BAB 22: Lilin di Bulan Juni (Ending)

45 3 0
                                    


Tidak ada yang spesial di hari ulang tahunku ini. Tidak masalah, untuk terkahir kalinya aku bisa merayakan diriku sendiri. - June Clara Sabian.

***

June menatap dirinya sendiri di pantulan cermin besar yang ada di kamarnya. Hari ini gadis itu sudah siap dengan dress putih selutut dan flat shoes dengan warna yang senada. Bibir tipisnya tersenyum lebar, hari ini mungkin akan menjadi hari paling membahagiakan dalam hidupnya. Sama seperti orang lain, hari ulang tahun memang menjadi hari yang paling di nanti. Semua do'a baik dari hati seseorang yang tulus akan di langitkan hari itu. Semua ucapan selamat menua dan hadiah istimewa akan kita dapatkan. Dan semua itu tentu akan terjadi jika, mereka peduli.

Seperkian menit kemudian senyum lebar gadis itu meremang. Digantikan dengan perasaan takut sekaligus sedih yang dicampur menjadi satu. June takut kecewa jika semuanya tidak terjadi seperti dengan apa yang dirinya harap-harapkan 'perayaan sederhana-kue coklat bertuliskan _official June 17+_-dan senyum bahagia orang-orang yang ikut merayakan.' sesederhana itu. Tapi kenapa rasanya akan sulit untuk tercapai?

"Hahhhhhh." June menghela napas panjang. Seharusnya gadis itu tidak perlu sepesimis ini. Perayaan sederhana di hari ulang tahunnya akan terjadi meski hanya ada dirinya dan Juan. Ya, Juan akan menemuinya hari ini! Gadis itu tentu merasa senang, terlebih saat mengetahui kabar jika olimpiade yang Juan dan rekannya ikuti itu membuahkan hasil yang membahagiakan. Mereka berhasil, membuat citra sekolah semakin tinggi.

"June?" Jevan membuka pintu kamar gadis itu. Senyum hangatnya mereka saat melihat June sedang berdiri di depan cermin. Jevan dapat melihat dengan jelas kecantikan June dari pantulan cermin itu. "Kenapa ngeliatin aku kaya gitu, Kak?" tanya June. Lelaki itu terkekeh kecil dan berjalan mendekat ke arahnya. Tangan kekarnya terangkat ingin mengusap puncuk kepala June, belum juga sampai di sana gadis itu lebih dulu menghindar.

"Jangan pegang kepala, Kak! Sekarang aku udah gak suka lagi dipuk-puk." June merenggut, wajah kesalnya mendominasi sekarang. "Yaudah maaf." tutur Jevan. Lelaki itu tentu mengerti dengan apa yang June rasakan, gadis itu menjadi tidak suka jika ada orang yang ingin mengusap kepalanya karena kondisi rambut yang sudah rontok berat. Jadi sudah tidak aneh jika June kerap kali merasa insecure saat melihat orang-orang seusianya memiliki rambut indah  dan sehat. "Gimana pun kamu bakalan cantik June. Karena kamu cantiknya luar dalam kecantikan hati kamu terpancar sampe ke luar." Goda Jevan, menjawil hidung lancip gadis itu.

June tersenyum kecil, di pandangnya Jevan dari mulai ujung rambut sampai ke ujung kaki. Keningnya mulai mengkerut saat mendapati lelaki itu mengenakan pakaian
rapi dan formal lengkap dengan pentofel hitam yang melindungi kakinya. Mau pergi kemana kak Jevan? Apa dirinya tidak ingat dengan hari ini? Meski begitu, June mencoba untuk tidak kepo. Mungkin ada kerjaan atau rapat penting yang harus laki-laki itu hadiri sekarang. Tapi jauh dari lubuk hatinya, June juga mengharapkan Jevan akan membuat perayaan kecil untuknya. Hah, kenapa tahun ini June sangat ingin dirayakan?

"Mau pergi?" tanya Jevan. June mengangguk, lalu memakai topi baret berwarna nude yang sudah menyatu dengan wig rambut berwarna hitam. Jevan yang membelikannya, tentu dengan permintaan gadis itu. Jevan tak mungkin sampai hati jika tiba-tiba membelikan itu dan memberikannya pada June. Jevan takut jika June tersinggung dan merasa semakin sedih. "Hati-hati, khusus hari ini Kakak izinin kamu pergi. Tapi dengan satu syarat--" Jevan menggantung ucapannya. "Selalu kabari Kakak dan bawa powerbank kalo perlu supaya kalau ponsel kamu mati, gak kelimpungan cari tempat ngecass." June mengangguk lagi, lalu membuat sikap hormat pada Jevan. "Selamat ulang tahun, Adik." kata Jevan, membuat June mematung. Jevan ingat! Laki-laki itu ingat dengan hari ulang tahunnya!

Sepeninggalan Jevan yang entah akan pergi kemana itu, June kembali bersiap. Dirinya harus tampil secantik mungkin untuk nanti bertemu dengan Juan. Sudah hampir dua tahun berpacaran dengan lelaki itu tapi nervous nya masih selalu ada. Juan berhasil membuat June jatuh cinta padanya bukan hanya sekali tapi berjuta-juta kali. Perasaannya selalu menjadi damai saat melihat wajah tenang milik Juan. Ketakutan-ketakutannya selalu meluap begitu saja saat Juan ada di dekatnya. Hanya dengan Juan, June merasa lebih hidup. Jadi, jika Juan tidak lagi seperti Juan yang gadis itu kenal. June selalu merasa sedih dan dunianya seolah berhenti berputar. Lebay, tapi memang itu yang biasa dirasakan oleh seseorang yang sudah menjadikan orang lain sebagai tumpuan kebahagian hidupnya.

June: Happy Birthdie ✓ SEGERA REVISIМесто, где живут истории. Откройте их для себя