Bab 17 : Berharga

8 1 0
                                    

Aluna paham Gazali tidak lagi bersikap protektif. Aluna telah diberi kelonggaran dengan memilih satu les saja untuk memperdalam minatnya. Maka dari itu, sebagai anak Aluna tidak ingin menampung kebaikan orang lain saja. Bagi Aluna, hukum give and take itu harus seimbang. Ketika Gazali meminta Aluna fokus ke satu les, berarti Aluna harus fokus ke sana. Pilihan Aluna jatuh pada les Biologi. Di antara banyaknya pelajaran, Aluna lebih mudah menangkap pelajaran itu. Dengan kebaikan Gazali itu, Aluna harus sungguh-sungguh agar tidak mengecewakan Gazali lagi, karena di realita banyak sekali teman satu angkatan Aluna yang menguasai bidang itu. Persaingan makin ketat. Aluna tidak bisa bermain-main lagi.

Salah satu caranya menurut Aluna adalah dengan meninggalkan Aidan. Karena cowok itulah Aluna menjalani hari dengan kacau. Jika boleh jujur, amigdala Aluna selalu berisi tentang Aidan. Bahkan sudah sering Aluna memberikan kue buat Aidan-yang jelas bukan siapa-siapa. Karena itulah Aluna sadar, kedekatannya dengan Aidan juga memiliki dampak buruk buat hidupnya. Sebab, Aluna sangat tidak ingin mengecewakan ayahnya.

Semalam Aluna telah membuat surat untuk disimpannya ke dalam loker Aidan. Sebuah surat yang berisi kata-kata semangat untuk terakhir kalinya, karena Aluna benar-benar ingin fokus mendalami pelajaran biologi. Dia tidak ingin tertinggal jauh dengan murid pintar lainnya.

Setelah bel istirahat berbunyi, Aluna kembali membaca surat itu sebelum meletakkannya ke dalam loker Aidan.

Aidan,

Hari-hari yang kita jalani penuh kesalahan. Seharusnya dari awal kita tidak saling kenal. Pertemuan kita hanya mendatangkan luka untuk kita berdua. Jadi, karenanya, aku ikhlas untuk tidak mengganggu kamu lagi.

Aidan, aku tau bahwa kamu juga mendapatkan banyak ceramah dari orang-orang terutama Pak Effendi karena teknik dan cara bermain kamu sangatlah jelek. Itu semua karenaku. Isi kepalamu hanya aku. Seakan kita memiliki hubungan spesial seperti remaja lainnya, padahal kita hanya saling melukai.

Aku menulis surat ini cuma ingin bertujuan, bahwa kelak sampai kita dewasa dan punya kehidupan masing-masing, kita bisa hidup dengan tenang. Dunia kita sangatlah berbeda. Aku tidak ingin melukaimu lebih dari ini. Jadi, mohon maaf atas apa yang telah aku dan ayahku lakukan.

Semangat, sehat, konsisten selalu, ya! Aku berharap segala yang terbaik untuk kamu! Semoga kamu menjadi pemenang yang tidak ada tandingannya~

Aidan ... wish you luck in everyday.

Aluna buru-buru menyeka air mata yang turun setetes ke pipinya. Berpisah dengan Aidan bukan kesalahan. Mereka juga tidak mempunyai hubungan spesial. Mereka dekat hanya sebagai teman, seharusnya Aluna tidak melibatkan perasaan apa pun, bukan?

Aluna membungkus surat itu dengan amplop berwarna cokelat dan pita hitam menjadi penghias yang membentuk kesan mahal. Dia berhasil menyelipkan surat itu di balik tumpukan buku di loker Aidan dan ketika selesai menutup pintu, Aluna dibikin terkejut karena ada sosok Aidan di belakangnya berdiri dengan kedua tangan tenggelam ke saku celana seragam sekolah.

"Kamu lagi apa?"

"Lagi menyelipkan surat ke loker kamu." Aluna tertunduk saja, tidak berani melihat Aidan. Dia malu karena tentu hal ini akan terkesan aneh buat Aidan.

"Buat apa?"

"Mending kamu baca sendiri deh. Sekarang, aku izin pergi ke kelas lagi, ya? Permisi...."

Aluna tidak sampai beranjak karena Aidan tidak membiarkannya, cowok itu malah menahan pergelangan tangan Aluna.

"Kasih tau aku cepat, Aluna."

"Ya buat apa juga kalau ujungnya kamu bakal tau?!"

"Kamu aneh."

VELJACA: Tentang Kita Di FebruariWhere stories live. Discover now