07

3.7K 59 6
                                    

"Ca, dah tidur belum?" Pesanku terkirim melewati aplikasi WA. Kulihat Rosa baru saja online. Lalu Smartphoneku berdering, Rosa memang sahabatku yang paling sohib. Ia langsung menelpon tanpa kusuruh.

"Lom, ada apa Mir? Gmn latihannya?" Rosa langsung menjawab pesanku dengan suaranya.

"Lancar-lancar aja sih," jawabku singkat. "Eh, aku mau tanya sesuatu sama kamu, tapi rahasia ya?"

"Siap, aku selalu menjaga rahasia." Ujarnya meyakinkan.

"Serius ini!" Aku menegaskan Rosa agar mau menjaga rahasia ini.

"Iya Mir, cerita aja." Tawar Rosa agar mau menceritakan semuanya padanya. Namun tak mungkin aku menceritakan semuanya.

"Ca, kamu kemarin cerita kalau cowok lihat aku tuh, itunya jadi gede gitu." Dengan canggung aku bertanya pada Rosa.

"Ngaceng maksudmu." Tegas Rosa blak-blakan.

"I—iya, gitu?" Aku gelagapan mendengar perkataan Rosa yang tak tahu aturan.

"Mnnnn,,, iya kalau lihat tetekmu segede itu terus goyang mantul kesana kemari, pasti mereka ngaceng. Hahahahahaha,,," Rosa memang pandai berterus terang, apalagi soal seperti ini. "Lain cerita kalau mereka ngaceng karena lihat aku."

"Heh, dasar kau ini." Aku cukup risih mendengar perkataan itu.

"Eh, emangnya kenapa kamu tanya gitu malam-malam kayak gini?" Tanyanya penasaran.

"Enggak, penasaran aja. Dari kemarin aku penasaran. Emang enaknya apa lihat tetek aku terus mereka ngaceng?" Aku sudah terlanjur bercerita blak-blakan.

"Mana aku tahu, itu natural Mir. Kamu juga bisa horni kok kalau lihat titit cowok yang ngaceng. Hahahaha!" Kini Rosa semakin memancingku.

"Gila kau Ca, mana mungkin aku lihat kayak gituan." Aku mengelak.

"Terus ngapain kamu tanya kayak gituan, terus kenapa tanya sama aku?" Rosa yang penasaran mencoba mencari tahu apa yang terjadi padaku. Aku ingin mengatakan hal tentang kemarin dan tadi siang bersama Doni. Mungkin lain kali saja aku berceritanya.

"Ya, kaukan pernah nunjukin koleksi video bokep di HP kamu." Aku kembali menyerang Rosa dengan segala ke-aib-annya. "Jadi mungkin kau lebih pengalaman ketimbang yang lain."

"Oh, itu. Mnnnn,, gini aja. Kamu tuh lagi puber, sebenarnya kamu itu terlambat Puber." Rosa mencoba menasihatiku.

"Maksudmu?" Aku tak mengerti apa yang dikatakan Rosa.

"Ya, kamu terlalu polos sehingga kamu nggak menyadari bahwa banyak cowok yang tertarik padamu." Rosa mulai menjelaskan. "Coba kamu ngaca, bodymu sudah kayak orang dewasa seutuhnya. Bahkan bisa dibilang cenderung seksi."

"Mnnnn,,, jadi aku harus gimana?" Aku kebingungan.

"Gini, coba kamu tonton film-film romantis? Seperti Twilight, serial Thirteen Reason Why, atau Drama-drama Korea gitu deh." Rosa sepertinya memberiku solusi.

"Aku mana ada waktu nonton film sepanjang itu!?" Film terlalu membosankan bagiku, bahkan di bioskop aja aku tidur.

"Mnnnn,, ada kok yang pendek, durasinya sekitar 15 menit sampai satu jam." Kata Rosa.

"Nah, apa judulnya?" Tanyaku penasaran, mungkin dengan film aku bisa jadi lebih sensitif.

"Film Bokep!" Jawab Rosa singkat namun menjengkelkan.

"Gila kau! Masak suruh aku nonton Film bokep." Umpatku meledak.

"Ya udah kalau nggak mau non, jangan marah. Tapi kalau mau nonton kamu harus download VPN dulu ya. Baru search di google." Rosa tetap menggodaku untuk tidak menyentuh itu.

"Gila kau, nggak mau! Udah ah, aku mau tidur." Umpatku karena kesal Rosa malah menyuruhku menonton Bokep.

"Eh, Mir. Satu lagi aku lupa tanya?" Tanya Rosa.

"Apa?" Ujarku.

"Itu, si Doni gimana? Kamu katanya se kelompok sama adek si kapten yang sok cantik dan sok pintar itu." Memang, Rosa tidak pernah seirama dengan mbak Melly.

Aku tak tahu menjawab apa, kalau berterus terang. Sudah pasti Rosa akan menghajar Doni habis-habisan. Apalagi ia adalah adik kandung mbak Melly. "Oh, Doni. Ya,,,,mnnnn,,, dia yang kerjain semuanya. Aku cuma ikut absen aja. Gitu?"

"Oh, syukurlah kalau gitu. Jadi kamu bisa fokus latihan." Ucapnya. "Huaaahhh,, yaudah Mir, aku juga sudah ngantuk."

"Oke, bye!" Sapaku sembari mematikan telpon. Dan pada akhirnya, aku harus melakukan eksperimen sendiri soal bagaimana caranya mendewasakan diriku. Rosa memintaku untuk menonton film romantis atau Drama Korea. Namun aku tak begitu suka Film berdurasi panjang, bagiku itu sangat menguras waktu dan pikiran.

Lalu,,,

Mnnnn,,, apa salahnya aku mencoba sesekali. Setelah mempersiapkan semuanya. Entah apa yang terjadi padaku, aku membuka situs dewasa dari smartphoneku. Padahal aku belum sempat memilih filmnya, di webbannernya terdapat gambar Gift seseorang yang sedang ditunggangi pria berkulit hitam. Mataku terbelalak menatap benda hitam yang keluar masuk ke dalam lubang kencing sang wanita. Anehnya, sang wanita menunjukan ekspresi keenakan—bukan kesakitan.

"Apa-apaan ini!" Segera kumatikan smartphoneku dan menyudahi semuanya. Pikiranku semakin kacau menyusun tingkat proporsi yang tepat untukku. Apakah aku memang telat puber. Bahkan ketika aku melihat banner situs dewasa tadi, tubuh sang wanita itu mirip dengan tubuhku. Mungkin seharusnya Rosa mengatakan bahwa tubuhku sudah seperti bintang film bokep. Sehingga para cowok ngaceng melihatku.

Setelah itu, aku membuka smartphoneku lagi. Aku membuka WA dan menatap beberapa pesan di WA. Namun setiap kali membuka WA, jemariku tak sadar ingin membuka chat dari Doni. Padahal baru dua hari ini aku berbicara dengannya. Aku ingin bertanya, ia sedang apa? Ia suka makan apa? Terus dan terus.

"Arrrgggghhhh!" Tidak mungkin aku menyukainya. Ia cowok kurcaci pendek. Sedangkan aku calon atlit voli nasional. Apa kata dunia kalau aku berjalan dengannya. Orang akan mengira aku berjalan dengan adik laki-lakiku. Aku camkan hal itu baik-baik di pikiranku.

MIRAMAXWhere stories live. Discover now