Bab 20 : Never Give Up

3 1 0
                                    

10 Februari, empat hari sebelum pertandingan nasional Aidan. Pertandingan yang sudah Aidan tunggu, target terbesar yang belum pernah dia penuhi, akhirnya bisa di raih. Mulai dari sini, Aidan bisa menargetkan lebih jauh lagi, seperti SEA Game, ASEAN Games, dan tingkat internasional lainnya.

Hanya dengan membayangkannya saja, Aidan merasa bersemangat.

"Aidan, barang barang kamu sudah lengkap semua?" lusi bertanya saat dia memasuki kamar anaknya yang sudah rapi.

Besok Aidan akan berangkat ke luar kota untuk mengikuti kejuaraan nasional pertamanya. Aidan sudah membuat daftar barang yang akan dibawa, untuk memastikan tidak ada barang yang terlupa atau tertinggal saat kembali nantinya.

"Sudah, Ibu," jawab Aidan tersenyum kepada ibunya.

Beberapa hari yang lalu ibunya masuk rumah sakit, namun sekarang kondisinya terlihat lebih baik. Itu kabar baik untuk Aidan yang akan bepergian, sehingga dia bisa menjadi lebih tenang.

"Yasudah, kalau begitu segeralah tidur, besok kamu harus berangkat ke titik kumpul. Jangan sampai kamu terlambat," kata Lusi menasehati anaknya, sambil mengelus lembut.

Lusi menyampaikan kasih sayang kepada Aidan lewat usapan telapak tangannya.

"Baiklah, Ibu. Selamat malam."
"Selamat malam Juga Aidan."

Lusi meninggalkan kamar sang anak setelah lampu dimatikan. Meninggalkan sang anak agar bisa istirahat lebih awal. Besok Aidan akan bepergian dari bandung ke jakarta, menggunakan bus. Tentu Aidan membutuhkan istirahat lebih.

Setelah kepergian sang ibu, Aidan meraih ponselnya, mengintip, apakah ada pesan dari Aluna atau tidak. Sayangnya tidak. Aidan mendesah kecewa, dia ingin menghubungi Aluna, tapi dia tidak punya keberanian, Aluna sudah menegaskan untuk memberi jarak pada hubungan mereka, padahal Aidan sangat menyukai gadis itu.

"Kira kira, Aluna akan datang atau tidak ya?" gumam Aidan memandangi layar ponselnya dengan tatapan kosong, menantikan pesan yang mungkin tidak akan pernah tiba lagi.
"Sudahlah. Aku akan tahu jika sudah waktunya."

Setelahnya Aidan langsung jatuh tertidur, tidur lelap seperti batu hingga pagi tiba, Aidan di bangunkan oleh Ayla.

"Masih ngantuk, Dan?" tanya seorang pria seusianya. Jika dilihat dari name tagnya, sepertinya dia dari cabang olahraga atletik lompat jauh.
"Iya nih. Aku pagi pagi sekali di bangunkan sama adik ku."

Mereka berkumpul di salah satu lapangan yang ada di kota bandung, semuanya cabang olahraga yang diikutsertakan dalam pekan olahraga pelajar O2sn berkumpul di sana. Ada dua bus juga yang sudah terparkir, sepertinya mereka akan menggunakan bus itu untuk berangkat ke jakarta.

Terlihat para atlet yang mewakili Jawa Barat berkumpul menunggu waktu keberangkatan. Bus atlet wanita, dan pria di bedakan. Mungkin untuk kenyamanan bersama.

Setelah beberapa waktu menunggu akhirnya mereka berangkat. Meninggalkan kota bandung menuju jakarta.

Sepanjang perjalanan, Aidan tertidur, hingga saat dia membuka mata, mereka telah tiba di hotel tempat mereka menginap.

"Akhirnya, Satu langkah lagi."

***

13 februari, hari pertandingan pertama dilangsungkan. 40 perwakilan, putra dan putri cabang olahraga pencak silat gugur.

Aidan, dan pasangan wanitanya berhasil melewati babak pertama.

"Apa yang kau cari? Kau selalu melihat ke bangku penonton." tanya seorang gadis berambut pendek, dengan tungkai panjang dan lesung pipi di sebelah kiri. Dia adalah pasangan Aidan yang mewakili Jawa barat. Dia berasal dari Bogor.
"Seseorang."
"Penonton? Kekasihmu?" tanya gadis itu berderet.
"Aku mengundangnya untuk menonton, tapi aku tidak tahu apakah dia akan datang atau tidak," jawab Aidan.

VELJACA: Tentang Kita Di Februariحيث تعيش القصص. اكتشف الآن