Pejamkan mata, kuatkan posisi kuda-kuda, tarik napas dalam-dalam, lalu bukalah matamu.
Biarkan sorak penonton menggema, menyerang indra-indramu. Keringatmu akan menjadi saksi bagaimana perjuanganmu telah sampai di titik ini, di titik yang kamu harapkan sejak kecil.
Kepalkan tanganmu, fokus pada lawanmu. Lihatlah matanya, sorot yang begitu siap membuatmu hancur, bukankah harus hancur pula oleh bagian-bagian tubuhmu?
Percayalah pada dirimu, pada semangatmu, pada orang-orang yang masih berharap kamu bisa melangkah lebih jauh.
Kendati demikian, kau harus percaya pada takdir. Walaupun kamu kembali kalah, itu berarti belum saatnya.
Tunggulah, waktu yang emas tidak akan mengkhianati usaha yang dipupuk dengan kesabaran.
Setelah gong berbunyi, buktikanlah bahwa kau pasti akan menang.
KAMU SEDANG MEMBACA
VELJACA: Tentang Kita Di Februari
Teen FictionAidan Febri Ruanri menyukai pencak silat sejak kecil, tapi karena cedera yang dialaminya mimpi itu perlahan redup. Dia tidak pernah menduga, pertemuannya dengan Aluna Mei di UKS sekolah, membawa Aidan ke arah yang lebih baik. Tanpa Aidan sadari, A...