi membuat rasa antusias Vicky mengabur. Ia ingin pergi, ke mana saja untuk menjauh dari keduanya. Tergagap perempuan itu saat ponsel berhenti bergetar. Panggilan terputus. Tak ada lagi tanda-tanda panggilan masuk.

“Vicky, lo sama Travis baik-baik aja, kan?” tanya Lizzy menegurnya.

“Ya, begitulah. Menurut lo ... Travis itu kayak gimana?”

Maka Vicky tak heran mengapa sekarang muncul kerutan samar di dahi Lizzy. Pertanyaannya lagi-lagi terdengar aneh. Bukankah seharusnya ia tanyakan dari awal? Sial, karena jatuh cinta ia tak sempat menanyakan itu pada siapa pun.

Vicky-Me√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang