BAB 10: Abstrak

10 1 0
                                    

Sibuk itu bohong, semua hanya tergantung prioritas. Jika sekarang kamu merasa diabaikan oleh seseorang yang memang sibuk, sadar saja sendiri, mungkin kamu bukan prioritasnya lagi mulai sekarang- Juan Akbar Juniandara.

***

JUAN mencengkram kuat pedal gas motornya, niat hati ingin meluapkan semua rasa lelahnya pada June malam ini. Tapi pemandangan di halaman rumah gadis itu membuat Juan tersulut amarah yang dibersamai dengan pikiran-pikiran negatifnya yang tertuju pada June. Saat ini Juan melihat motor ninja berwarna hijau terparkir gagah di halaman rumah June. Juan tahu motor siapa itu dan Juan sangat kesal karena Jian datang lebih dulu dari dirinya. "Sialan!" desis Juan.

Brumm!!

Juan memutar arah dan memilih untuk tidak jadi menemui June malam ini. Lebih baik pulang dan mencharger energinya sendiri, daripada harus menemui June yang pasti menemui seperangkat benalu yang menjelma sebagai Jian. Ya, Jian benar-benar seperti benalu dihubungan mereka.

June mengintip jendela yang berada di samping kasurnya. Perasaan tadi dia mendengar bunyi motor, apakah itu Juan yang datang?

"Liat apa?" tanya Jian. June menutup kembali gorden. Dipapahnya tubuh lemas gadis itu untuk sampai ke kasur. "June, mending sekarang kamu tidur." Jian membantu June untuk berbaring di kasurnya. "Tapi aku mau nunggu Juan. Sebentar lagi." June memohon. Gadis itu belum juga lelah menunggu Juan pacarnya yang entah akan datang kapan.

Jian tidak menjawab, lelaki itu menarik selimut untuk menyelimuti kaki jenjang gadis itu. "Kalo Juan datang, nanti aku bangunin kamu."

"Eh?" June tidak mengerti dengan ucapan Jian barusan. "Iya, aku bakalan jagain kamu malam ini. Tante Airin bilang, dia akan pulang besok pagi."

"Mama gak pulang?" Kening June berkerut, batinnya berkata tumben.

"Iya, tenang aja, June. Aku tidur di bawah kok. Tapi pintu kamarnya jangan dikunci ya, buat jaga-jaga." Juan menatap June tenang, tatapan itu yang dirinya butuhkan sekarang. Juan, kemana dia? Kenapa tidak menyempatkan waktu untuk menjenguknya?

"Yaudah, kamu tidur. Aku ke bawah sekarang. Kalo butuh apa-apa chat aku, aku bakal cek kamu satu jam sekali." June terkekeh kecil. "Heyy! Aku ini cuma kecapekkan, gak usah selebay itu."

Juan ikut tertawa, lelaki itu membawa tasnya dan menggendong di pundak kanannya. "Tidur, jangan mikirin apa-apa lagi. Biar besok badan kamu seger dan kita bisa berangkat sekolah bareng!"

"Iya, Juan. Terimakasih ya."

Sebenarnya di rumah June ada dua pembantu, yang satu Bi Minah dan yang satu Pak Endru. Mereka berdua suami-istri, tinggalnya pun masih di rumah Mama nya June. Tapi kenapa Airin repot-repot menitipkannya kepada Jian?

Satu yang baru June sadar, ternyata Airin masih mengkhawatirkan keadaannya saat gadis itu ditinggalkan sendiri di rumah. "Mama," lirih June diiringi dengan senyuman tipisnya.

June mulai menutup mata dan lima menit kemudian dirinya benar-benar tertidur lelap. Tidak lagi tiba-tiba terbangun karena sesuatu. Malam ini June merasa aman, apa semua itu karena Jian?

"Selamat pagi, June." Jian sudah siap dengan seragam sekolahnya, lelaki itu tengah menata piring di meja makan.

"Pagi, Jian. Rajin banget jam segini udah bikin sarapan," puji gadis itu. Jian dan Juan lagi-lagi memiliki kesamaan, kedua laki-laki itu gemar sekali membuat sarapan entah itu untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain.

Hah, June jadi teringat Juan lagi. 3 hari tidak bertemu rasanya seperti satu abad. Hari ini, June akan bertemu Juan di sekolah. "Eh?" June bingung, roti yang Jian siapkan untuknya sama seperti roti yang pernah Juan beri padanya. Roti tawar dengan selay Kacang ditaburi seres coklat di atasnya. Ini hanya kebetulan biasa, atau jangan-jangan Jian----

June: Happy Birthdie ✓ SEGERA REVISIWhere stories live. Discover now