BAB 11: Kabut Bulan Juni

11 2 0
                                    

"Kembali, aku di sini hanya untuk menunggumu kembali. Menyangkal sejuta rasa, berharap rasa ini hanya menganggap kamu layaknya biasa saja. Namun, senyum dan segala hal tentang kamu adalah candu yang tak pernah terelakkan."

***

June meraih Juan yang berusaha menjauh. "Juan, kamu bilang apa, sih? Nggak. Nggak bisa kayak gini."

Juan menatap datar genggaman yang mengerat dari June, gadis itu terlihat sungguh-sungguh ingin meluapkan rasa dan kata-kata yang tertahan.

June menghela napas. "Maaf, aku kebawa emosi." Ia menunduk, lantas kembali membuka suara, "Juan, salah aku apa?"

"Nggak ada."

Satu kata yang cukup untuk menghunus dan merobek hati June berkeping-keping.

"Kenapa kamu menjauh? Kalau salah itu bicarain baik-baik, bukan kayak gini."

"Udah dibilang nggak kenapa-napa. Toh, nggak ada aku masih ada Jian, 'kan?" sindir Juan seraya membuang muka kesal.

June mengernyit. "Kenapa sama Jian? Dia temenku doang, Juan. Dia nemenin aku ketika kamu berjuang buat olimpiade sama Jasmine. Aku nggak tau apa alasan mendasar kamu, tapi tolong jangan kayak gini."

Cowok yang sedari tadi terus membuang muka kini menatap intens June dengan tatapan dalam. "Kamu masih belum paham?"

June terdiam sejenak, menghela napas berat untuk menetralkan emosinya. Berbicara dengan Juan sangatlah menguras tenaga dan pikiran. "Belum. Karena aku nggak paham atas dasar apa kita jadi semakin jauh. Kamu nggak ingat? Minggu depan aja acara raja dan ratu sekolah diadain. Kenapa kita semakin jauh tanpa persiapan?"

Juan membulatkan mata tidak percaya. Benarkah? Persetan! Ia terlalu sibuk dengan olimpiade yang sebenarnya waktu latihan hanya dihabiskan untuk Jasmine bercerita dan mengajaknya bersenda-gurau.

June terkekeh. "Kaget?"

Juan terdiam, tak ada sepatah kata yang terucap untuk menyangkal ungkapan dari June. Terlihat jelas setelah mengatakan kata terakhirnya, June melipat tangan di depan dada dan memandanginya balik dengan intens.

"Terakhir, sekarang kamu mau bicara?" tanya June tampak sudah lelah dengan tingkah Juan yang mulai kekanak-kanakan.

"Kamu semakin jauh, June. Kamu deket sama Jian."

Kalimat tersebut terlontar dari mulut Juan. June yang mendengar penuturan tersebut tergelak. "Juan? Kamu mikir kalau aku sama Jian deketan? Enggak, lah! Dikira. Aku sama Jian aja deket soalnya kamu akhir-akhir ini deket sama Jasmine. Apa kamu nggak sadar kalau kamu semakin jauh dan jadiin aku skala prioritas yang kesekian padahal sebelumnya aku termasuk urutan atas?"

Juan menunduk dalam. "Maaf, June. Aku ... nggak tau."

June mengulas senyum tipis. Seutas senyum teduh yang mampu meneduhi terik yang menerpa kepala mereka berdua. "Nggak apa, toh, ternyata kita sama-sama salah paham aja. Dah lega, 'kan?"

Juan terkekeh. "Iya, maaf ya. Aku yang nggak tau dan nggak sadar juga kalau olimpiade lebih menyita perhatianku."

June berbalik membalas, "Nggak usah minta maaf, Juan. Aku tau, kok, olimpiade ini penting banget. Cuman, aku mau kamu setiap ada masalah jangan diem aja. Anggap aku ada, nggak perlu kirim pesan tiap waktu, asalkan kita saling berkabar itu udah oke."

Juan menyenyumi June. "Iya. Makasih, June. Jadi ... siap buat jadi ratu sekolah?"

June tidak bisa menahan tawa bahagianya. "Pasti, dong. Mau diskusi nggak? Nanti juga kita harus minta dukungan banyak orang buat suka postingan di akun medsos sekolah."

June: Happy Birthdie ✓ SEGERA REVISIWhere stories live. Discover now