02

5.8K 76 17
                                    

[Untuk mengurangi fitur iklan, Silahkan follow terlebih dahulu. Jangan lupa koment biar saya FollBack. Sehingga iklannya berkurang. Selamat membaca]

"Mir, heh,,, Mira!" aku mendengar suara Linda yang duduk di bangku sebelah. Sepertinya ia memanggilku.

"Mira!!!" Suara teriakan itu sudah terlalu kencang dan membuatku terbangun. Astaga, aku tertidur lagi di kelas. Apalagi ini kelas bu Fenti yang terkenal galak. Memang, aku tak begitu mahir dalam pelajaran di kelas—karena kamu tahu sendiri bahwa aku harus bangun pukul lima pagi dan mulai berlatih. Hal itu membuatku lelah dan mengantuk ketika pelajaran berlangsung. Apalagi tubuhku yang tinggi membuatku harus duduk di bangku paling belakang. Sehingga dalam beberapa kesempatan aku dapat terlelap dengan sendirinya.

"Kami tertidur lagi Mira!?" Cakap Bu Fenti geram. Lalu Bu Fenti kembali meneruskan pelajaran, "jadi Doni satu kelompok dengan Mira!" Aku tak mengerti apa yang dikatakan bu Fenti soal kelompok, lalu Bu Fenti berkata ke Doni. "Doni, kamu harus bantu Mira mengerjakan tugas makalah Essay liburan tengah semester ini."

"Ta—tapi bu." Doni, siswa laki-laki yang selalu berkata bahwa dirinya genius dan selalu meminta duduk di depan sepertinya tak senang jika sekelompok denganku.

"Nggak ada tapi-tapian." Ucap Bu Fenti, lalu bu Fenti berkata pada semuanya. "Baik semuanya, kelompoknya sudah jelas, satu kelompok terdiri dari dua orang dan harus dikumpulkan dua minggu lagi setelah kalian masuk sekolah!"

"Baik bu," semuanya menjawab kecuali diriku yang tak tahu apa-apa karena aku tak sengaja terlelap ketika pelajaran berlangsung.

Krrriiiiinnngggg,,, jam istirahat kedua telah tiba dan semua siswa berdiri untuk memberi hormat kepada bu Fenti karena sudah memberikan pelajaran untuk hari ini.

Suasana yang tenang berubah gaduh karena waktu istirahat sudah tiba. Hari ini adalah hari terakhir sebelum libur tengah semester. "Lin, tadi bu Fenti kasih tugas apa?" Tanyaku pada Linda.

"Kita disuruh buat Essay kelompok. Satu kelompok terdiri dua orang dan kamu sama Doni sekelompok." Ujar Linda menjelaskan.

Aku menatap Doni yang belum beranjak dari tempat duduknya. Doni adalah siswa paling pintar di kelas. Ia selalu ranking satu dan tidak pernah ranking dua. "Sepertinya kamu beruntung, bisa sekelompok sama Doni. Serahkan saja tugas itu kepadanya. Kamu tinggal latihan aja untuk turnamen di Surabaya nanti!" Suara Linda menjelaskan kepadaku.

"Hmn, syukurlah. Mungkin Bu Fenti mengerti akan hal itu." Aku lega bahwa aku tak perlu memikirkan tugas tengah semester.

Aku berdiri dan bersiap untuk ke kantin karena perutku sudah sangat lapar. Namun sebelumnya aku harus menyapa teman sekelompokku dulu, Doni. Langkahku tegas ketika menuju barisan depan. Namun kulihat Doni sudah berdiri di hadapanku dengan wajah sinis ala siswa paling genius di sekolah.

"Eh, hei." Aku menyapa, sebenarnya aku tak pernah berbicara dengan Doni karena Doni sendiri juga orang yang pendiam.

"Besok, jam 9. Kita harus kerjakan Essay itu. Essay Bu Fenti terdiri dari 9000 kata dan harus kita kerjakan berdua, mengerti?" Aku harus melihat kebawah karena tinggi badan Doni hanya setinggi tetekku. Secara harfiah ia sekarang berbicara dengan buah dadaku saja. Mungkin jika aku pakai baju Pikachu, kedua buah dadaku adalah mata pikachu itu.

"Mnnn,,, tapi jam sembilan, bentar aku harus,,," aku ingat jadwal latihan mandiri yang diberikan oleh kapten. Dan besok aku harus latihan sampai jam 9 lewat.

"Nggak ada tapi-tapian. Itu perintah bu Fenti. Kamu tahu Bu Fenti adalah guru bahasa Indonesia yang menghapus kata Tapi di kamusnya." Tegas Doni yang terkenal kejam.

"Ya, terus kerjainnya dimana!?" Aku masih kebingungan dengan kata-kata Doni.

"Aku minta nomor ponselmu? Aku akan beritahu malam nanti besok kita ketemuan dimana!?" Ungkap Doni. Setelah bertukar nomor ponsel. Aku berlalu dan segera di kantin. Di kantin tim Voliku sudah duduk dengan kudapan di hadapannya. Aku telat sehingga aku harus mengantri—dan sekarang antrian panjang. Lagipula selera makanku sudah menghilang  karena kesal dengan Doni yang tak mau mengerti kegiatanku.

"Eh, kamu ndak makan Mir?" Ucap Rosa si tomboi yang baru saja menyeleseikan mie ayamnya.

"Nggak laper!" Jawabku ketus.

"Eh, tumben!" Tanggap Agnes.

"Gimana ya?" Aku ingin bercerita namun setelah kutimbang masalah sekecil itu tak harus kuceritakan. Apalagi ada Rosa yang selalu menghajar siapa saja yang membuat sahabatnya kesusahan. "Males antreannya panjang, aku makan dirumah aja."

Aku berdiam sesaat memikirkan Doni. Ia cukup pendek, sebenarnya tak begitu pendek. Hanya saja aku yang terlampau tinggi. Essaynya tentang apa aku juga tak tahu, tetapi aku sendiri juga tak perlu memikirkannya. Percuma juga aku harus berpikir bagaimana membuat Essay-nya nanti, sudah pasti Doni tak setuju dengan ide-ideku.

"Eh, beneran nih, kita berangkat ke Surabaya. Katanya ada 30 siswa sini yang juga diajak sebagai suporter disana." Kata Agnes bercerita.

"Wah seru donk!" Tanggapku. "Jadi nggak berasa main di tandang."

"Hmn, menurutku itu malah norak. Tanpa suporter saja kita sudah pasti juara." Rosa dengan sombongnya mengatakan hal itu.

"Eh, jangan sombong dulu." Timpal Agnes. "Tapi aku yakin juga kalau kita juara, kan kita punya Spiker hebat kayak Mira ini!"

"Hmn, itu hanya salah satunya," Rosa berlagak seperti seorang pelatih yang berpikir dengan strategi. "Selain Spiker tim kita punya Libero yang susah di tembus seperti diriku."

"Dan Libero dimasukan ketika tim itu sedang bertahan." Sejak kapan mbak Meli ada dibelakang kami bertiga. Ia lalu menepuk pundak Rosa, "jika kamu yakin kita menang. Kita tak butuh seorang Libero. Teruskan latihan kalian besok hari.

Kami selalu terdiam ketika kapten berkata-kata. Perkataannya selalu benar dan masuk di akal. Aku ingin tertawa melihat reaksi Rosa yang kesal. Namun aku tak tega melakukannya.

Alhasil aku hanya mendengar Rosa menumpahkan segala kekesalannya terhadap ketua tim Voli yang selalu merendahkan Rosa. Mungkin karena Rosa seorang Libero, padahal ia cukup pandai bertahan.

"Eh, libur seminggu kamu dapat tugas apa!?" Agnes seketika mengalihkan pembicaraan agar Rosa tak kesal.

"Mnnn, aku buat Essay kelompok!" Jawabku lesu.

"Baguslah kelompok, aku sendirian." Rosa menimpali.

"Iya, aku juga tugas mandiri sendiri. Mana banyak lagi." Agnes mengeluh.

"Enak kalian sendirian. Ini aku tugasnya dikerjaain bareng bocil!" Ujarku tak semangat.

"Bocil, emang siapa?" Tanya Agnes.

"Itu, siswa terpintar dan jenius sejagad raya, siapa lagi kalau bukan Doni." Ujarku slengean.

"Apaaaaa!?" Agnes dan Rosa terkejut bersamaan.

bersambung.

bersambung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
MIRAMAXWhere stories live. Discover now