Bab 04 : Curious

13 6 0
                                    

Aluna keluar dari dalam kelas, bukan karena membuat kesalahan. Tapi, karena dia orang pertama yang menyelesaikan ulangan harian dadakan Bu Sukma.

Guru biologi yang terkenal killer itu memang susah ditebak. Beruntungnya, Aluna tidak kesulitan menjawab satu soal pun.

Entalah, mungkin karena dia sudah terbiasa dengan hal semacam ini.

"Itu anak lama banget, sih!" kesal Aluna pada Cantika, sahabatnya itu membuatnya bosan menunggu di luar kelas seorang diri.

Bersamaan dengan bunyi bel, kelas XI IPA A dibubarkan. Setelah Bu Sukma ke luar kelas, semua siswa langsung ribut.

Ada yang sibuk mengoreksi jawaban ulangan mereka, ada yang lomba lari untuk menuju kantin lebih dulu.

"Aku nungguin kamu di luar lama banget, loh!" protes Aluna pada Cantika.

Cantika tersenyum polos, lalu merangkul Aluna manja.

"Maaf, aku pengennya selesai cepat juga kayak kamu. Tapi, soal ulangan Busuk, nggak ngotak sama sekali! Baru memahami soalnya aja, aku udah pusing apalagi disuruh jawab." Cantika mengutarakan keluh kesahnya.

"Kamu lebay banget, ih!" Aluna geleng-geleng kepala dengan tingkah Cantika.

"Biarin, yang penting aku cantik, titik." Cantika mengibaskan rambutnya, berlagak seperti model iklan sampo.

Langkah dua sahabat itu terhenti di depan ruang UKS. Mereka memandang ruangan serba putih itu lalu bertatapan satu sama lain.

Selain sekelas, mereka juga berada di ekstrakurikuler PMR. Mereka seperti saudara kembar, yang sulit dipisahkan.

Aluna mengekori Cantika yang masuk ke dalam ruang UKS lebih dulu.

Cantika mengambil beberapa gambar dengan ponselnya sebagai laporan pada pembina mereka. Sementara, Aluna sibuk memeriksa expired dari beberapa obat-obatan yang ada.

Aluna duduk di tepi ranjang UKS, melihat Cantika yang tampak sibuk membereskan botol-botol obat.

Seperti orang OCD, Aluna sudah paham dengan sikap perfeksionis Cantika yang terlalu memperhatikan detail dan menyusun obat-obatan dengan rapi dan teratur.

Semuanya, jadi berantakan karena ulah Aidan tempo hari. Syukurnya, Cantika sama sekali tidak mengeluh.

"Tika," panggil Aluna.

"Hmm?"

Sudah ciri khas Cantika akan merespon singkat jika dia fokus dengan sesuatu.

"Kamu kenal Aidan, nggak?" tanya Aluna mendadak penasaran dengan pria yang menurutnya agak unik itu. Mereka memang belum sempat berkenalan secara resmi. Tapi, Aluna tahu bahwa pria itu bernama Aidan.

Fokus Cantika berpindah pada Aluna, mata gadis itu menyipit. Menatap penuh tanya pada gadis berambut pendek sedang duduk sambil memandang lurus ke depan.

"Tumben, kamu nanya soal cowok. Ada apakah gerangan wahai Aluna?"

Aluna berdecak kesal, Cantika memang terlalu berlebihan saat menanggapi sesuatu.

"Ishh, bisa nggak sehari aja jangan lebay Cantika!"

"Nggak bisa! Udah dari orok aku begini. Jadi, kami harusnya bersyukur  punya sahabat secantik dan seimut aku ini."

Aluna meletakkan telapak tangannya pada kening Cantika. "Kamu mending istirahat dulu deh, Tik. Kayaknya kamu demam."

Gadis itu beranjak dari duduknya, lalu mempersilakan Cantika untuk berbaring saja. Ketimbang harus mendengarkan kenarsisan sahabatnya itu.

VELJACA: Tentang Kita Di FebruariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang