BAB 8: Perasaan Juan

18 3 0
                                    

Mereka memiliki kesamaan yang tidak terlalu menonjol sebenarnya. Hanya dua orang laki-laki yang saat bersama mereka. Aku tidak pernah merasakan takut— June Clara Sabian.

***

"BESOK kita jadi pergi kan, June?" Gadis itu tidak menjawab, hanya anggukan kecil yang dirinya tunjukkan pada Juan.

"Well, karena kita pergi untuk liat air terjun. Kita harus beli peralatan yang belum kita punya."

"Contohnya?" June menatap Juan dengan kening yang berkerut. Saat ini mereka sedang berada di taman komplek perumahan June. Lelaki itu sengaja datang ke sana hanya untuk memastikan June baik-baik saja sebelum besok keduanya akan pergi melihat air terjun.

"Termos kecil buat seduh kopi. Di sana pasti dingin." Juan merubah posisi duduknya dari yang semula menyender ke kursi kini berubah menghadap ke arah June. Ditatapnya manik hitam itu lekat. "Kamu kenapa? Kenapa muka kamu pucet kaya gitu?" Kemudian tangan kekarnya itu memegang tangan June lembut. "Ini juga, kenapa dingin kaya gini? Kamu sakit?" tanyanya.

June diam, pertanyaan Juan barusan dihiraukannya begitu saja. Gadis itu masih bergelut dengan pikiran-pikiran negatif yang terus berlalu-lalang di kepalanya.

Soal rekam medis Dokter hari ini, benarkah penyakit yang June derita separah itu?

"June?" Juan mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah June. "Kalo kamu sakit, lain kali aja kita liat air terjunnya."

"Enggak! Aku mau liat air terjun besok!" tegas June. Juan tersenyum lalu mengelus puncuk kepala June lembut, "baiklah Tuan Putri," jawab Juan.

***

"Kamu beneran gakpapa?" tanya June kepada Juan. Sejak tadi lelaki itu menampakkan wajah kesalnya saat melihat Jian.

"Kenapa dia harus ikut?"

Mood Juan tiba-tiba merosot saat tahu Jian akan ikut ditengah-tengah mereka. Perasaannya kembali berkecambuk, Jian ini benar-benar seperti cowo gatal yang merecoki hubungannya dengan June. Ah, entahlah. Mungkin di sini hanya Juan saja yang terlalu cemburu.

"Nambah orang kan nambah seru, Juuu," jawab June. Kedua tangannya masih sibuk mengemasi barang yang akan dimasukkan ke dalam tasnya.

"June, kompor protabel itu kan yang bakal kita bawa?" Jian menunjuk kompor protabel berwarna ungu yang berada di sudut teras.

"Iyalah, ya kali kompor dua tungku yang ada di dapur lo." Juan ngegas, selain kesal melihat Jian di sini. Ternyata emosinya juga menjadi tidak stabil karena kalo ngobrol sama Jian maunya ngegas melulu. Wkwk.

Jian menggeleng pelan mendengar jawaban tidak santai dari Juan. "Yang ditanya siapa, yang jawab siapa," sindirnya.

Selesai mengemasi barang-barang apa saja yang akan dibawa nanti. Sekarang waktunya mereka untuk memilih rute yang paling aman.

"Karena tempat air terjunnya di Bandung. Jadi yang pilih rute kamu aja, Jian."

Juan membuka google maps diponselnya. Lelaki itu mengzoom tempat yang nantinya akan menjadi titik temu mereka sebelum akhirnya harus berjalan sedikit jauh menuju air terjun.

"Karena kita ambil jalan pintas. So, jalannya pasti agak curam dan berbatu. June, kalau bisa pake celana panjang dan tebal ya!" June mengacungkan jempolnya sembari senyum dengan lebar. Mungkin jika ada laki-laki yang paling perhatian selain Juan, itu adalah Jian. Lelaki yang memiliki lesung pipit dikedua pipinya itu memang laki-laki gentlemen yang baik dan perhatian.

"Emang jalannya securam dan seberbatu apa sih, Jian? Kayaknya kalo terlalu curam, aku gak bakal sanggup deh buat lewat sana," kata June.

"Tenang aja! Jalan pintas yang bakal kita lewatin gak sejelek yang kamu pikirin pastinya." Jian mengulum senyum kecil, lalu pandangannya beralih menatap Juan yang berdiri disamping June dengan tangan yang dilipat ke depan dada.

June: Happy Birthdie ✓ SEGERA REVISIOù les histoires vivent. Découvrez maintenant