Bab 07 : Es Krim

8 2 0
                                    

Sepulang sekolah Aidan melihat Aluna, gadis bertas merah muda itu tampak berdiri di depan gerbang sekolah. Hanya dirinya seorang diri.

Langkah perlahan Aidan mendekati Aluna.

"Hai," sapa Aidan, ia mengangkat sebelah tangannya canggung.

Aluna menoleh singkat pada Aidan, lalu tersenyum kecil. Dari sorot mata gadis itu terlihat kesedihan mendalam yang tidak bisa dijelaskan.

"Hai juga," balas Aluna singkat.

"Kamu mau es krim?" tanya Aidan menawarkan, saat ekor matanya menatap gerobak es krim di sisi jalan.

Itu adalah cara yang selalu Aidan lakukan untuk menghibur sang Aidan.

"Kamu nawarin aku?" tanya Aluna, ia menoleh pada Aidan bingung.

Aidan mengangguk membenarkan.

"Boleh," kata Aluna lagi setuju.

Bereka berdua duduk di kursi plastik yang disediakan penjual es krim tersebut.

"Kamu mau cobain punyaku?" tanya Aidan, menyodorkan es krim yang belum ia makan pada Aluna.

Aluna menggeleng. Ia tidak begitu suka rasa vanila, menurutnya rasa cokelat lebih enak.

"Nggak, terima kasih. Aku lebih suka rasa cokelat."

Bahkan, setelah mencicipi es krim. Suasana hatinya tampak tidak membaik. Aluna tercengang saat Aidan memesan satu lagi es krim rasa cokelat untuknya.

"Kamu kelihatan sedih," kata Aidan mengutarakan pendapatnya.

"Jadi, kamu berusaha menghiburku?" tanya Aluna, ia mencicipi es krim itu dengan lahap.

"Bisa dibilang begitu," jawab Aidan apa adanya.

Aluna menarik napas dalam, semalaman penuh ia tidak bisa tidur nyenyak karena memikirkan sesuatu.

Yaitu, notebook penting penuh kenangan yang selalu ia bawa kemanapun.

Dan, sekarang benda itu hilang. Bagaimana perasaan Aluna tidak hancur dibuatnya?

Di dalam notebook itu, ada satu-satunya benda yang ditinggalkan mendiang sang bunda untuknya.

"Aku hanya sedih dan merasa tidak bertanggung jawab."

"Kenapa?"

"Aku kehilangan satu-satunya peninggalan Bunda, untukku."

"Kamu kehilangan apa? Jika, kamu mau aku bisa membantumu mencari benda itu?"

"Aku kehilangan notebook kecil."

Notebook kecil? tanya Aidan dalam hati.

Aidan yakin dirinya tidak salah dengar. Sekitar, dua minggu yang lalu ... Aidan menemukan sebuah notebook tanpa sengaja. Ia menyimpan benda itu dengan baik, sedikitpun Aidan tidakk menyentuh benda itu.

"Apa notebook itu berwarna hijau muda?"

"Hijau muda? Warnanya tosca," ralat Aluna.

"Entahlah apa itu namanya. Kebetulan, aku juga menemukan sebuah notebook sekitar dua minggu yang lalu ---"

"Aku juga kehilangannya dua minggu yang lalu. Jangan bilang, kamu mencutinya?"

Aidan mengusap wajahnya gusar, lalu bersikap maklum.

"Sudah ku bilang, aku menemukannya!" tandas Aidan.

"Baiklah kalau begitu! Jadi, sini kembalikan ...." Aluna menengadahkan telapak tangan di hadapan Aidan. Meminta barang kesayangannya kembali.

VELJACA: Tentang Kita Di FebruariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang