BAB 1: Gadis Malang ✔️

102 8 0
                                    

“Hanya sebuah dersik tanpa nada, melambaikan asa, tetapi tidak nyata. Ya, aku sadar, tidak selamanya cinta akan selalu berpihak kepada kita. Namun, cinta itu utuh, satu, dan indah.” — June Clara Sabian

***

HARI yang begitu sangat monoton. June tidak pernah selesu ini sebelumnya. Walaupun memang hari-harinya tidak begitu berwarna, setidaknya semangat hidup tetap ada di dalam dirinya. Langkah gadis itu terhenti ketika tangannya tiba-tiba dicekal dengan kuat. Seorang pria bermasker membawa June pergi dari gerbang, menarik tangannya masuk ke dalam sebuah mobil yang sama sekali tidak ia ketahui pemiliknya.

Pria itu melepaskan maskernya dan menatap ke arah June dengan tatapan tajamnya. Seolah mengerti dengan sorot tajam itu, ia menundukkan wajahnya karena takut.

“Di mana Mama kamu?!” Pria itu bertanya dengan keras, membuat June terkejut dibuatnya. Ya, pria itu adalah ayah June. Lebih tepatnya ayah berengsek yang tidak bertanggung jawab.

Gadis itu hanya diam saja, ia sedang dalam bahaya besar. Ayahnya itu bisa dibilang sudah gila. Dulu sempat ingin menculiknya, tetapi rencana busuknya itu gagal karena ada orang yang memergokinya. Dan, sekarang? June harap ini bukan kali kedua ayah menculiknya.

“DI MANA MAMA KAMU, JUNE!” Masih tidak ada jawaban. “Kamu tuli atau berpura-pura nggak dengar?” Ayah menarik wajah June kemudian menamparnya.

Plak!

June tidak bereaksi, bahkan ia tidak merasakan apa pun setelah ayah menamparnya. Seakan sudah kebal, gadis itu malah tersenyum. “Ayo tampar lagi! Tampar! Ayo tampar!” June malah menantang.

Plak!

Tamparan kedua telah menyempurnakan rasa sakit di hatinya. Kenapa ayah begitu tega terhadapnya? Apakah ada  sedikit saja hati nurani di dalam dirinya?

“Jangan kurang ajar kamu, June! Saya ini ayah kamu! Nggak sopan banget kamu menimpali ucapan saya!”

Amarah June sudah diambang batas. “Apa ... ayah? Tidak salah dengar? Ini yang disebut ayah?” June menatap tajam ke arah ayah. Rasa bencinya sangat terlihat di dalam matanya. Pria itu sudah tidak pantas lagi ia sebut ayah.

Memangnya ada ayah yang menyakiti hati anaknya? Jika benar ada, itu adalah ayahnya sendiri. June sudah muak, rasanya ia ingin pergi sekarang juga.

“NGGAK SOPAN KAMU JUNE!”

Jebuk! Ayah mendorong tubuh June hingga terbentur kaca mobil. Gadis itu hanya mengaduh dan mengusap kepalanya.

June mengeluarkan air matanya. Rasanya sangat sakit, tetapi ia tidak boleh menunjukkan sisi lemahnya di depan manusia laknat itu. Ia mencoba mencari celah untuk keluar, ternyata semua pintu mobil terkunci. Sudah tidak ada lagi harapan baginya.

“Lepas! Tolong! Tolong!” teriak June.

Namun, tidak ada yang bisa mendengar teriakannya. Mobil mulai berjalan, June melihat Juan yang tengah berdiri kebingungan sembari menatap ke sekitar. Pasti lelaki itu sedang mencari dirinya.

“JUAN, TOLONG AKU!”

“Lepas! Tolong!”

Karena risih, ayah membekap mulut June dengan isolasi, kemudian mengikat tangan dan kakinya. Ini sudah jelas ayah menculik anaknya sendiri.

“Kamu nggak akan bisa pergi, June. Kamu adalah sumber uangku, haha.”

***

Juan khawatir, pacarnya itu tidak bisa dihubungi sama sekali. Salahnya sendiri karena sudah membuat gadis itu menunggu. Padahal, ia ingin sekali mengajak gadis itu menonton bioskop. Namun, rencananya itu sirna dalam hitungan detik.

June: Happy Birthdie ✓ SEGERA REVISIWhere stories live. Discover now