04

4.6K 70 10
                                    

Follow IG @aryan_asma untuk mendapatkan Efek Visual dari cerita Miramax, jangan lupa Follow, lalu koment follback agar mengurangi fitur iklan.

Pagi itu, aku terpaksa bangun lebih pagi. Wajahku kebas ketika aku harus mencuci mukaku. Udara dingin disertai dengan desiran angin membuatku enggan untuk keluar. Namun aku sudah berjanji dengan Doni. Kemarin, Doni memintaku untuk bertemu di Taman Pertiwi lagi. Aku masih memendam perasaan aneh setelah kupikirkan semalaman. Masak iya, Doni meninggalkanku di Taman begitu saja. Apakah dia seperti itu? Padahal seharusnya ketika ada ide, ia harus cepat mengerjakannya saat itu juga. Nah ini, malah aku ditinggal pulang. Apakah ia menahan pipisnya karena malu denganku dan buru-buru pulang?

Tubuhku bergidik ngeri ketika aku baru saja keluar rumah. Kukira ini masih terlalu pagi karena saturasi cahaya mentari yang rendah, atau awan mendung meliputi kota ini. Apalagi ucapan Rosa terngiang di kepalaku.

Aku yakin mereka pasti ngaceng sambil lihat kamu!"

Aku yakin mereka pasti ngaceng sambil lihat kamu!"

Aku yakin mereka pasti ngaceng sambil lihat kamu!"

"Tidak mungkin Doni melakukan itu padaku. Ia bukan tipe cowok seperti itu." Umpatku sembari menepuk pipiku sendiri. Cowok sepuluh betul seperti itu, tak mungkin melakukan hal itu kepadaku. Ia pergi setelah membantuku Back-Up. Aku berbicara dan mengumpat sendiri sembari joging ke Taman Pertiwi. "Ngaceng, mana mungkin Doni bisa,,,"

Tiba-tiba aku berhenti dan memikirkan sesuatu. "Eh, tunggu dulu!" Disaat jalanan sedang sepi dan tak ada yang melihat. Aku meraba pantatku. "Kemarin aku merasakan tonjolan di sini."

"Aaarrrgghhhh!!!" Akhirnya aku gila sendiri memikirkan hal yang tak penting. Masak iya, Doni ngaceng diatas pantatku. Aku yang masih awam dan tak mengerti mencoba untuk mencari, akhirnya aku ada ide untuk bertanya dengan Rosa malam nanti.

Perjalanan cukup dekat terasa jauh karena banyak hal yang kupikirkan. Apalagi, gemuruh sudah mulai terdengar ketika aku sudah memasuki area Taman Pertiwi. Aku tak melihat siapapun. Alhasil aku langsung menggelar karpetku. "Oh tidak!" Keluhku karena aku tidak bisa melakukan Sit-Up dan Back-Up sendirian. Aku tak punya penahan untuk badanku. Biasanya aku lakukan itu dirumah dengan alas kasur sebagai penahan. Alhasil, aku melompat berpegang pada tiang dan melakukan Pull-Up.

"Sembilan delapan, sembilan sembilan, seratus,,," gumamku menghitung.

Cekreeekk,,,cekreekkk,,, samar-samar aku mendengar suara kamera dari sekitar. Oh, yang benar saja. Doni diam-diam memotret diriku yang sedang olahraga.

"Heh, apa yang kau lakukan!" Tegasku geram karena dia mengambil fotoku diam-diam.

"Hmn, sebagai bahan acuan." Ucapnya sembari memeriksa kameranya.

"Kamu tak boleh,,," ucapanku terhenti karena Doni menyela.

"Ketika kamu melakukan Pull-Up seperti tadi, otot bagian Bisep akan tertarik dan mengendur. Untuk itulah, latihan ini cocok untuk menguatkan lenganmu. Apalagi kamu biasa memukul bola di udara sambil melompat,,, mmmnnnn,,, apa namanya itu,,, Smash." Ujar Doni.

"Spike," kataku membenarkan.

"Oh, iya Spike. Latihan sangat cocok untukmu. Mungkin kamu bisa Scoot Jump agar lompatanmu lebih lincah dari sebelumnya. Aku menonton beberapa video pertandingan bola voli semalam." Tiba-tiba Doni mendekatiku. Tubuhnya terlihat lebih pendek ketika ia mendekat. Bahkan jika ia tepat berada di dekatku, pandangannya tertutup oleh buah dadaku. Doni menunduk dan menunjuk ke arah tumitku. Aku terpaksa menunduk agar perkataannya lebih jelas.

"Kamu bisa gunakan tipuan Pivot. Jadi berpura-pura melompat, sehingga tim lawan yang melompat untuk memblokade, baru kamu melompat dan pukul bola dibelakang barisan blokade. Sudah pasti itu bola itu akan masuk." Tiba-tiba Doni berdiri. Posisiku yang menunduk membuat kepala Doni menyentuh buah dadaku.

"Auhhhh,,," jeritku. Aku tahu ia tak sengaja, tetapi kenapa aku menjerit seperti itu. Disamping itu, memang benar. Doni memang cowok jenius yang dapat memecahkan masalah yang bahkan dia sendiri tak begitu ahli di dalammya. Kemampuannya menganalisa sungguh kompleks dan pengambilan keputusannya sangatlah tepat. Aku jadi teringat Linda yang berkata bahwa aku beruntung berpasangan dengan Doni di tugas Essai ini.

"Eh, maaf." Doni hanya cuek dan berjalan ke sebuah bangku dan meja di taman itu. "Jadi foto-foto ini akan kita lampirkan di Essay nanti. Jadi judulnya Kiat Latihan Seperti Atlit Profesional! Bagus nggak?"

Aku masih tertegun dengan kejadian tadi dan angan-angan tentang Linda. "Eh, maaf. Apa?"

"Jadi kau ndak dengar apa yang kukatakan tadi." Doni sedikit geram.

"Dengar, tapi akukan bukan Profesional." Ucapku sembari mendekatinya.

Doni tiba-tiba bersemangat dan berdiri diatas bangku. Sekarang dia lebih tinggi 10cm dariku. Lalu entah kenapa? Ia memegang kedua lenganku. Matanya tajam mengatakan kepadaku, "kamu akan menjadi atlit voli profesional bahkan Internasional."

Baru pertama kali aku melihat Doni bersemangat seperti ini. Anganku melayang ketika di dalam kelas. Ia tak pernah menoleh kemana-mana, bahkan melihat sekitar saja ia hanya melirik. Namun kini ia bukanlah Doni yang judes dan menyebalkan. Malahan Doni yang berbeda.

"Baik, sekarang aku harus bagaimana!?" Ucapku bertanya sembari tersenyum melihat semangat dari Doni. Segala jenis pikiran kotorku menghilang begitu saja. Mungkin tadi pagi aku terlalu haluuu dan berpikir yang tidak-tidak.

"Karena ini di Taman, ini sesi pengambilan Foto. Kamu bisa peragakan bagaimana senam-senam yang biasa kamu lakukan. Baru nanti aku akan foto!" Ucap Doni sembari menyetel kembali kamera DSLR.

Aku melangkah kembali ke Taman dan kebingungan mau berpose apa? Wajahku canggung dan bingung, lalu aku kembali bertanya ke Doni. "Mnnnn,,, gimana ya pose-nya?"

"Itulah kenapa aku foto diam-diam. Karena ketika diam-diam, semua terjadi secara alami begitu saja. Kamu mau lihat foto kamu tadi!" Ucapnya sembari menyodorkan kamera kepadaku.

"Mau,,, mau,,," aku berlari kearah Doni. Jarak kamu terlalu dekat sehingga aroma parfum itu tercium kembali. Aroma lemon dengan paduan daun mint yang menyegarkan. Aromanya seperti minuman sprite yang diminum dengan Es Batu yang segar. Aroma yang membuatku sedikit betah berlama-lama disini. Lalu aku melihat wajahku dan tubuhku yang penuh ekspresi. Sungguh natural diriku bak bintang iklan. Ekspresi bahkan tetesan keringatku cukup memberikan ekspresi wajah yang sesuai dengan keadaan.

"Jadi, kamu pura-pura Sit-Up atau Back-Up aja nanti aku foto diam-diam." Ucapnya.

Aku tertegun mendengar suara itu. Aku ingat kejadian kemarin. Terbesit ide untuk mengetahui sebuah kebenaran yang beberapa jam ini mengganggu pikiranku. "Mnnnn,,, Sit-Up atau Back-Up harus ada penahannya. Kamukan ambil Foto, jadi tidak ada penahannya."

"Ya kan, pura-pura saja, atau pose saja. Aku foto, sudah, selesei gitu." Jelas Doni.

"Mnnnn,,," aku sedikit berpikir, mungkin dengan mengorbankan sedikit tubuhku, aku bisa tahu semuanya. "Tapi nanti bantuin aku kayak kemarin ya."

Doni kelihatan enggan, namun aku yakin ia tak bisa menolakku. "Mnnnn,,, iya deh."

Akhirnya perangkapku berhasil. Aku akan perhatikan ngaceng atau tidaknya Doni pagi ini. Tetapi entah kenapa pikiranku semakin liar, hanya karena untuk membuktikan hal yang tidak penting seperti ini.

"Bagaimana kalau Scoot Jump dulu! Kan lebih enak ngambil gambarnya!" Ucapku. Kulihat jakun Doni bergerak naik dan turun. Pertanda bahwa dia akan melahapku. Ketima ScootJump, sudah pasti buah dadaku akan terlempar kesana kemari mengikuti gerakan tubuhku.

"Iya deh," ujarnya.

And the wild story,,,begin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

And the wild story,,,
begin.

MIRAMAXWhere stories live. Discover now