03

5K 88 10
                                    

[UNTUK MEMINIMALISIR IKLAN, SILAHKAN FOLLOW AKUNNYA TERLEBIH DAHULU. LALU COMMENT FOLLOW BALIK AGAR SAYA FOLLOW BALIK. DENGAN BEGITU IKLANNYA BERKURANG]

Namanya Doni. Cowok paling pintar di sekolahku. Wajahnya cukup lumayan asalkan dia tidak ketus dengan alis mengkerut, terkesan serius dan menyebalkan. Kulitnya sawo matang dengan model rambut belah tengah yang selalu tersisir rapi seperti orang kantoran. Ia selalu juara kelas karena hobinya belajar dan membaca. Ia tak tahu menahu soal olahraga, bahkan saat pelajaran olahraga—ia hanya melakukan gerakan sekenanya saja. Wajar saja tinggi badannya hanya 159cm, dibawah rata-rata siswa yang bersekolah di SMK Armada. Di sekolah, ia tak mengikuti kegiatan apapun. Bahkan pramuka aja dia tak ikut kemah dengan modus pura-pura sakit.

"Kita ketemu di Taman Pertiwi, tepat jam 9 pagi. Tempat yang strategis karena tak jauh dari rumahmu dan rumahku." Bunyi pesan dari Doni yang bersamaan dengan alarm pagiku.

"Iya," jawabku membalas. Sungguh keterlaluan, liburku semakin terganggu dengan tugas dari sekolah dan jadwal latihan dari kapten. Sekarang aku harus menanggung semua itu karena Bu Fenti memasangkanku dengan Doni, cowok pendek yang mengira dirinya jenius. Belum lagi Rosa dan Agnes mengatakan bahwa Doni adalah adik kandung dari Mbak Meli—ketua klub sekaligus kapten tim voli kami. Entah mau ditaruh mana wajahku ketika aku harus berpasangan dengan adiknya yang super ketus dan tak mau diajak kompromi seperti ini—sama seperti kakaknya.

Pagi itu, aku membasuh mukaku dan mulai berkemas. Sial! Umpatku. Setelah joging pagi aku harus melakukan gerakan sit-up seratus kali, back-up seratus kali dan karena aku seorang Spiker kapten menyuruhku Pull-Up lima puluh kali untuk menguatkan otot lenganku. Aku jadi punya ide, karena kita bertemu di Taman Pertiwi, disana ada tiang untuk melakukan Pull-Up. Kemungkinan akan kulakukan semua itu disana. Aku hanya perlu berjoging dari rumah ke Taman Pertiwi. Lalu menyeleseikan beberapa putaran sesuai dengan jadwal latihan.

Pagi sudah menunjukan pukul 7:30. Sudah terlalu siang untuk berolahraga menurut versiku. Alhasil, aku harus cepat mempersiapkan semuanya.

"Tumben siang amat." Ujar ibuku yang menyiapkan bekal untukku. Aku biasa memakan roti bakar dengan telur mata sapi ditengahnya. Lalu segelas jus jeruk untuk melancarkan pencernaanku.

"Iyakan, harusnya hari ini libur." Jawabku sembari memasukan semua bekal itu ke tas ranselku. "Eh, bu. Hari ini aku langsung kerja kelompok. Mungkin aku pulang sebelum makan siang."

"Oh, ya. Hati-hati di jalan." Ucap ibuku yang masih sibuk dengan cucian bajunya.

Aku berlari ringan menuju taman pertiwi. Fisikku sangat bugar karena semalam aku tidur cepat dan paginya aku bangun terlampau siang. Sehingga mudah bagiku untuk menyeleseikan semua latihanku.

Ditengah lariku, beberapa pemotor menolehku terutama para pria. Aku jadi teringat perkataan Rosa kemarin. Sejenak aku berhenti dan memperhatikan badanku. Aku hanya memakai kaus tanpa lengan berwarna putih dan celana training ketat sebatas dengkul. Ternyata ini yang membuat setiap mata pria memandangku. Buah dadaku yang cukup besar dan basah oleh keringat walau kausku terbuat dari bahan katun menyerap keringat. Belum lagi, bongkahan pantatku yang sudah menyerupai wanita dewasa. Aku baru sadar atau selama ini tak ada yang menyadarkanku.

Ah, sudahlah. Aku lanjut berlari ke arah Taman Pertiwi yang masih terlalu jauh dari tempatku berdiri. Tak lama kemudian aku sampai disebuah taman yang cukup sepi karena ini masih hari kamis. Taman yang dipenuhi pepohonan dan rerumputan. Terdapat juga trotoar untuk joging serta taman bermain untuk anak kecil. Aku melangkah ke tengah taman di tempat mainan anak kecil, lalu mengambil smartphoneku dan waktuku masih cukup untuk menyelesei joging ringanku.

Tiba-tiba,

"Kamu sudah disini!" Terdengar suara Doni yang bersembunyi di balik perosotan. Tubuhnya yang kecil dan tersembunyi membuatku tak melihat bahwa ia sudah datang duluan.

MIRAMAXWhere stories live. Discover now