BAB 21: Hari Segalanya Terungkap

16 2 0
                                    

"Apakah akhirnya kita hanya insan yang tak mampu lagi bercumbu walau hanya lewat sepatah kata, June?"—Juan Akbar Juniandra.

***

Hari yang telah lama dinanti pun tiba, Juan dan Jasmine mengenakan almamater sekolah dan bersiap untuk menghadapi olimpiade. Seluruh jajaran siswa-siswi terbaik telah hadir dan datang untuk menjalani proses seleksi olimpiade di sini.

Juan, lelaki itu terduduk lesu dengan pandangan kosong. Datu hal yang ada di pikirannya, apakah June akan benar-benar pergi dari hidupnya? Ataukah ... pernyataannya kemarin artinya ia telah dimaafkan?

Sebelum memulai perlombaan, Juan membuka ponselnya dan mengirim oesan kepada June.

Juan
June, aku mau olim. Doain bisa menang ya. Setelah ini, aku janji kita bertemu dan perbaiki semuanya. Sampai ketemu di kafe favoritmu jam satu siang.

Setelah mengirim pesan tersebut, Juan merasa lebih lega. Senyum yang awalnya pudar kini kembali terbit perlahan dan perasaan bersalah mulai menghilang dari hati. Namun ... tak sengaja ia melihat kembali pesan June terdahulu, ketika ia di halte sendirian. Menyakitkan, bagaimana bisa data selulernya mati padahal tidak biasanya seperti itu? Di mana ponselnya waktu itu?

"Ju, udah siap?" Jasmine datang dengan antusias seraya menggandengkan tangan dengan Juan.

Juan mengangguk, mengenyahkan pikiran yang mengganggu. Saat ini, olimpiade adalah fokusnya. "Kita bisa."

***

June beristirahat di apartemen Jevan, gadis itu memilih tidak masuk sekolah karena badannya terasa lemas. Entah mengapa tubuhnya terasa semakin hancur. Hancur lebur seolah tak memiliki suatu penyokong apa pun.

Dering ponsel yang berada di dekatnya mengalihkan fokus. June yang awalnya melihat televisi tanpa semangat mendekat ke arah suara.

"Juan ...." June tersenyum kecil, ah ... cintanya belum habis. Masih bisa diperbaiki. Netra cokelat itu nenyelisik tiap kata yang Juan tulis, hingga sampailah pada kata, jam satu siang.

June terperanjat, ia lekas membulatkan mata tak percaya dengan perasaan berbunga-bunga. "Kita ... masih bisa balikan?" Monolog June sembari tersenyum riang, senyum penuh harap dan antusias. Ia pun beranjak dari tempatnya, bersiap walaupun masih lama. Ia tak memedulikan sakit yang ada di badannya, karena ... asalkan bersama Juan, ia sehat. Juan adalah obat terkuat miliknya.

Jevan yang melihat June antusias sepertinya tahu bahwa adiknya tersebut sedang dimabuk asmara dan akan menemui Juan. Ia hanya mengulas senyum tipis, jika Juanlah kebahagiaan June, dia bisa apa? Tugasnya saat ini hanya melindungi adik perempuannya itu.

Ia buka kembali ponsel yang digenggam. Satu notifikasi dari Juan membuatnya menggertakkan gigi dan memunculkan urat marah. "Gak bakal gue biarin lo hidup tenang."

***

Detik menjadi menit, menit menjadi jam. Terhitung sudah dua jam, Juan dan Jasmine bertengkar dengan angka yang terus terbayang dan menorehkannya pada lembaran putih yang menjadi penentu kemenangan mereka.

Kini Jasmine dan Juan menunggu hasil pengumuman, bersanding bersama peserta lain yang sedang takut untuk menerima hasil dari hasil seleksi. June dan Jasmine saling menguatkan, mereka yakin bahwa hasil belajar mereka tak akan sia-sia dan pastinya memuahkan hasil yang memuaskan. Setimpal dengan bagaimana masalah yang menerjang mereka.

Semua peserta duduk rapi, diam menyimak pembawa acara yang kembali dan segera mengumumkan juara. Acara berlangsung dari sambutan dan rangkaian kegiatan menuju hasil perolehan nilai. Ditampilkan pula acara pantomim yang menghibur. Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas, pembawa acara bersiap diri di posisinya membacakan hasil perolehan kejuaraan.

"Baiklah, selanjutnya, acara yang dinanti-nati. Pengumuman kejuaraan Olimpiade Sains Nasional tingkat Kabupaten tahun 2017/2018."

Juan dan Jasmine mengeratkan genggaman. "Kita pasti menang, Juan."

"Pasti!"

Pembawa acara mulai membacakan kejuaraan. "Juara ketiga, dengan poin 92,31 mapel matematika. Diperoleh, SMK Adinata. Juara dua, dengan poin perolehan 92,54, diperoleh ... SMA Cakrawala!"

Tepuk tangan ricuh, tetapi Juan dan Jasmine terus memanjatkan doa.

"Dan ... peringkat pertama, dengan perolehan nilai 94,61."

Teriakan heboh dan tak percaya menggelegar, Juan dan Jasmine sendiri membulatkan mata mendengarnya. "Apa kita masih bisa berharap, Juan?"

"Selamat, SMA Tunas Bangsa!"

Juan dan Jasmine membulatkan mata tak percaya. Mereka histeris dan memeluk erat satu sama lain. "Juan, kita menang!"

"Tau, kita juara!"

Kericuhan tersebut mendatangkan kebahagiaan. Jasmine terus tersenyum bersinar, tanpa tahu bahwa jurang yang curam menantinya di depan.

Setelah acara tersebut, Juan dan Jasmine segera kembali ke sekolah dengan tropi kejuaraan mereka bawa sebagai tanda kemenangan. Sesampainya mereka di sana, sekolah sedang heboh dan kerumunan siswa di halaman sekolah menjadi fokus utama Juan, Jasmine dan guru yang mengantarkan.

"Ada apa ini ramai-ramai?" tanya salah satu guru yang datang bersama Juan dan Jasmine.

Di sana, ayah Jasmine sedang dibawa oleh pihak kepolisian setelah ketahuan mengorupsi sejumlah uang siswa.

"A-ayah?"

Jevan dan Jian dari sana bertepuk tangan kepada Jasmine. "Selain ayahnya yang suka korup, ada anak yang rela menghancurkan hidup orang lain untuk bahagia sama orang yang seharusnya nggak jadi miliknya," ucap Jevan.

Jasmine membulatkan mata. "Apa ini semua? Aku baru datang."

Jian membuka kedok Jasmine. "Kalian tau pemegang akun sosial media sekolah dan desas-desus tentang June? Ya! Jasmine yang ngebarin!"

"Bohong! Gue emang bawa akun sekolah, taoi gue nggak ...."

Belum usai berbicara, anak-anak lain yang membantu Jasmine tertangkap basah dan muncul membuat Jasmine bungkam.

"Masih mau bohong?" Jevan berkata demikian. "Lo pikir, karena lo punya kuasa lebih, lo bisa hancurin hidup orang lain? Hidup June yang sebatang kara tanpa siapa-siapa? Bahkan tropi yang lo bawa juga hasil dari uang. Gak malu lo?"

Juan dan Jasmine tercengang, mereka membulatkan mata tak percaya. "M-maksud lo? Kita berjuang keras buat dapetin ini, tau?"

"Berjuang? Olimpiade tingkat gini aja bisa mudahnya lo kendaliin, Jas. Itu semua karena bokap lo punya koneksi. Punya uang. Lo seenaknya dan hancurin hidup June sampai June diusir dari rumah. Karena apa? Lo ular! Lo egois karena mau ambil Juan. June nunggu di halte sampai pingsan, datanya lo matiin. Lo bukan manusia!" Jian memekik kencang membuat yang lain hanya mampu melihat Jasmine dengan tatapan tak percaya.

"Nggak! Enggak! Gue gak kayak gitu anjing!"

Juan membulatkan mata dan mematung di tempat. "Nggak, Ju. Aku nggak gitu. AKU NGGAK SALAH!"

Juan menepis Jasmine dan mengenyahkan gadis itu. "Pergi," titahnya datar lembut.

"Ju ...."

"Pergi!" Juan memekik, ia tak menyangka jika retaknya hubungan June dan dirinya karena keegoisan Jasmine.

Jasmine menatap sekitar. "Lo semua jahat!"

"Begitupula kamu, Jasmine." Itu June, suara June yang menyela dari sela-sela kerumunan. "Keegoisanmu nggak cuman nyelakain aku. Tapi banyak pihak. Maaf, tapi kamu harus diperlakuin kayak gini biar sadar."

Jasmine beranjak pergi, berlari menjauh pergi sekencang-kencangnya sembari menangis. Tragis.

Juan mendekati June, sejoli itu berpelukan. Pelukan sakit yang begitu menyesakkan.

"Maaf, June." Juan berkata demikian.

"Nggak. Kamu nggak salah, Juan. Aku yang minta maaf."

Semesta memberi mereka peluang kembali. Juni, satu hari sebelum June berulang tahun akan menjadi tonggak kemenangan June kali ini.

***
Bersambung

Bandung, 01 Oktober 2023
Arusha, Kana, Rara.

June: Happy Birthdie ✓ SEGERA REVISIWhere stories live. Discover now