01

9.4K 98 14
                                    

"Ayo Mira, semangat latihannya!"

"Mira, lebih kenceng larinya!"

"Mira, kamu pasti bisa!"

Teriak-teriakan itu sudah sering kudengar ketika aku latihan pagi. Sebagai salah satu pemain bola voli di SMK—klub mewajibkan anggotanya untuk datang jam 6 pagi dan latihan sebelum jam pelajaran berlangsung. Alhasil, kami sering jadi tontonan di pagi hari. Terutama para cowok yang entah apa yang mereka lihat dariku. Mereka selalu berbaris melihatku dari balkoni gedung sekolah dari lantai satu sampai tiga.

Namaku Mira, Miramax. Aku seorang siswi yang duduk di kelas 2 SMK. Aku tergabung dengan tim bola voli SMK sebagai seorang spiker. Asal kamu tahu, tinggiku 189cm. Sebuah pencapaian yang sangat tinggi untuk wanita di Indonesia. Memang dari kecil aku sudah terlihat lebih tinggi dari teman-temanku. Sewaktu sekolah dasar, tinggiku sudah 160cm, sama seperti tinggi wali kelasku dulu. Semakin lama, tubuhku semakin tinggi dan kini tubuhku sudah mencapai 189cm. Bahkan siswa tertinggi di sekolah hanya setinggi telingaku.

Setelah joging keliling lapangan. Kini saatnya latihan drilling. Aku seorang spiker dan aku selalu berhasil dalam melompat untuk memukul bola di depan net. Saat itulah, aku merasa bangga karena para cowok selalu bertepuk tangan ketika aku berhasil.

Latihan selesei ketika waktu sudah menunjukan pukul 7 pagi. Ngomong-ngomong, sekolahku termasuk sekolah yang sangat mengedepankan mata pelajaran olahraga. Banyak atlit-atlit besar negeri ini dulu bersekolah disini. Tempatnya cukup terpencil, namun karena terpencil itulah—banyak fasilitas olahraga yang bisa dibangun disini. Diantaranya ada kolam renang indoor, bahkan ada juga lapangan sepakbola. Setiap klub diberikan bangunan untuk mereka melakukan pertemuan, atau menyimpan perlengkapan.

"Kamu akan menjadi atlit Voli tingkat dunia Mir!?" Ungkap Agnes sembari menggandeng tanganku yang cukup kekar.

"Ah, masak sih. Aku cuma tinggi aja, jadi lebih mudah memukul di udara." Jawabku sembari duduk di ruang klub Voli wanita. Ruangannya cukup luas dengan air conditioner di dalamnya. Ditepian terdapat loker-loker yang digunakan untuk menyimpan perlengkapan olahraga kami. Sebelum bel tanda masuk kelas berbunyi, biasanya kita membersihkan badan dulu disini. Disisi lain terdapat kamar mandi terbuka dengan 20 shower yang bisa digunakan kapan saja. Memang, SMK Armada terkenal dengan prestasi olahraganya ditingkat propinsi maupun nasional. Aku saja masuk kesini karena beasiswa dari kemahiranku bermain bola voli.

Aku melepas kausku yang sudah dibasahi oleh keringat. Rasanya sungguh segar ketika udara dingin dari air conditioner menerpa kulitku yang seputih salju.

Lalu,,,

"Aaaahhhh!" Aku menjerit karena seseorang menangkap buah dadaku dari arah belakang.

"Emang kenyal tetekmu Mira!" Puji Rosa yang selalu mengerjaiku ketika sedang ganti pakaian. Aku agak risih dengan Rosa, ia seorang perempuan tetapi gayanya yang tomboi membuatku terkadang salah tingkah. Rambutnya dipotong pendek seperti anak laki-laki. Namun ia seorang libero yang bisa diandalkan di barisan belakang. Ia juga baik karena selalu membela kami ketika ada siswa laki-laki yang mencari gara-gara dengan tim voli wanita SMK Armada.

"Eh, kamu ini!" Aku melempar Rosa dengan baju bekas keringatku dan mengenai wajahnya.

Rosa lebih parah lagi, ia bertelanjang dada seakan dirinya adalah laki-laki dan mengenakan celana kolor pendek. Itulah kami risih, ia seorang laki-laki atau perempuan. "Eh, kamu tau nggak, Mir!?" Bisik Rosa yang melompat duduk di bangku sebelahku.

"Apaan!?" Jawabku ketus.

"Aku mau cerita, tapi kamu jangan marah." Kata Rosa membuatku penasaran.

"Iya Oca, apaan?" Ujarku sembari berdiri dan membuka celanaku di depan loker. Terlihatlah kaki mulusku yang panjang dan jenjang. Lalu kutarik handuk mandi dan bersiap untuk membersihkan badanku.

"Kemarinkan aku ndak ikut latihan pagi." Rosa mulai bercerita. Aku hanya mendengar sekilas, lalu lanjutnya, "cowok yang lihat itu, sebenarnya lihat kamu Mira?"

Aku berpikir karena aku jangkung dan mudah dilihat dibanding para pemain lain. "Hmn, mungkin karena mereka nggak pernah lihat cewek setinggi 189cm."

"Bukan itu, mereka lihat tetek kamu yang mantul-mantul ketika berlari dan melakukan spike. Aku yakin mereka pasti ngaceng sambil lihat kamu!" Tegas Rosa yang blak-blakan di depanku.

"Apa! Sialan kamu!" Ucapku sembari menjambak rambut Rosa, namun karena rambutnya pendek dan gerakan lincah Rosa berhasil menghindar.

"Eh, benar kok! Aku dengar sendiri kasak-kusuk diantara mereka. Hahahaha,,, emang benar Mira, tetekmu semakin lama semakin besar saja." Tambah Rosa sembari berlari. Akupun dengan geram mengejarnya.

Namun.

"Diam semuanya!!!" Ucap seseorang yang baru saja memasuki ruangan. Matanya tajam dengan rambut terikat dibelakang. Ia adalah Meliana, ketua klub bola voli wanita sekaligus kapten di tim kami. Ia seorang Tosser yang mengendalikan permainan. Selain itu, sifatnya yang tegas membuat kita semua tunduk padanya. Mbak Meli duduk di kelas tiga. Tiga bulan lagi ia harus berhenti dari klub karena sudah harus mempersiapkan diri untuk Ujian Nasional dan Ujian Masuk Universitas.

"Setelah libur tengah semester, tim kita akan mengikuti turnamen ke Surabaya. Semuanya harus bersiap untuk itu." Ucap Mbak Meli yang garang.

"Di libur semester nanti, kalian harus tetap latihan. Ini jadwal latihan yang sudah kususun." Mbak Meli menyodorkan lembaran kertas itu ke Fanny yang berada didekatnya. Kamipun hanya mengangguk dan memastikan semua perintah kapten harus terpenuhi. Aku tak begitu memperhatikan kertas porsi latihan itu. Yang jelas, aku kini terpikirkan oleh perkataan Rosa tadi.

Memang dasar si Rosa yang selalu menggodaku. Namun aku sendiri berpikir bahwa tubuhku sudah mulai menunjukan tanda kedewasaan, bahkan lebih cepat dewasa ketimbang gadis-gadis lain disekolahku. Aku melepas bajuku dan memasuki bilik mandi. Sebelumnya aku memakai jaring rambut agar rambutku tak basah. Aku memperhatikan tubuhku, buah dadaku mulai menggantung kencang dengan kedua puting susu berwarna pink. Bulu-bulu halusku tercukur rapi dibawah sana. Aku bergidik ngeri ketika mengetahui para siswa laki-laki tengah bernafsu ketika melihatku jogging di pagi hari. Ternyata memang benar, sportbra yang kubeli ternyata masih terlalu kecil sehingga tak mampu menahan buah dadaku. Setiap kali aku bergoyang, buah dadaku ikut memantul seperti bola basket. Oh, tidak apa yang harus kulakukan. Aku ingin bentuk kelamin pria ketika pelajaran biologi, mereka akan mengeras tegang dan wanita bisa hamil jika terkena cairan yang keluar dari dalam sana.

Bel sekolah berbunyi ketika aku sudah hampir sampai di kelas. Beberapa kali aku harus memperhatikan penampilanku agar tidak terlihat seksi dihadapan para siswa laki-laki, walaupun aku sendiri baru sadar bahwa mata mereka semua tertuju pada tubuhku. Aku segera memasuki kelas dan duduk di bangku paling belakang.

Disinilah, kisahku berawal. Kisah dimana aku harus menyembunyikan kisah cintaku. Di kelas ini, aku tak tahu siapa dirinya. Namun dirumah, aku selalu merindukannya. Aku yang selalu menonjol karena tubuhku yang tinggi, harus sedikit menyembunyikan kisah cintaku dari semuanya.

bersambung

bersambung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
MIRAMAXWhere stories live. Discover now