( 17 ) Pria misterius

133 58 32
                                    

Disaat yang seperti ini, lampu rumah mati. Untung saja ini bukan malam hari, jadi masih terang benderang. Alesha menggigit bibir bawahnya geram. Ia bukan sedang marah dengan Leon yang menurut Angkasa jahat, tetapi marah kepada para pengganggu itu.

Pengganggu itu muncul lagi disaat Angkasa ada bersamanya, yang membuat pria itu curiga dengan gerak-gerik Alesha. Dia tak mau Angkasa tau semuanya walau nantinya dirinya juga akan bercerita, tapi nanti.

"Jawab aku, kamu di terror selama ini, Alesha?" Pertanyaan seolah menjebak Alesha untuk harus menjawabnya, apakah jika menjawab dengan benar akan menimbulkan kecurigaan lain?

Angkasa memposisikan tubuhnya sejajar dengan gadis itu. "Jawab aku, sayang." Kali ini matanya sangat tajam. "Siapa dia? Apa ada hubungannya sama kedua foto waktu itu?"

Gila, pertanyaannya membuat Alesha bungkam sendiri. Memang benar, ada hubungannya dengan kedua foto tersebut. "Kenapa kamu penasaran banget?" tanya Alesha.

"Aku takut kamu di apa-apain sama mereka, emang kamu ngga ngerasain hal yang sama? Seperti yang aku bilang tadi, laki-laki itu jahat, aku yakin banget." Lagi-lagi Angkasa menegaskan bahwa Leon adalah laki-laki jahat.

"Sebenernya kamu akhir-akhir ini kenapa sih? Dari mulai foto itu sampai terror ini," tanya Angkasa penasaran.

"Kenapa kamu tanya gitu seolah mojokin aku? Maksa aku buat jawab," balas Alesha.

"Fine, kalo kamu emang ngga mau kasih tau, aku bisa cari tau tentang kamu sendiri." Angkasa bangkit dari duduknya lalu berjalan keluar rumah, lagi pula dirinya hanya izin lima belas menit untuk keluar sekolah, setelah itu ia harus masuk kembali.

Alesha menggaruk kepalanya yang tak gatal itu. Ia mengambil ponsel di sakunya lalu menghubungi Algara.

"Al, bawain senjata gue, tolong. Tapi jangan sampe bang Varo tau."

"Oke, tempatnya gue kirim ke whatsapp lo sekarang."

Alesha langsung mematikan telfonnya sepihak.

Hatinya memang sangat hancur saat ini. Namun, karena keadaan yang sangat menginginkan Alesha untuk bertindak, gadis itu melupakan kesedihannya sejenak untuk bertemu dengan Algara.

Ia mengambil kunci motor di kamar Rayyan, kemudian ia mengendarai motor ninja tersebut dengan kecepatan yang cukup cepat.

Lima menit dia menunggu di cafe yang Algara tujukan untuk bertemu dengan Alesha, namun pria itu sama sekali belum memunculkan batang hidungnya.

Alesha memperhatikan suasana di luar, sangat ramai. Suara kendaraan yang melaju, suara kemacetan yang menambah keramaian suasana di jalan.

Sampai akhirnya netranya melihat seorang pria yang memakai motor juga, ia melepas helm full face miliknya lalu menyeka rambutnya sejenak, lalu dia melangkah masuk.

"Algara!" panggilnya, sontak Algara menoleh. Mendapati gadis itu sedang menunggunya sembari mengaduk-aduk minuman dingin miliknya. Ia melangkah mendekat, lalu duduk di depannya.

"Udah lama?" tanyanya sembari tersenyum.

Alesha berdecak kesal. "Lo lama banget, gue udah lima menit di sini," jawabnya sembari melihat jam di tangannya.

"Lo gila ya? Mau ngasih gue benda kaya gitu di tempat umum gini?" sambung Alesha heran, ia melihat-lihat di sekitarnya.

Algara membungkam mulut gadis di depannya dengan jari telunjuknya itu. "Temenin gue makan dulu, baru gue kasih," jawabnya sembari terkekeh pelan.

Alesha berdecak kesal. Padahal dirinya sudah menunggu di sini, ternyata hanya untuk menemani Algara makan siang, setelah itu? Tentu mereka akan pergi ke tempat yang sepi.

QUEEN'S LIFE Where stories live. Discover now