Bab 21 : The Way You Are

12 1 0
                                    

Beberapa jam sebelumnya.

"Lun, cepetan, keretanya udah mau berangkat!" Seru Cantika memanggil Aluna yang sibuk berkemas, padahal sebentar lagi kereta menuju Jakarta akan segera berangkat.
"Aku aja yang bawa," kata Andre, dia mengulurkan tangannya untuk membawa tas yang ada pada Aluna. Tas tersebut berisi spanduk yang bertuliskan dukungan untuk Aidan.

Hari ini adalah hari Jumat, hari di mana seharusnya mereka masih bersekolah namun Aluna, Cantika, Andre, dan Niko memutuskan untuk bolos. Ini bukan sesuatu yang baik untuk seorang pelajar, namun dengan kecerdikan mereka, keempatnya berhasil mengantongi surat izin dengan berbagai alasan.

Meskipun pertandingan Aidan sudah dimulai, namun mereka optimis untuk datang. Karena pertandingan tidak hanya akan dilakukan satu kali saja. Masih ada babak kedua, babak ketiga, perempat final, semifinal dan final. Karena itulah tak masalah melewatkan satu babak karena mereka yakin bahwa Aiden pasti akan memenangkan babak pertama.

Aluna menyerahkan tas tersebut kepada Andre, kemudian keempatnya berlari menuju gerbong kereta yang masih terbuka.

Perjalanan dari Bandung ke Jakarta pun akhirnya terjadi.

Perjalanan selama dua setengah jam itu pun berakhir, mereka bergegas turun menaiki bus menuju gedung olahraga, yang menjadi tempat berlangsungnya pertandingan pencak silat.

Mereka tergesa-gesa, Terutama ketika Andre mendapat pesan dari pelatihnya bahwa Aidan akan segera bertanding untuk babak kedua.

Dengan nafas yang terengah seperti akan putus, mereka akhirnya tiba. Meskipun sedikit terlambat, namun pertandingan baru saja dimulai.

Mereka membentangkan tanduk dukungan terhadap Aidan, namun nampaknya Aidan masih tidak menyadari kehadiran mereka. Tentu saja Aidan sedang fokus terhadap pertandingannya tidak ada waktu untuk menoleh ke tempat lain.

Tempatnya bersorak bersama dengan penonton yang lain, terlihat bergembira ketika atlet dukungan mereka berhasil memasukkan serangan. Namun kebahagiaan itu tiba-tiba sirna, penonton yang memperhatikan gelanggang 3, menjadi hening.

Lawan Aidan tidak sengaja menendang rahang kiri Aidan ketika Aidan hendak melakukan gerakan guntingan.

Aluna panik, dia memperhatikan ke arah gelanggang 3 yang mana pertandingan dihentikan sementara, selama tenaga medis memeriksa kondisi Aidan.

Sepanjang jeda pertandingan tersebut Aluna dan ketiga temannya berdoa dengan sungguh-sungguh di dalam hati agar Aidan baik-baik saja.

Setelah di Jeddah selama kurang lebih 5 menit, pertandingan dilanjutkan.

Mata Aluna memperhatikan Aidan yang tampak tidak konsentrasi walaupun terlihat baik-baik saja. Tentu saja, tidak mungkin baik-baik saja setelah rahang tertendang dan kepalanya menghantam matras. Itu cukup beruntung Aidan tidak mengalami cedera atau mimisan.

Mata Aluna terus menatap ke arah Aidan dengan tajam berusaha memastikan keadaan Aidan. Aluna menarik nafasnya dalam-dalam mengumpulkan keberanian.

Aluna mengangkat spanduknya dan berteriak. "Aidaaaaannn ...."

Suara Aluna begitu nyaring dan menggelegar membuat penonton yang ada di sekitarnya seketika terdiam dan memperhatikan Aluna. Aluna malu tapi dia harus melakukannya. Ini adalah kesempatan mumpung orang di sekitarnya diam dan Aidan juga menoleh ke arahnya. Sekali lagi Aluna berteriak. "Aidaaaaannn ...."

Setelah teriakan kedua Aluna Aidan terlihat tersenyum, kemudian tangan Aidan terangkat seolah dia menyahuti panggilan dari Aluna. Pertandingan pun kembali dilanjutkan.

Dari bangku penonton Aluna menyaksikan betapa hebatnya Aidan. Aidan dalam kondisi terbaiknya saat ini, meskipun baru saja mengalami sebuah insiden.

Pertandingan babak kedua pun dimenangkan oleh Aidan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 07, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

VELJACA: Tentang Kita Di FebruariWhere stories live. Discover now